12. Penyusup

473 60 3
                                    

Cyra dan segala alam semestanya tanpa Azel hanya sebatas tubuh yang bergelung dalam selimut, persis seperti makanan jepang kesukaannya.

Tak banyak yang dapat Cyra lakukan tanpa teman debatnya itu. Kalau tidak melamun, ya tidur menyambut mimpi.

Cyra yang masih dalam balutan selimut berdecak kesal, mengingat Azel yang masuk sekolah tanpa dirinya. "Ck! Cuma luka dikit aja, segala enggak dibolehin kemana-mana. Sebel!"

Kemudian menarik diri duduk di bibir ranjang. Cyra menoleh ke arah kiri, menatap pantulan dirinya di cermin rias. Senyum tipis tercetak jelas di wajah bantalnya. Tentu saja, orang Cyra belum mandi sampai siang begini.

"Kenapa lo cantik banget, sih?" Telunjuknya mengarah pada dirinya sendiri di dalam cermin. Dasar Cyra! Narsis sekali!

Cyra menghela napas pelan. "Astaga. Kenapa sih gue cantik banget?" Berlebihan sekali. Intonasi yang dibuat-buat frustasi itu bisa membuat siapapun yang mendengarnya muntah detik itu juga.

"Lo lahir dengan tingkat ke-pede'an yang kacau banget. Melebihi level max."

Cyra menyengir tatkala sosok yang entah sedari kapan itu berdiri di ambang pintu. Bahkan suara pintu terbuka saja tak terdengar oleh Cyra sebab sibuk dengan kenarsisannya.

Cyra menatap Azel. Tersenyum manis ke arah laki-laki itu. Di belakang tubuh jangkung Azel, sudah berdiri seorang Akmal yang lebih sering Azel dan Cyra panggil dengan sebutan Saepul. Ah! Saepul sudah tak tahan ingin melihat keadaan Cyra, jadilah lelaki itu menerobos masuk kamar gadis itu. Menyingkirkan Azel yang menghalangi jalannya.

"Cyraa! Astaga. Elu enggak apa-apa, kan? Mana, mana coba liat luka elu. Kata Azel kalian kemarin kecelakaan?"

Cyra kesal bukan main. Gadis itu menyentakkan kepalanya. Risih sekali dengan Saepul yang mengguncang-guncang bahunya tanpa perasaan.

"Ish! Bacot banget sih! Berisik!" ucap Cyra setengah berteriak.

Saepul. Laki-laki yang kromosom X-nya lebih dominan itu, kini menyengir lebar. "Ah, syukur deh. Kalo elo masih galak kayak singa, berarti lo masih sehat-sehat aja." Helaan napas lega menjadi pelengkap kalimatnya.

Cyra menyipitkan matanya, menatap ke arah Azel yang meringis di ambang pintu. "Elu ya, yang bawa makhluk gaib ini ke sini?" tanya itu Cyra tunjukan pada Azel.

Azel melangkah pelan, lantas mengambil posisi duduk di samping Cyra. Tangan Azel menepis kasar kedua lengan Saepul yang sebelumnya di pundak Cyra. Kemudian laki-laki itu mengacak pelan rambut gadis di depannya dengan sayang. "Udah diganti perbannya?"

Cyra mendengus. Sedang Saepul menggertakkan giginya, gemas sekali dengan zona pertemanan keduanya. Kalau kalian ingin tau, Saepul bahkan mengumpat berkali-kali dalam hati.
Dasar bucin! Dasar bucin! Dasar bucin!

Cyra mengerutkan dahinya, menatap Azel dengan sorot polos-polos dungunya. "Lah, emang harus diganti?"

Azel menyentil jidat Cyra. Saepul juga ikut menyentil jidat gadis itu.

"LAH! SAKIT BEGE!"

"Lo gubluk banget sih, Nekk!" Kali ini Saepul yang dibuat kesal.

Azel menyentil keras jidat Saepul. Semacam azab karena ia telah berani menyakiti Cyra. Dasar bucin!

"Awwh! Jangan sentuh aku mas! Aku jijik, aku jijik sama mas!" Dan drama pun dimulai. Saepul berucap dengan nada menggelikan sambil menggerakkan tangannya di depan Azel. Persis seperti sinetron yang sering Saepul tonton. Dasar korban sinetron!

"Drama!"

"Alay!"

Telak. Azel dan Cyra kompak mengejek tingkah hiperbola seorang Saepul.

***
Di atap rumah kediaman keluarga Tsabita, tiga orang duduk memutari meja. Bukan, bukan meja bundar, melainkan meja berbentuk persegi. Azel dan Cyra berhadap-hadapan, sedangkan Saepul dengan senyum sejuta dolarnya duduk di sisi lain yang di hadapannya hanya ada kursi kosong.

Tiga orang itu menunjukkan ekspresi yang berbeda-beda. Azel dengan tampang tanpa ekspresi seperti biasa, Cyra dengan raut kesalnya, dan Saepul dengan air muka yang ceria. Kapan lagi ia bisa main ke atap rumah Cyra.

Keheningan yang tercipta membuat Cyra jadi kesal sendiri. Pertama, ia kesal karena Saepul menganggu waktunya untuk berduaan dengan Azel. Lalu yang kedua, ia kesal dengan Saepul yang dengan tanpa dosanya memaksa ikut mereka dalam misi rahasia ini; memecahkan teka-teki di balik foto polaroid.

"Azel! Kok dia ikut, sih?" Cyra menunjuk Saepul dengan wajah yang menghadap ke Azel kesal.

Kemudian menatap penuh permusuhan ke arah Saepul yang menyengir lebar. "Saepul, mending lo pulang. Bantuin emak lo angkat baju." Cyra menunjuk langit sore yang seteduh lagu fanah merah jambu. "Mau ujan, nanti lo dicoret dari kartu KK sama emak lo, baru tau rasa."

Saepul diam sebentar, terlihat sedang berpikir dengan mata yang melirik ke arah kiri sebentar. "Emak gue kan, udah enggak ada," katanya dengan suara yang memelan.

Cyra tertegun, menatap penuh iba pada detik selanjutnya. "Maaf, Ipul. Gue lupa."

Saepul menggeleng cepat, berusaha menghilangkan atmosfer yang mengingatkannya kepada sang ibu. "Enggak apa-apa. Yaudahlah, kita mulai aja teka-tekinya."

Azel yang sedari diam seakan ditarik ke alam sadarnya saat Saepul mengatakan tentang teka-taki. "Teka-teki?"

"Kok elo tau, Pul?"

Saepul mengembangkan senyumnya. Mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Sebuah foto polaroid entah sejak kapan sudah di tangannya.

"Kok ada di elo, sih?"

Saepul mendengus sebal. "Suruh siapa bawa tu album foto enggak bener. Fotonya jatuh pas kita naik tangga. Yaudah gue selametin, deh."

Pada detik berikutnya, Cyra langsung merampas foto tersebut dari Saepul. "Tangan lo kotor kayak kelakuan. Ga pantes pengang foto kramat." Sudah pasti kalimat sinis itu dari seorang Cyra. Sebab Azel pada detik itu hanya diam dan tak mau ambil pusing mengenai hal itu.

"Makasih kek, apa kek. Malah melukai hati hayati," cibir Saepul mencebikkan bibirnya.

Fokus Azel tiba-tiba berpusat pada foto di tangan Cyra. Sedang Cyra dan Saepul adu cekcok, Azel tiba-tiba teringat akan satu hal. Foto itu. Foto itu sangat penting. Foto yang sempat tertunda, dan mungkin saja menjadi bagian penting yang bisa saja menjadi titik pusat kebingungannya selama ini.

"Foto yang keempat!"

_____
A/n:
Kita bakalan ngebut ini ya wkwkwk. Ayoo vote dan komen, dan doakan biar cerita ini bisa naik cetak wkwkw. Biar bisa peluk Azel versi cetak.
See u.

AzelOnde histórias criam vida. Descubra agora