15. Kenyataan

454 61 1
                                    

Tetra; Tangan mengenggam, tatapan terkunci

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tetra; Tangan mengenggam, tatapan terkunci. Kita akan baik-baik saja setelah ini.

Senja sudah mulai hilang, namun mereka tetap dibuat bingung dengan kalimat di balik foto. Ketiga dahi itu mengerut kompak, berpikir keras. Menerka-nerka sebenarnya apa yang terjadi di masa itu?

"Kayaknya, ada masalah yang ngebuat bokap nyokap lo... merasa takut, mungkin?" Saepul berkata ragu. Jelas saja ragu, sebab semakin tinggi urutan foto,semakin ambigu pula kalimatnya.

"Tapi di tulisan ini, nyokap lo kayak nyoba ngeyakinin Om Raqi." Cyra menambahkan.

"Dan yang gue tangkap dari tulisan itu, kayaknya mereka kejebak di masalah yang cukup serius,"  ucap Azel seakan melengkapi potongan-potongan kemungkinan yang terjadi.

Selanjutnya hening. Ketiga manusia itu sedang berpikir keras, bergelut dengan pikirannya masing-masing. Menerka-nerka, boleh jadi ada petunjuk baru di kalimat ambigu itu.

"Sorry, kalau boleh tau, Zel...." Saepul memecahkan keheningan sejurus mengangkat pandangan ke arah Azel. Raut wajahnya terlihat sangat serius.

Azel dan Cyra sontak saja menatap ke sumber suara. Menunggu Saepul memulai kata.

"Nyokap lo meninggal karena apa?" Bukan jadi rahasia lagi bagi Saepul, mengenai Azel yang sudah lama tak dapat hangatnya pelukan ibunya. Karena, sejak awal pertemuan mereka di masa orientasi siswa, Saepul merasa kalau Azel dan ia sama. Sama-sama ditinggalkan kedua manusia paling berharga di hidupnya. Maka saat Saepul berbasa-basi menanyakan kabar orang tua Azel sewaktu pembagian kelompok pengenalan lingkungan, dengan dingin Azel menjawab kalau keduanya sudah bertemu di tempat yang paling damai.

Azel diam sebentar. Di bawah meja, tangan Cyra terjulur mengenggam kuat tangan Azel dengan hangat. Sedang mata gadis itu menyorot teduh meyakinkan Azel kalau semua akan baik-baik saja setelah ini.

Azel tersenyum tipis. Dari mata cokelat Cyra, laki-laki itu kemudian beralih ke hamparan luas langit yang mulai menggelap.

"Skizofrenia."

Saepul terkejut. Dengan payah ia telan salivanya. Menatap dan tertegun. "Maaf, Zel. Gue enggak maksud ngingetin elo sama---"

"Enggak apa-apa. Gue juga enggak pernah inget apa-apa tentang nyokap. Yang gue tau, papa pernah bilang kalo nyokap pergi waktu gue masih kecil banget," potong Azel dengan senyum kecil di ujung kalimatnya.

Saepul kembali menelan salivanya. Ini berat, namun harus ia suarakan. Maka dengan suara bergetar, laki-laki itu berucap, "Gue yakin semua penyakit pasti ada sebabnya. Dan nyokap lo---"

"Lo baru aja ngelewatin batas privasi orang, Pul!" Cyra memperingatkan dengan penuh penekanan, membuat Saepul langsung bungkam detik itu juga.

Azel menatap Cyra sekali lagi. Tersenyum kecil, seolah memberitahu kalau tak ada salahnya jika luka itu kembali muncul ke permukaan.

"Sebenernya gue enggak tau. Setiap kali gue nanyain hal itu ke papa, dia selalu ngehindar. Sampai papa pulang, papa enggak pernah ngasih tau penyebab penyakit mama waktu itu." Cyra tau Azel perlu bertahun-tahun untuk siap menceritakan ini kepada orang lain. Karena, selain Cyra, tak ada yang tau tentang hidupnya. Karena bagi Azel, selain bulan paling cantik di antariksa, tak ada satupun manusia yang dapat ia percaya di Bumi.

Ting!

Saepul yang sedari tadi memerhatikan Azel, kini dibuat menyorotkan seluruh fokusnya pada gawai miliknya di atas meja.

Sebuah pesan baru saja masuk.

Setelah membaca pesan, Saepul memundurkan kursi lantas berdiri dengan tangan yang mengenggam benda pipih sejuta umat itu.

"Gue kayaknya harus cabut dulu. Adek gue udah bawel, minta jemput di tempat lesnya," pamitnya sedikit merasa tak enak.

Azel mengangguk pelan. Sedang Cyra sudah berteriak kencang melihat Saepul yang mengambil ancang-ancang. "HATI-HATI DI JALAN, PUL! SALAM BUAT ADEK LO."

"YOI!" balas Saepul seraya melangkah cepat meninggalkan atap.

Sepeninggal Saepul, Cyra dan Azel terdiam cukup lama. Keheningan merajai tempat itu.

"Azel." Panggilan itu merupakan alat pemecah keheningan sebelumnya. Maka dengan sorot mata hijau yang menerawang jauh ke langit yang mulai menggelap, Azel berdehem sebagai jawaban.

"It's okay if you not okay," ucap Cyra dengan tangan yang mempererat genggamannya.

Azel memilih bungkam, sedang di tempat duduknya gadis itu menghela napas panjang. "Di Bumi, elo enggak perlu ngerasa sendiri. Ada gue." Begitu kalimat yang entah sudah berapa kali Cyra ucapkan pada Azel kembali diterima oleh indra pendengarnya, membuat lengkungan kecil terbit di wajah lelah laki-laki itu.

Di Bumi yang sesak ini, kenyataan terpahit memang lihai menjadi subjek pemukul yang rasa sakitnya luar biasa. Manusia tak perlu remuk redam, juga tak perlu luka fisik dan berdarah. Karena kenyataan, manusia bisa mati dengan mudah.

Jika diibaratkan subjek, kenyataan adalah subjek paling mengerikan bagi manusia. Tak tertebak bagi mereka yang sering memalsukan suara tawa yang terbahak. Juga tak dapat diketahui bagi mereka yang merasa dihantui. Karena, layaknya masa depan, kenyataan terpahit manusia ada dua; pertemuan yang berujung melepaskan, atau melepaskan untuk manusia yang berjuang demi kata merelakan. Keduanya memang sulit. Tapi, manusia memang harus bertemu dua hal itu agar paham kalau berurusan dengan kenyataan, manusia tak bisa berbuat apa-apa.

Untuk kesekian kali. Sirius dan bulannya berada di satu garis sejajar. Tak seperti kebanyakan dongeng masa lalu yang menyatakan bahwa Bulan lebih mencintai Bumi. Karena di sini, Azel tau kalau Bulannya lebih mencintai dirinya. Sirius paling kesepian di Galaksi Bimasakti.

"Makasih, Ra."

____
A/n:
DUARRRR UPDATE WKWK.
Maaf semalem enggak sempet.
Dimohon bersabar bagi yang kangen MAMI EMA wkwk.
Mudah-mudahan kalian bisa ambil sesuatu di cerita Azel.

Oh iya, sejauh ini cerita Azel gimana menurut kalian?

Komen donggg ehehe.

Ohiya, akhir November, mudah-mudahan cerita Azel tamat tepat waktu. Mudah-mudahan kalian bisa peluk Azel versi cetak ehehehe.

Ohiya, untuk yang kesel sama Saepul. Untuk kalian yang pengen banget nimpuk Saepul pake sepatu, bisa tu hujat berjamaah di line komen ini.

See ya!

Di Bumi, tempat manusia khawatir dan ketakutan, 12 November 2019.
Dengan Cinta,
slsrnda

AzelWhere stories live. Discover now