Pradiantara Tama Hariadi

33.1K 3.1K 95
                                    

"Jadi kamu yang dekat dengan anak saya, bilang kalo duda gak masalah asal kaya?!"

Aku terkesiap dengan ucapan mama Tama yang tidak lain adalah bu Ani.

Bedanya, bu Ani yang biasa aku lihat adalah wanita berhijab dengan balutan Gamis yang selalu melekat cantik di tubuhnya.

Sekarang, beliau tidak mengenakan setelan gamis ataupun kerudung yang biasa di pakai, Hanya daster panjang dengan Rambut diikat ke belakang.

Agak pangling, tapi dari cara bicaranya aku hafal dengan sangat. Beliau adalah bu Ani yang sering meeting denganku.

Iya benar, dia bu Ani!

Aku masih terdiam lalu menunduk.

Bingung harus bereaksi apa, disatu sisi aku butuh penjelasan apapun dari siapapun yang bisa ku dengar sekarang tentang hal ini. Di sisi lain aku harus siap-siap menerima bentuk kekecewaan bu Ani. Dia pasti sudah men-cap aku sebagai perempuan matre yang dekat dengan anaknya hanya karna uang dan harta.

Tapi siapa yang tahu kalo ternyata anak bu Ani yang selama ini ingin dia kenalkan ke aku adalah Tama!

Ya Tuhan, aku ingin sekali lenyap ke dasar bumi sekarang juga.

"Kok kamu gak pernah bilang sama ibu, kalo udah kenal Tama?" Aku mendongak, tapi hanya sebatas menatap kosong ke arah bu Ani tanpa bisa melakukan apa-apa.

"Kalo dari awal ibu tau kamu orangnya mah gak pa-pa banget, semua uang dan harta Tama buat kamu ibu ikhlas!" Ucapnya sumringah.

Aku terbelalak,

Haduh ini gimana ceritanya sih??

"Bu, sa-saya.." Ucapanku terpotong.

"Tama, kok kamu nggak bilang kalo sudah kenal sama Gita? Kenal dimana? Sejak kapan?" Tama masih diam, tatapannya santai, sangat berbanding terbalik denganku yang panik setengah mati.

"Mama udah kenal sama Gita?" Tanya Tama kemudian,

"Iyalah, Gita itu orang yang mau mama kenalin sama kamu dari dulu tapi kamu selalu nolak, dengan alasan kamu udah punya cewek, Ternyata Gita ya orangnya? Tau gitu kan mama gak perlu maksa-maksa." Ujar bu Ani semangat.

Tama menghela nafas pelan, kayaknya ada sesuatu yang melegakan.

Entah apa,

Aku lagi-lagi masih diam, lalu Tama melepaskan cengkeraman tanganku.

"Ma, Aku titip Gita sebentar. Jangan boleh kemana-mana Tama anterin pesanan Raga sama Uli dulu." Pamitnya lalu beranjak ke arah mobil yang diparkir di pinggir jalan.

"Gita? Kamu gak pa-pa kan nak? Kok kamu diam gitu?"

"Engh-gak pa-pa kok bu, Gita cuma agak bingung," Jawabku sambil menggaruk tengkuk.

"Kita ngobrol di dalam yuk, silahkan masuk. Jangan sungkan-sungkan anggap saja rumah sendiri."

Aku tersenyum kaku,

Bu Ani membimbingku masuk ke dalam rumahnya, bukan! Lebih pantas disebut istananya.

"Duduk dulu Git," Bu Ani mempersilahkan.

Aku menurut lalu duduk di hadapan beliau.

"Jadi sejak kapan kamu kenal sama Tama?"

Aku menghela nafas pelan.

"Bu, sebenarnya saya kenal Tama sejak enam bulan lalu. Karna dikenalkan Uli teman saya yang tidak lain adalah istri Raga, temannya Tama juga." Bu Ani tersenyum lalu mengangguk.

Sold Out!! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang