16. Koma Berjeda

450 57 0
                                    

Azel menatap sekitarnya, mencari Cyra yang sedari istirahat tadi entah ke mana. Kakinya sudah lelah menjelajah tiap jengkal koridor sekolah. Mulai dari lantai dasar sampai ke atap sekolah, tetap saja Cyra tak ditemukan. Sebelumnya, gadis itu hanya berpamitan ingin ke toilet pada Azel, namun sampai bel istirahat tinggal lima menit seperti sekarang Cyra tak juga terlihat batang hidungnya.

Hanya ada satu tempat lagi yang belum Azel periksa yakni perpustakaan. Mana mungkin juga Cyra berada di sana. Kalau melewati koridornya saja Cyra merasa kepanasan, apalagi diam dan menetap sebentar di dalam sana.

Azel ingin mengabaikan tempat keramat itu saat langkahnya memasuki koridor. Namun, alih-alih meneruskan langkah, Azel malah berdiri di ambang pintu saat suara yang sangat ia kenali, terdengar di indranya.

"Haloo guys, jadi nama gue Cyra Tsabita. Menurut buku catatan profesor Azel Pradipta Putra, arti nama gue itu Bulan sabit yang indah. Ya, secara harfiah nama gue itu perwujudan dari fase bulan tercantik di Bumi, bulan sabit."

Di ambang pintu Azel memerhatikan lamat-lamat apa yang sedang gadis itu lakukan. Dengan tangan bersedekap dan raut tanpa ekspresinya, Azel menatap ke arah tiga laki-laki dengan seragam sekolah yang sama, juga seorang gadis manis yang tengah mengatur posisi duduknya di sebelah Cyra.

"Eh, bukannya fase bulan tercantik itu bulan purnama, ya?" Masih di tempatnya berdiri, dengan jelas Azel mendengar pertanyaan itu dari gadis yang namanya pun tak Azel tau. Dengan segala rasa hormat, Azel paling malas jika harus menghafal nama makhluk bumi di Surya Aksara.

"Eh, Kak Zia enggak denger apa? Tadi kan gue bilang menurut buku catatan profesor Azel Pradipta Putra, bukan menurut kak Zia, Danu, apalagi Upin Ipin." Azel menarik kecil sudut bibirnya. Gadis itu memang selalu asal ceplos. Jelas saja kembar identik itu akan protes setelah dijuluki Upin-Ipin.

"Enak aja!" Salah seorang kembar menyahuti.

"Kalau kita Upin sama Ipin, terus Danu apa dong? Ijat? Mentang-mentang Danu kalem sama bisu, gitu?" Seperti hukum alam, kembar yang lain ikut menambahkan dengan selipan jokes receh di kalimatnya.

Di dalam perpustakaan semua orang kompak tertawa, kecuali Danu dan buku-buku di rak-rak yang warnanya kian tertutup oleh debu.

"Ra." Pelan Azel memanggil gadis itu. Anehnya, bukan hanya Cyra yang langsung menatap sumber suara, melainkan semua yang duduk di meja bersama Cyra juga ikut menoleh kompak ke arah Azel.

Cyra tersenyum lebar tatkala matanya menemukan iris hijau itu, lalu melambaikan tangan menginstruksikan agar Azel mendekat ke arahnya.

"Seru ya, Ra, di toilet rame gini?" Kalimat yang dibumbui sindiran itu Azel hadiahkan untuk Cyra saat laki-laki itu mengambil posisi duduk di sampingnya.

Cyra meringis, menatap sekilas raut bingung dari senior-seniornya di meja yang sama, sekaligus malu sendiri karena sudah tertangkap basa.

"Tadi ke toilet," Maka selanjutnya, biarkan Cyra menggunakan alibinya. "Abis dari toilet gue enggak sengaja ketemu 3DZia, jadi sekalian ngobrol-ngobrol. Mayan, Azel, mana tau gue jadi viral." Memang tidak bisa diragukan lagi kehaluannya. Luar biasa halunya.

Azel diam saja, dan itu bertanda kalau laki-laki itu sudah tak ingin memperpanjang permasalahan ini.

"Oh iya, sebelumnya kenalin kami dari 3DZia. Nama gue Davin, dan ini kembaran gue Devan. Lewat lima menit aja." Devan menoyor kepala kembarannya itu tanpa aba-aba.

Devan kemudian tersenyum ke arah Azel. "Sebenernya kita cuma selisih empat menit lima puluh sembilan detik koma sembilan."

"Enggak penting," sahut Azel datar.

Zia tersenyum penuh arti, mungkin sikap Azel mengingatkannya pada laki-laki di sebelahnya, Danu.

"Azel, ish! Enggak boleh sama kakak kelas gitu." Cyra menyikut siku Azel dengan gemas.

Devan dan Davin kompak mengembang-kempiskan hidungnya. Sebagai dua orang yang hobi melawak, sepasang kembar itu sudah biasa jadi bahan judesan orang-orang.

"Bentar lagi bel masuk." Kali ini Danu yang angkat bicara sekaligus memperingatkan.

"Yaudah mulai, deh." Zia tampak menekan tombol kameranya yang disanggah oleh tripod.

Dahi Azel mengerut. Tak seperti orang-orang yang tersenyum bahagia di depan layar, Azel malah dibuat bingung.

"Apaan ni?" bisik Azel tepat di telinga Cyra.

Cyra menatap Azel penuh binar, sedang tangannya bertepuk riang. "Kita bakalan masuk vlognya 3DZia, Azel! Asyik, kan?!"

"Untuk?"

"Wawancara gitu. Apasih namanya?" Cyra diam sebentar, berpikir. "Itu Azel pokoknya tanya jawab gitu."

Azel mengangguk singkat. Sebenarnya ia bingung, untuk apa juga ia harus terlibat dalam hal ini.

"Haloo Guys...." Zia menyapa penonton setianya seperti biasa di depan kamera, sedang dua kembar sibuk memfokuskan kamera.

"So, kita kali ini kedatangan tamu!" ujar Zia lagi, kali ini mengisyaratkan agar Cyra ikut menyapa penontonnya.

"Halo guys, nama gue Cyra Tsabita. Umur 15 mau jalan ke 16. Hobi gue tidur di meja pojok kelas atau ngadem di mesin atm." Sapaan itu sama sekali tak terdengar kaku, tak seperti kebanyakan orang yang tak terbiasa berbicara di depan kamera.

Di samping Cyra, Azel menarik senyum sangat tipis. Melihat keantusiasan sahabatnya itu.

"Cyra ke sini sama siapa?" Entah Devan atau Davin yang menanyakan hal itu. Yang jelas, pertanyaan itu membuat Cyra memeluk lengan Azel erat-erat.

"Ohiya, guys. Gue bawa temen gue dari jaman ngompol di celana, nih," Kemudian beralih menatap Azel singkat dan menatap Azel ke depan kamera lagi. "Azel kenalin diri lo."

Kalau permintaan Cyra harga mutlak bagi Azel, maka saat ini Azel memilih pasrah saja. "Nama, Azel." Perkenalan singkat itu berhasil membuat Zia tertawa renyah.

"Zia kira Danu stok terakhir di Bumi. Ternyata ada Azel," celetuknya di sela tawanya.

"Boy, lu kalo perkenalan yang panjang dikit, kek. Biar subscriber 3DZia naik," dengus Devan.

Lain Devan lain pula Cyra, gadis itu malah tersenyum lebar sembari mengusap-usap kepala Azel dengan sayang. "Bagus, ada kemajuan Azel."

"Lucu banget, sih, kalian," gemas Zia sambil mengerutkan hidungnya.

"Langsung tanya aja." Sudah pasti itu kalimat yang diucapkan oleh Danu.

Zia tampak mengangguk singkat, lalu menepuk sekali tangannya. "Oke, jadi 3DZia Team bakalan nanya sesuatu ke kalian."

"Pertanyaannya apa, Kak?" Cyra memang sangat antusias dari awal. Bagaimana tidak antusias? Kehadiran Cyra di sini pun sampai harus tak jujur pada Azel.

Zia tampak berpikir dengan mata yang melirik ke arah kiri atas. Sedang di tempat duduknya, masing-masing kepala menunggu Zia mengutarakan pertanyaannya.

"Gimana tentang stuck in friendzone menurut kalian?"

Sial. Azel mengumpat dalam hati atas pertanyaan itu.

_____
A/n:
Haluuuuu! Apa kabar? Asik bisa update nih.

See u.

Bumi, di tempat manusia di kejar waktu, 17 November 2019.
With love,
slsrnda

AzelNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ