2. Potret Ambigu

883 87 5
                                    

Hari ke-0, kita berhasil memulai dari awal.
###

Setelah menonton pertandingan basket di sekolahnya, Azel dan Cyra pulang ke rumah Azel. Cyra memang selalu seperti itu sejak sekolah dasar. Gadis itu jarang sekali langsung pulang ke rumah jika habis berpergian bersama Azel. Jangan salahkan Cyra, salahkan saja rumah Azel yang pintar bikin nyaman!

Tangan Azel bergerak membuka pintu kamarnya. Belum genap tiga detik pintu kamar berhasil Azel buka, Cyra dengan anarkis menabrak bahu Azel karena berlari terburu-buru menyerobot pintu. Azel menggeleng pelan. Matanya menyorot penuh maklum ke arah Cyra.

"Pelan-pelan, Ra, nanti kepeleset," ujar Azel seraya melepaskan tasnya lantas meletakannya di atas meja belajar.

"Awas, Zel. Jangan halangi gue. Gue mau mendarat di pulau kapuk." Cyra berucap dengan wajah seriusnya. Mengambil ancang-ancang untuk mendarat di kasur empuk milik Azel. Dan kalian harus tau, Azel bahkan tak sedikitpun berniat menghalangi Cyra, seperti yang gadis itu katakan. Hanya saja Cyra yang terlalu dramatis dengan adegan konyolnya.

"Ra, awas itu, nanti nab--"

Brak!

"Aduh! Azel ... lontong!"

Azel menghela napas pelan. Melangkah mendekati Cyra yang salah tempat mendarat. Bukannya mendarat di atas kasur empuk, malah terbaring dengan kondisi mengenaskan sebab kepalanya membentur lemari baju milik Azel.

Azel berjongkok di depan Cyra. Menjulurkan tangan kanannya. "Sini, gue bantu diri."

Cyra ingin menyambut uluran tangan itu, namun urung saat sebuah kertas foto berbentuk persegi panjang berukuran kecil, baru saja mendarat tepat di dahinya. Cyra meraba kertas foto tersebut. Tiba-tiba saja Cyra terduduk tegap saat mengetahui kalau benda yang mendarat di dahinya ialah sebuah foto polaroid. Cyra mengernyit, tak mengerti dengan makna foto yang warnanya mulai memudar itu.

"Azel, ini foto apaan?" Cyra membawa foto tersebut sejajar dengan mata cokelatnya. Dahinya mengernyit, tanda bahwa ia sedang berpikir keras.

"Eh, bentar." Tangan Azel terjulur, menggeser jari telunjuk Cyra yang menghalangi torehan tinta hitam di belakang foto tersebut. "Foto itu tadi jatuh dari atas lemari, kan?"

Cyra mengangguk, namun matanya tetap tertuju pada objek foto. Cyra kemudian berdiri, lantas duduk di bibir ranjang.

"Zel, gue baru tau kalo lo suka motret objek abstrak gini," ucap Cyra membuat Azel ikut duduk di sampingnya.

Cyra menyodorkan foto tersebut ke arah Azel. Dan dengan gelombang di dahinya, Azel mengambil alih foto tersebut dari tangan Cyra. "Gue ngga pernah motret pake polaroid gini," kata Azel dengan raut bingungnya.

"Lah, terus siapa kalo bukan elo? Kan fotonya jatoh dari lemari lo, Kuncoro?!"

Azel menggeleng. Matanya menatap lamat-lamat objek dalam foto, yang Azel yakini adalah sebuah bibit tumbuhan. "Ini maksudnya apa? Biji pohon?"

"Hari ke-nol, kita berhasil memulai dari awal." Cyra bersuara pelan, menyuarakan kalimat ambigu yang tertulis di balik foto polaroid.

Azel sama sekali tak terkejut dengan kalimat itu, sebab ia sudah terlebih dahulu membacanya sebelum Cyra menyuarakn kalimat itu. Namun, kontradiksi antara objek foto dan kalimat di belakangnya berhasil membuat kepala Azel dihujani banyak pertanyaan.

Cyra beranjak turun dari kasur. Kakinya melangkah mendekati objek yang berhasil ia tangkap. "Azel, kok elo ngga bilang sih, kalo sekarang lagi suka motret pake kamera polaroid? Gue pengen dipotret juga kali!"

AzelUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum