Dinner Pertama

31.6K 2.6K 98
                                    

Sesuai dengan apa yang Tama janjikan kemarin, malam ini dua keluarga itu akan saling bertemu.

Hanya makan malam biasa, sebagai bentuk silaturahmi dari orangtua Gita dan orangtua Tama.

Handaru mengetuk pelan pintu kamar putrinya, Sang pemilik kamar sepertinya tidak mendengar.

Dia langsung membuka pintu dan Menatap bingung pada Gita yang masih mengeksekusi seluruh isi lemari besar di samping ranjangnya.

"Kenapa diacak-acak gitu?" Gita sontak menoleh ke arah pintu.

"Papa? Sejak kapan di kamar Gita?"

"Kamu sibuk ngacak-acak lemari sampai nggak sadar papa sudah di sini dari tadi." Handaru duduk di sisi ranjang sembari memunguti baju-baju Gita yang jatuh ke lantai.

"Abis Gita bingung mau pake baju apa buat malam ini," Ucapnya lesu.

Sejak kapan anaknya peduli soal penampilan? Biasanya cuek banget. Handaru mengernyit heran.

"Gita bagusnya pake baju yang mana pa?"

Handaru memandang ke arah Gita yang menunjukkan empat buah baju di tangan kanan dan kirinya.

"Semua bagus sayang." Ujar Handaru pelan.

Gita melengos,

"Papa milih dong, jangan bilang Gitu!"

"Ya senyaman kamu, apapun yang kamu pakai pasti kelihatan cantik. Yang penting sopan."

Gita lagi-lagi mendengus mendengar penuturan sang papa.

"Coba aja kalo mama masih ada, pasti bakal gampang konsultasi masalah beginian! Kan Gita juga usaha biar tampil cantik."

"Emang kalau nggak tampil cantik, Tama akan batalin lamarannya?" Tanya Handaru sakartis ke arah putrinya yang langsung membuat Gita terdiam.

Benar juga kata papa
Kenapa aku harus lebay gini sih, Tama aja gak pernah suka lihat aku dandan. Batin Gita dalam hati

"Maaf ya Pa, Gita terlalu berlebihan," Ujar Gita pelan.

"Gak pa-pa sayang, papa paham. Tapi kamu juga harus tau kalo hari ini cuma acara makan malam biasa belum resmi lamaran. Papa mau kamu tampil apa adanya, Tama nggak nuntut kamu untuk pakai baju ini-itu kan?"

Gita menggeleng cepat.

Handaru tersenyum,

"Pakai baju sehari-hari aja, daster Gitu. Kan bagus sambil latihan tampil biasa di hadapan calon suami, biar besok dia nggak kaget kalo udah nikah."

Gita tergelak, Sedangkan Handaru tertawa pelan.

--//--

Detik berganti menit, menit berganti jam.

Gita tidak bosan-bosan menatap ke arah jarum jam yang terus berputar.

Menunggu calon suami dan calon ibu mertua tiba di rumah ternyata jauh lebih menegangkan daripada menunggu hasil kelulusan semasa SMA.

Entah apa yang mampu meluluhkan hatinya saat ini, tapi pesona Tama di mata Gita jauh lebih besar. Bukan, bukan karna harta yang dia punya. Entah, perasaannya bahkan sulit terbaca!

Gita selama ini selalu heran kalau saja ada beberapa orang terdekatnya yang tiba-tiba memutuskan untuk menikah, padahal jarak kedekatan mereka sangat-sangat singkat.

Bahkan Gita selalu dibuat bingung, bagaimana mereka bisa seyakin itu pada hubungan yang baru seumur jagung. Gak takut suatu saat cerai? Gak takut waktu kenalan kurang lama sampai gak bisa ngenalin sifat asli pasangan?

Sold Out!! Donde viven las historias. Descúbrelo ahora