18. Ruang

420 61 1
                                    

Gue kasih lo ruang buat bernapas lega, karena enggak selamanya dunia lo cuma tentang gue.
###

Hujan baru saja reda. Azel menerjunkan tubuhnya di atas kasur. Dengan mata yang menerawang jauh ke arah langit-langit kamar, pikirannya berkecambuk tak terdefinisikan. Bagaimana kalau sebenarnya mendiang ayahnya ingin menunjukkan sesuatu di balik banyaknya teka-teki yang belum selesai ini?

Azel merapatkan matanya dengan gerakan pelan. Namun, seperti kecepatan cahaya kilas balik masa lalu terputar di dalam benak. Tentang kematian ayahnya, tentang kamera jadul,  tentang foto-foto pertumbuhan pohon, tentang kalimat-kalimat ambigu, dan tentang segala kerumitan yang membingungkan ini.

Dari banyaknya pertanyaan, sebuah kalimat tanya berhasil lolos dari bibirnya. "Kenapa gue mikir keras gini, sih?!" Kemudian bangkit duduk di bibir ranjang.

Azel diam cukup lama, lantas berdiri dari duduknya mengambil album foto di atas meja belajarnya. Di sisi lain, kamera polaroid jadul milik ayahnya bertengger manis di sisi meja kanan.

Azel membuka lembar demi lembar album berdebu itu sampai ke lembar terakhir yang ia buka kemarin. Kembali dengan posisi duduknya, Azel mengeluarkan foto ke lima, foto yang terakhir mereka cari tau makna dari kalimat di baliknya.

Tetra; Tangan mengenggam, tatapan terkunci. Kita akan baik-baik saja setelah ini.

Membaca ulang kalimat ambigu itu, dahi Azel mengerut sempurna. "Gue yakin masalah besar terjadi waktu itu." Azel bergumam pelan pada langit-langit kamar yang bungkam.

Merasa tak mendapat jawaban mutlak dari tebakannya, jari Azel beralih membuka foto yang ke enam.

Penta; di kotak kayu, kisah kita terangkai satu-satu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Penta; di kotak kayu, kisah kita terangkai satu-satu.

Rahang Azel mengatup rapat-rapat. Ia tau sesuatu. Walau makna yang tertulis tak tersirat dengan utuh, tapi Azel tau kalau mulai detik ini ia harus mencari kotak itu. Namun sebelumnya, Azel meyakinkan dirinya terlebih dahulu kalau kotak kayu tersebut bukan kiasan yang menyatakan benda lain.

Tok... Tok...Tok....

"Masuk!" Perintah itu Azel layangkan sebab tiba-tiba saja pintu kamarnya diketuk. Meski tak melihat langsung, Azel tau orang di balik pintu itu adalah Cyra. Sebab hanya gadis itu yang berani masuk rumah tanpa persetujuannya.

"Azel!!!" Begitu pintu terbuka, Cyra langsung menghambur ke kasur Azel. "Tebak, gue tadi abis ngapain?" ujar Cyra seraya menaik-turunkan alisnya.

"Enggak tau," sahut Azel sekenanya. Azel sedang sibuk berpikir dan menebak makna dari kalimat tersebut.

Seperti anak kecil yang memaksa temannya bermain, Cyra menggoyang-goyangkan lengan Azel kuat-kuat, membuat Azel menghela napas barang sejenak.

"Kenapa?" tanya laki-laki itu dengan sorot mata hijau yang terlihat lelah.

AzelWhere stories live. Discover now