Memastikan semuanya

12.2K 1.3K 25
                                    


Obat itu biasanya di konsumsi untuk orang yang hamil. Yang putih kalsium, yang merah penambah darah, yang pink vitamin B, yang kuning vitamin C lalu yang bulat besar putih itu anti mual.

Oscar mendesah frustasi ketika membaca pesan Diego. El tengah hamil, pantas saja ia mutah-mutah ketika hendak makan kepiting. Katanya itu salah satu gejala orang hamil. Yang membuat Oscar penasaran adalah berapa usia kehamilan El. Apa janin itu miliknya, mengingat mereka pernah berhubungan badan walau sekali. Oscar tau El tak berhubungan intim dengan  sembarangan pria. Kecuali ide gila perempuan itu untuk melakukan one stand night dan berakhir lah mereka di atas ranjang yang berantakan.

Harusnya Oscar tidur di kamar sebelah tapi ia malah berbaring di sofa kamar milik El dengan menghadap ke arah perempuan keras kepala itu. Beberapa kali El  tak nyaman tidur dan berpindah tempat. Oscar pernah membaca sebuah artikel. Kalau ibu hamil mengalami gangguan tidur, pencernaan, serta nyidam. Apa El juga mengalaminya. Lalu perempuan itu akan melakukan apa kalau sendirian seperti ini?

Ada setitik kebahagiaan serta harapan saat mengetahui jika El hamil. Berharap kalau yang El kandung adalah benihnya. Itu artinya Oscar akan mempunyai seorang anak, yang ia bisa asuh serta didik dengan segenap kasih sayang. Impiannya mengambil anak panti untuk di jadikan anak asuh. Namun kini Oscar punya keturunan sendiri, darah dagingnya sendiri.

Tapi bagaimana dengan El? Apa dia rela jika anaknya akan di ambil? Memikirkan semua itu kepala Oscar jadi pening. Lebih baik memejamkan mata untuk tidur. Masalah El dan dirinya bisa di bicarakan besok, tentu dengan kepala dingin.

🍏🍏🍏🍏🍏🍏🍏🍏🍏🍏

"Hoek.... hoek... hoek...!!" Mata Oscar yang terpejam di paksa terbuka ketika mendengar suara keras orang yang muntah di kamar mandi. Dengan sigap, ia langsung menghampiri El yang tengah berjuang memuntahkan isi perut.

El terlihat buruk, Air matanya menetes. Mulutnya pahit, tenggorokannya sakit. Inilah siksaan El di pagi hari semenjak pulang ke Indonesia.

"Loe gak apa-apa?" Sayangnya El malah menangis semakin keras lalu memijit kedua sisi pelipisnya.

"Gue lemes!!" Oscar dengan cekatan membasuh wajah El dengan air lalu menggendong ala koala ke tempat tidur.

"Sakit loe parah pasti." Oscar pura-pura tak tahu kalau sahabatnya hamil. Menunggu saat yang tepat, saat ketika El sedang santai dan dapat di ajak untuk berkompromi. "Loe mau makan sesuatu."

Tiba-tiba El mau makan kue cubit, yang di atasnya di beri buah mangga. "Gue mau kue cubit sama mangga mateng."

"Oke, gue akan cari. Loe di rumah aja." Mungkin ini yang di namakan ngidam. Oscar langsung mengambil jaket serta kunci mobil. Sedang El malah bengong, tak bisa membantah. Perutnya terasa perih dan lapar. Oscar tak akan curiga kan kalau dirinya hamil.

"Enak?" Tanya Oscar pada El yang kini tengah makan kue cubit ketiganya.

"Enak sekali," jawab El riang seperti anak kecil yang telah di belikan mainan impian. Oscar dengan telaten mengupas mangga lalu meletakkannya di piring saji. Lalu menyodorkannya pada El. Tak lupa dia juga membuatkan susu ibu hamil.

"Minumlah susu ini." El menjauhkan gelas berisi susu coklat itu. Minum susu membuatnya mual. Untuk saat ini, El berusaha mencukupi kebutuhan nutrisi bayinya tanpa mau muntah lagi.

"Gue gak mau!!"

"Tapi susu baik buat kandungan loe." Kue yang El makan jatuh. Si pemilik mulut kaget saat Oscar menyebut tentang kehamilan.

"Loe tahu?"

"Iya tapi gue perlu memastikan sesuatu. Apa bayi dalam perut loe itu anak gue?"

Di tanya seperti itu El hanya menunduk, sambil mengelus-elus serabut yang keluar dari sweeternya. Dia tak berani mengaku atau bertatap muka dengan Oscar. "Kalau gue bilang, ini anak loe. Apa loe percaya?"

Senyum Oscar mengembang lebar, kelegaan langsung merambat ke hatinya membuatnya bahagia sekali. "Gue percaya."

"Loe gak marah?"

"Enggak," Oscar menarik kursi lali berjongkok di depan El, menggenggam tangannya. "Gue seneng, gue bakal punya anak dan jadi bapak." Saking senangnya Oscar malah memeluk dengan Amat erat.

El tak tahu ia harus sedih atau senang. Kata bapak tepat atau tidak? Ia jadi takut sendiri, menatap masa depan buah hatinya.
"Kita akan nikah."

Ajakan pernikahan itu seperti halilintar yang menyambar gendang telinga. Hamil memang tidak ia rencanakan tapi tentang hubungan sakral  dengan Oscar tentu El akan berpikir jutaan kali. "Gue gak bisa!!"

"El, anak itu butuh bapak dan juga legalitas hukum."

"Kalau itu gue bisa urus dan dapatin. Loe bisa ketemu sama anak ini tanpa kita nikah."

Oscar harus kecewa saat lamarannya ditolak. Tapi ia kenal El dengan baik, tak ada yang bisa menawar keputusannya. "Kenapa? Segalanya akan mudah kalau kita nikah."

"Kalau loe nikahin gue karena anak ini. Mending gak usah. Gue gak mau jadi tameng buat loe, jadi istri pajangan atau status doang." Oscar mengerti, El menyinggung orientasi seksualnya yang menyimpang. "Lagi pula apa loe pernah mikir kalau anak gue tahu kalau ayahnya gay? Apa dia gak bakal sakit hati? Gue juga gak mau, kalau pada akhirnya kita cerai. Kita emang bersahabat, tapi untuk hidup satu atap dalam waktu yang cukup lama kita gak akan sanggup. Loe udah ketemu laki-laki yang loe suka kan?"

Ucapan El memang terdengar pedas. Namun banyak benarnya, Oscar terlalu antusias hingga tak memikirkan perasaan El. Bagaimana nantinya jika perempuan itu menemukan laki-laki yang benar-benar di cintai. Anak mereka hanya akan jadi korban dan merasa tak di harapkan. Sebab Hadir karena ketidak sengajaan.

"Tapi gue masih bisa jagain loe kan?"

"Gue gak pernah menolak kehadiran loe di sekitar gue. Gue butuh loe selalu sebagai sahabat atau sebagai ayah dari bayi gue." El meraih telapak tangan Oscar dan meletakkannya di atas perut. Seburuk-buruknya Oscar, ada darahnya yang mengalir pada janin yang sedang El kandung. Entah ke depan keputusan apa yng akan El ambil. Yang jelas menikah dengan Oscar serasa tak mungkin atau kemungkinan terakhir.

🍆🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀

BersamamuWhere stories live. Discover now