Gamang

34.5K 3.2K 179
                                    

Tidak ada yang lebih buruk dari hari dimana undangan pernikahan mantan hadir disaat yang tidak tepat.

Ah, bukan! Mungkin aku hanya terlalu lebay dengan keadaan yang terjadi sekarang.

"Aku harap kamu bisa datang." Ujar laki-laki brengsek yang sekarang sedang duduk tepat di hadapanku.

Aku melengos angkuh menghindari tatapannya.

"Jadi maksud kamu ngajak aku kesini, cuma mau ngasih undangan pernikahan? Katanya mau ngobrolin hal penting, dimana letak pentingnya?" Ucapku ketus.

Sosok laki-laki yang tidak ingin ku sebut namanya itu, tiba-tiba memandangku remeh.

"Aku udah sering bilang Git, sebanyak apapun kamu berjuang sampai akhirnya membenciku. Kita akan tetap seperti ini, tidak bisa kembali bersatu!"

Aku masih diam,

"Aku sempat berniat ngenalin kamu ke Tama, sebelum aku tau kalian ternyata sudah saling kenal." Ujarnya lagi.

"Ikhlasin aku Git, dan kamu akan mudah mendapat ganti yang lebih baik. Kita akan sama-sama bahagia."

Cih, kata-kata macam apa itu??

"Kamu dengar ya Deril, aku bisa cari pengganti yang lebih baik dari kamu tanpa harus kamu nyodorin aku ke laki-laki lain! Dan ingat, bahkan kamu matipun aku sudah sangat-sangat ikhlas!"

"Kamu masih berharap aku kembali ke kamu?" Tanya Deril penuh selidik.

"Cih! Simpan itu tebakan kamu, aku bahkan lebih bahagia tanpa kamu!"

Jujur, aku tidak pernah membenci Deril apalagi hubungannya dengan Sania.

Aku juga sudah tidak mengharapkan dia kembali ke sisiku.

Tapi aku masih merasa kecewa dengan mereka yang tidak jujur dari awal, harusnya kalo Deril udah gak mau sama aku, dia udah bosan dengan hubungannya bersamaku, Deril bisa ngomong baik-baik. Dia gak perlu main di belakangku dengan jangka waktu yang cukup lama.

Aku akan dengan sangat ikhlas melepas dia kalo saja dia jujur.

Hampir Setahun lamanya dia berhubungan dengan Sania, saat masih menjalin hubungan denganku.

Ahhh! Aku benci kenapa tidak curiga sejak awal!

Pantaskah Sania ku sebut pelakor? tapi akhirnya, mereka justru sama-sama saling mencintai sampai menyusun pernikahan?

Dan Ya Tuhan, haruskah aku berdoa agar mereka mendapat karma dari rasa sakitku? Tapi jelas dosanya justru jatuh ke tanganku karna aku tau, engkau tidak suka pada hamba yang pendendam.

Aku menatap kartu undangan di atas meja, lalu beralih ke arah Deril yang masih duduk tenang di hadapanku.

Rasa benciku semakin mencuat, bagaimana mungkin dia akan menikah tiga hari lagi? Dan, oh God! tanggalnya? Kenapa dia memilih tanggal itu.

Tanggal dimana, hari itu adalah tanggal kelahiranku. Yah mungkinkah Deril lupa itu hari Ulangtahunku? Atau bisa jadi dia sengaja memilih tanggal itu untuk membuatku semakin hancur.

"Aku buru-buru pulang Git. kalo Sania tau kita ketemu, aku takut dia bisa salah paham."

Aku berdecak malas,

"Berkacalah pada kejadian beberapa tahun lalu saat kalian selingkuh. Pernah gak mikirin gimana kalo aku mergokin kalian di jalan dan pernahkah kamu takut aku salah paham??"

Deril lagi-lagi diam,

"Aku harap kamu memaklumi itu sebagai sebuah masa lalu yang sudah berlalu Git. Dan Aku benar-benar minta maaf." Ucap Deril pelan lalu pergi begitu saja.

Sold Out!! Where stories live. Discover now