Pria masa lalu

10.6K 1.6K 92
                                    

El hanya berdiri selayaknya patung. Tak bergerak hanya mampu melihat serta menganga lebar. Hana mendekorasi sebuah ruangan VVIp restoran untuk acara baby showernya. Menata semuanya di bantu beberapa asisten termasuk dua adik Oscar. Disya dan juga  Sara. El tak di biarkan Hana ikut turut serta. Gila saja melihat perut El yang hampir meletus, mana tega Hana menyuruhnya.
"Ini gak berlebihan mah?"

"Ya enggak dong. Ini sederhana aja. Jadi siapa yang akan kamu undang?"

Siapa yang akan dirinya Undang? Tentu yang hanya dekat dengan dirinya. Orang yang peduli padanya. Ingatan lancangnya terlempar beberapa minggu lalu saat ayahnya di rumah sakit dan Oscar datang menjenguk tapi semuanya tak semudah yang El kira.

Oscar dan dirinya entah dapat keberanian dari mana. Saling menggenggam tangan satu sama lain lalu masuk ke ruangan inap Narendra padahal sebelumnya Naima sudah memberi peringatan. Berbicara dengan orang yang tertekan batin karena perubahan signifikan pada tubuh bukanlah hal yang mudah. Namun tekad Oscar sudah bulat, tak ada gunanya ia bersembunyi. Narendra harus tahu kalau El dan bayinya di bawah perlindungannya.

Lihat ketika mereka masuk Narendra sudah duduk di bantu Clara. Menunjukkan tatapan garangnya pada kedua orang berlainan jenis itu. "Ka.... mu....!!"

"Aku datang jenguk papi lagi. Terkesan gak tahu malu kan? Padahal baru papi usir." Narendra agak sedikit melunak. Ia acuh tak acuh namun ketika melihat sosok menjulang tinggi di samping El yang bergerak dekat, matanya memicing. "Si... a.. pa.. dia!!"

"Saya Panji Om." El menengok kaget. Kenapa Oscar memperkenalkan dirinya sebagai Panji. "Saya ke sini mau jenguk Om."

Narendra masih bisu sedang Clara mulai mencium bau pertengkaran setelah ini. "Saudara Panji, temennya El?"

Oscar mengangguk mantap. "Iya saya sahabat El sekaligus..." Oscar meneguk ludahnya kasar, lalu berusaha membasahi bibirnya. Semoga pengakuannya tudak membuat penyakit ayah El semakin parah. "Ayah dari yang sedang El kandung!!"

Prankk

Bukan hanya pelototan garang namun sebuah vas bunga melayang dan menghantam lantai. Banyak umpatan yang ingin Narendra lontarkan namun tertahan karena sarafnya yang terkena stroke. Ia tak habis pikir apa El ingin segera mengirimnya ke alam baka. Clara maju bertindak bijak sebagai ibu. "Terima kasih karena sudah menjenguk papi El tapi untuk masalah El tolong jangan bahas sekarang. Suami saya sedang sakit."

"Hubungan saya dengan El biarkan kami yang mempertanggungjawabkannya namun saya hanya ingin bilang sekarang atau pun nanti. El akan jadi tanggung jawab saya dan jangan pernah menyakitinya lagi." Mohonnya dengan nada tertahan marah. Walau bagaimanapun jahatnya orang yang telah di ganjar sakit ini. Dia adalah ayah El, perempuan yang sangat ia sayangi.

"Iya, saya mengerti." Clara mengerti tapi tidak dengan Narendra yang akal sehatnya sudah di tutupi kabut emosi. Bernainya laki-laki ini datang dan mengaku lalu mencoba jadi pahlawan untuk putrinya. El memang hamil tapi bukan laki-laki sembarangan yang akan bisa jadi bagian keluarga Hutomo.

El yang ngeri melihat pecahan keramik di sisi kiri kaki Oscar hanya bisa mengeratkan pegangan. Sekilas terlihat Oscar menahan sakit, jari kelingkingnya berdarah terkena serpihan beling. Mau tak mau mereka keluar.

Bagi Oscar semua begitu melegakan sekarang. Sudah berani menemui calon mertua dan mengatakan lantang jika El ada di bawah Tanggung jawabnya. Jalan ke depan tidaklah mudah. Melihat Narendra sekilas ia tahu kalau ayah El itu punya hati sekeras baja.

"El... yang kamu undang siapa aja?" tanya Hana sekali lagi Karena mendapati calon menantunya itu melamun.

"Oh... itu.. cuma kakak aku dan asisten aku di butik." Hana heran kenapa tamu El hanya dua orang. Bagaimana dengan saudara dekat yang lain. Memang sih pesta baby shower ini tak besar tapi cukuplah menampung dua puluh orang.

BersamamuWhere stories live. Discover now