Restu

32.6K 2.2K 118
                                    

Handaru dan Gita duduk berdampingan di samping makam Vina, Istri Handaru sekaligus Ibu kandung Gita.

Setelah berdoa, keduanya menaburkan bunga di atas nisan itu.

Handaru menatap Gita lama.

"Kenapa Pa?" Tanya Gita yang merasa aneh saat Handaru menatapnya seperti itu.

Handaru tertawa pelan,

"Kamu beneran mau nikah?"

Gita tergelak.

"Papa nanya-nya aneh!" Gerutunya.

"Papa merasa ini terlalu cepat. Perasaan baru kemarin pasangin popok ke kamu, nyuapin, mandiin. Sekarang sudah sebesar ini ternyata!" Ucap Handaru parau. Matanya berkaca-kaca.

Gita terdiam, dia sangat tau apa yang papanya rasakan sekarang.

Mengingat sejak kecil dia hanya hidup berdua dengan sang Papa.

"Papa berharap kalian bisa bersama-sama sampai tua. sampai maut memisahkan!" Handaru menggenggam tangan putrinya dengan penuh kasih sayang.

"Hal yang sangat papa harapkan saat masih bersama mama kamu dulu. Tapi takdir berkata lain, mama kamu sudah lebih dulu pergi saat kita belum sampai tua,"

"Waktu pergi, mama kamu masih muda dan cantik banget!"

"Dia belum pernah lihat papa setua ini, papa takut kalo kita ketemu di alam sana nanti, mama pangling sama papa." Ujar Handaru sembari tertawa samar.

Air matanya terus turun meskipun berusaha ia tahan.

Gita memeluk pundak Handaru sembari menenangkan tangis papanya.

"Mama udah bahagia disana pa," Ucap Gita pelan.

Handaru mengangguk,

"Ya sudah ayo pulang, kita siap-siap untuk pengajian nanti malam." Ajak Handaru.

Gita tersenyum lalu berdiri mengikuti langkah sang Papa.

"Besok setelah nikah, Tama janji sama Gita untuk tinggal di rumah kita." Ujar Gita sambil mengenakan sabuk pengaman.

Handaru menoleh,

"Kamu yang minta?"

Gita menggeleng,

"Dia yang ngajak, karna aku pernah bilang kalo aku cuma tinggal berdua sama papa." Jelasnya kemudian.

"Kasihan ibunya Tama jadi sendirian di rumah," Jawab Handaru.

"Di rumah Bu Ani nggak sesepi rumah kita Pa, ARTnya juga menetap."

"Ditambah Fajri sepupunya Tama. Dia tinggal bareng disana, setiap hari nemenin bu Ani kalo pas Tama sibuk kerja." Handaru mengangguk paham.

"Jadi Ani gak masalah kalo kamu sama Tama tinggal di rumah kita?"

"Kita pernah bahas ini sama bu Ani, aku sama Tama akan adil kok. Tiap saat pasti kita gantian untuk tidur di rumah papa atau di rumah bu Ani."

"Kalian nggak kepikiran beli atau bikin rumah gitu?"

"Sebenarnya, Tama sudah punya Pa. Cuma aku yang belum mau rumah sendiri."

Handaru terdiam, dia sudah menebak hal ini.

"Papa Takutnya nanti Tama ngerasa nggak bebas kalo tinggal di rumah papa. Tau kan menantu sama mertua kadang seperti apa?"

"Papa tau kan Tama orangnya gimana, kalo menurutku sih dia gak akan kaya gitu."

Handaru terkekeh.

Sold Out!! Where stories live. Discover now