Papa-able-nya Basagita

34.5K 2.7K 41
                                    

Aku berjalan gontai memasuki area Pekarangan rumah.

Rasanya otakku benar-benar penuh sekarang, padahal aku sendiri nggak tau apa yang sedang bersarang di setiap sel otakku.

Pengen banget marah, misuh-misuh, nangis sambil teriak-teriak. Tapi nggak ada satupun yang berhasil ku lakukan.

Bingung mau ngungkapin kekecewaan ini pakai kata-kata apa yang bisa mewakili. Rasanya semua kata yang ada di Bumi berasa kurang pas dengan perasaanku sekarang.

Aku membuka pintu pelan, dengan raut semangat yang ku paksakan. Jangan sampai papa lihat aku pulang dengan wajah lesu kaya gini.

"Git, udah pulang. Kok tumben sampai malam?"

Aku tersenyum sembari berjalan ke arah papa yang duduk di sofa ruang keluarga.

"Iya pa, tadi meeting dulu." Ujarku pelan.

"Udah makan sayang?" Aku mengangguk,

Karna sebelum pulang, tadi Bu Ani memaksaku untuk makan di rumahnya.

"Kamu kelihatan capek banget, kaya gak semangat gitu. Ada masalah?"

Nah, kalo udah ditanya gini. Mana bisa aku berkilah lagi!

"Gak ada sih pa, cuma karna lagi banyak kerjaan aja." Celetukku.

"Oh papa kira kenapa,"

Aku diam sebentar, sedangkan papa meletakkan korannya dan melepas kaca mata baca yang tadi dia pakai.

"Papa sudah selesai baca koran Git, udah siap dengerin keluh kesah kamu. Ayo cerita, kerjaan apa yang bikin putri papa jadi lesu kaya gini?"

Aku tertohok,

"Emmm- Pa," Papa masih diam, menanti kelanjutan ucapanku.

Aku memang nggak bisa menyembunyikan sesuatu dari papa.

"Kalau- kalau seumpama, Gita dekat sama du-duda gimana respon papa?" Ujarku kaku sembari menunduk.

"Dudanya setua papa?" Jawab papa sambil melirik sekilas ke arahku.

"Enggak pa!" Sambarku,

"Ini dudanya beda pa!"

Papa tertawa pelan,

"Semua duda itu sama Git, kalo nggak cerai hidup ya cerai mati." Jawab papa santai.

"Pa, Gita serius!"

"Ya kalau kamu tanya gimana respon papa, ya gak gimana-gimana Git. Kalo memang udah pilihan kamu, dan takdirnya buat berjodoh kenapa enggak?"

"Yang jelas Git, kalo seumpama dia Cerai Hidup papa harap kegagalan dia di masa lalu tidak diulangi lagi saat dia sudah memilih kamu. Karna papa selalu berharap anak papa mendapat jodoh terbaik, tidak peduli dia perjaka atau duda yang penting dia tidak menyia-nyiakan anak papa satu-satunya!"

"Kalo dia cerai mati, papa akan minta dia agar tidak membanding-bandingkan kamu dengan istri terdahulunya. Kalau dia sudah memilih kamu sebagai pengganti mantan istrinya, berarti baik buruk kamu tidak akan diperhitungkan. Dia harus menerima itu semua tanpa terkecuali, dan tugas kamu menjadi pendamping yang baik untuk dia."

Aku tertegun dengan ucapan papa,

"Kalau seumpama sampai kepala tiga Gita belum nikah juga papa akan kecewa gak?"

Papa tertawa terpingkal-pingkal.

"Git-Git, tadi katanya udah deket sama duda?" Sindirnya.

"Ya kan Gita cuma berandai-andai aja pa. Lagian baru deket, belum tentu jodoh sampai ke pelaminan!"

Sold Out!! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang