3. Kecuali

748 94 5
                                    

Azel tak pernah menyangka akan menemukan sealbum penuh potret ambigu dengan bermacam-macam kalimat membingungkan di balik fotonya. Azel berjam-jam membeku di tempatnya. Sedang Cyra tak henti-hentinya berceloteh panjang lebar, memikirkan kemungkinan-kemungkinan dari kalimat di balik foto polaroid yang mereka temukan sore tadi.

"Azel!" Cyra berseru gemas. Rambutnya sudah ia jambak berkali-kali sangking gemasnya. "Om Raqi itu dulunya anak IPA apa gimana, sih? Dari tadi fotonya biji sama bibit tanaman semua."

Azel mengangkat pandangan. Pandangan yang semula terfokus pada salah satu foto di album, kini tergantikan dengan sesosok gadis cantik bermata cokelat di hadapannya. Azel kemudian menggeleng pelan. "Bukan, Papa dulu anak Bahasa." Azel menghela napas pelan. Memberi jeda pada kebingungannya. "Setau gue, papa emang suka pelihara tanaman hias."

"Yeeee, kalo itu juga gue tau. Orang rumah lo dikelilingi sama tumbuhan gini. Udah kayak hutan rimba aja, tau ga? Hahahaha...." Cyra berucap jenaka. Tawa keras seakan menjadi pelengkap kalimatnya.

Azel tertawa kecil. Virus suara tawa milik Cyra memang pintar menyerang diri Azel. Sejenak, Azel lupa kalau ia sedang bingung. "Kayaknya, dulu Papa salah ambil jurusan, ya?" Azel kembali membolak-balik halaman album. "Ini album isinya anak IPA banget. Biji-biji gitu."

"Heh!" Cyra mencubit perut Azel tanpa aba-aba. "Biji apaan nih maksud lo? Ambigu banget!"

"Gue keinget Saepul, Ra."

Azel tertawa lagi. Mengingat Saepul yang selalu membahas biji-bijian sewaktu jam kosong di kelasnya. Saepul adalah teman sekelas Azel dan Cyra yang bisa dikategorikan ke dalam tujuh makhluk paling ajaib versi On The Copot. Semua biji Saepul bahas. Mulai dari biji kacang hijau alat praktek Biologi minggu lalu, sampai biji salak Mang Asep di kantin yang membuat Cyra ingin bolos kelas hanya untuk menikmati makanan tradisional itu.

Cyra spontan memiting leher Azel dengan lengannya. Lihat. Betapa random-nya seorang Cyra Tsabita. Beruntunya Azel selalu sabar menghadapi Cyra. "Enggakk! Enggak! Azel ngga boleh terkontaminasi dengan otak mesum Saepul." Kemudian mengusap-usap kepala Azel layaknya mengusap kepala anak kucing. "Azel alim. Azel alim. Ga boleh temenan sama orang mesum. Ga boleh!"

Azel tertawa renyah. Menikmati tiap gerakan tangan Cyra pada rambutnya. Rasanya hangat. Seperti pelukan seorang ibu. Seperti kopi yang baru saja diseduh. Seperti sesuatu baru saja merambat masuk ke relungnya. Namanya Cyra. Bulan paling hebat. Paling bisa menghangatkan hati Azel yang kemungkinan sudah lama membeku. Namun dengan Cyra, Azel luluh. Pertahanannya runtuh. Dan tak ada yang tau. Kalau diam-diam Azel membangun perasaan baru.

"Ra, pulang, gih. Udah mau isya." Azel berucap pelan. Membuat pergerakan tangan Cyra terhenti detik itu juga.

Cyra mengambil posisi di samping Azel. Kembali duduk di posisi semula. Cyra mengangkat lengannya. Mengendus bagian ketiaknya. Lucu. "Gue bau asem, ya?"

"Iya. Makanya pulang dulu, ya. Gue juga mau mandi. Mau istirahat." Perkataan Azel tak sepenuhnya benar. Juga tak sepenuhnya salah. Jika tanpa parfum saja Cyra memiliki wangi yang khas, lalu bagaimana saat ia menggunakan parfum seperti saat ini? Azel memang pintar berdalih.

"Yaaaahh... gue masih mau di sini. Masih penasaran sama foto-foto itu," tunjuk Cyra dengan dagunya ke arah album yang halamannya menganga jumawa.

Azel menutup album berdebu. Kemudian berdiri dari duduknya. Menepuk pelan celananya guna membersikan debu. Seperti kebiasaan yang selalu ia lakukan saat hendak berdiri dari duduknya. Tangan Azel terjulur, menunggu uluran tangan Cyra. "Ayo, gue anter pulang."

Cyra hendak menggeleng, namun urung saat iris hijau Azel menatapnya lurus-lurus. Kemudian mendengus pasrah. Kalau sudah begini Cyra menurut saja. "Ck! Yaudah, deh."  Gadis itu berdecak seraya berdiri dengan bantuan tangan Azel.

Azel mengenggam tangan Cyra. Menariknya dengan gerakan pelan agar Cyra mengikuti langkahnya yang beranjak menderap keluar. Selalu begitu. Azel suka menggengam. Sedang Cyra penggila hangatnya genggaman tangan Azel. Sangat serasi dalam hubungan zona teman.

"Azel, lo tau 'kan kalo gue dari dulu suka banget mukul lo?" Di sela jalannya keluar dari gerbang utama rumah Azel, pertanyaan Cyra sontak membuat Azel menitikkan fokusnya ke arah gadis itu.

Azel menggeleng pelan. "Sebenernya bukan cuma mukul. Kadang lo nampar, nyubit, ngelempar sepatu, jitak kepala gue, nyampit golok, ngajak baku hantam---"

"Ih!! Lo kok pengingat yang baik, sih?!" Cyra memotong kalimat Azel dengan menggebu-gebu. Sebenarnya merasa sedikit bersalah.

Azel tertawa pelan. Selalu seperti itu saat Cyra menampilkan raut sebal kepadanya. "Lagian kenapa, sih? Gue ga ngerasa sakit juga. Itung-itung terapi gratis. Gue suka."

Cyra tertawa geli. Perkataan Azel membuat perutnya merasa digelitiki ribuan kupu-kupu. "Jayus lo, Ferguso!"

Azel tersenyum tipis. Kemudian melemparkan pandangannya ke arah jalan. "Lagian tumben lo nanyain yang gituan."

"Ga apa-apa, sih, sebenernya. Gue cuma mau bilang," Cyra menghela napasnya sejenak. Memberi jeda pada kalimatnya. "Ga boleh ada satupun orang yang nyakitin lo, kecuali gue. Kalo misal ada yang berani nyakitin elo ... kuy gue ajak baku hantam!"

Tanpa menghentikan langkah, dan tanpa menatap kembali ke manik mata cokelat Cyra, Azel menyahut pelan. "Kalo ternyata orang yang nyakiti gue adalah orang yang bener-bener lo sayang gimana, Ra?"

Cyra tersenyum lebar. Mata cokelatnya berbinar. Rautnya terlihat sangat yakin. "Kecuali elo, Zel. Kecuali elo nyakitin diri lo sendiri. Diluar dari itu, Gue akan selalu berpihak pada lo."

"Kalo mereka bagian dari hidup lo?"

Dengan tenang Cyra kembali berucap yakin. "Lo bagian dari idup gue.Gimana bisa lo nyakitin diri lo sendiri?"

Kalimat dari Cyra seakan penutup manis percakapan malam ini. Dengan angin yang berhembus pelan, pohon akasia yang berjejer di pinggir jalan, serta kehangatan yang tercipta saat genggaman mereka tak jua terlepas. Malam ini, untuk kesekian kalinya, Azel dibuat sadar berkali-kali. Di Bumi yang sesak akan polusi dan omong kosong ini, masing-masing jiwa itu menyadari kalau mereka tak pernah benar-benar sendiri.

____

A/n:

Haiii! Azel dan Cyra kambekk *indo aksen.
Udah sampe bab 3 kan ya?
Mau minta saran btw, gimana perasaan kalian selama baca Azel?
Biasa aja.
Gemes.
Gemes banget.
Bingung.
Atau ga ada yang baca Author Note ini? Wkwk

Aku ga mau ngemis vote:) cuma mau maksa kalian aja supaya ngevote wkwk. Tbh, aku lebih suka komenan yang banyak dan bermutu wkwk.  Tenang, aku cinta juga kok sama sider:) *sinisme* wkwk.

Intinya aku mau bilang, makasih udah mau ngeluangin waktu menyelami teka-teki yg baru mau dimulai ini:)

See ya. Maap kebanyakan bacod.

Bumi, di tempat manusia berjanji dan mengingkari, 25 Agustus 2019.
Dengan cinta,
slsrnda

AzelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang