Uli yang Riweh

45.1K 3.4K 20
                                    

"Ini berkas yang bapak minta kemarin," Ucapku sembari menyerahkan map coklat kehadapan pak Firman atasanku.

"Sudah kamu teliti semua?" Aku mengangguk sambil tersenyum.

"Tinggal bapak tanda tangani saja."

"Oke nanti saya tanda tangani, oh iya! Setelah ini saya minta kamu temui salah satu klien kita Bu Ani namanya. Tau kan?"

"Eh, kenapa saya pak?"

"Saya ada perlu untuk datang ke proyek baru hari ini. Kebetulan bentrok jam-nya sama meeting di butik Bu Ani."

"Kira-kira jam berapa pak saya kesana-nya?"

"Setelah jam makan siang gak pa-pa." Aku mengangguk sembari menoleh ke arah jam dinding.

Udah jam sebelas lewat empat puluh menit, bentar lagi jam istirahat.

"Ya sudah pak, kalau begitu saya permisi kembali ke ruangan," Pamitku.

"Oke, silahkan."

Aku keluar dari ruang Direktur utama dan langsung dihadang Uli tepat di depan pintu.

"Git, aku cari kemana-mana juga!"

"Apaan sih Li? Kayaknya penting banget gitu." Aku mendesah pelan lalu berjalan ke arah meja kerjaku.

"Kamu tau kan Git, tiap kali aku cari kamu pasti ada hal penting yang mau aku omongin!"

"Ini beneran penting nggak? Aku males kalo yang mau kamu bahas cuma masalah gak mutu kaya kemarin!"

"Ini penting Git,"

"Apaan?"

"Tau gak aku hamil dua bulan!"

"Apa?? Serius??" Aku teriak kenceng banget.

Untung ruangan ini sudah kosong, semua karyawan sudah turun ke lantai dasar untuk cari makan siang.

Uli mengangguk pelan sebagai jawaban dari pertanyaanku.

"Terus kenapa kamu lemes gitu? Suami kamu gak percaya kalo itu anaknya?" Tebakku ngasal.

"Enak aja, dia percayalah!"

"Lah terus??"

"Harusnya kamu juga ikut hamil Git, biar besok bisa lahiran sama-sama, terus anak kita bakal jadi temen."

"Ngaco banget deh Li! Mau hamil gimana sih, buset dah!"

"Aku bantu cariin calon mau gak Git?" Aku mendengus kasar.

"Itu lagi kan yang dibahas! Capek tau Li, males banget."

"Ayolah Git, temennya Raga banyak lho yang lajang!"

Raga itu nama suami Uli, mereka sudah dua tahun ini membina rumah tangga.

Pacarannya juga sudah lama banget dari jaman SMA.

Jadi, aku sama Raga  kenal dekat juga.

"Li dengerin ya, aku tuh seneng banget kamu sama Raga udah bahagia dan sekarang tinggal nunggu kelahiran Debay! Gak usah mikirin aku."

"Ayolah Git, mau ya aku kenalin sama temennya Raga,"

"Lain kali aja deh Li, jangan bikin aku tambah bete nih!"

"Dipikir-pikir lagi dong Git, siapa tau ada yang cocok. Apa aku kasih lihat foto-fotonya, atau aku kasih kontaknya sekalian."

"Uli!" Akhirnya Uli diam.

"Ma-af deh Git," Aku menghela nafas pelan.

"Jangan dibahas lagi ya Li, besok deh aku pertimbangin. Btw Thanks ya kamu banyak bantuin aku juga dari kemarin-kemarin, apalagi pas nyari bukti perselingkuhan Deril."

Sold Out!! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang