7. Telat

506 65 0
                                    

Di Bumi, pertemuan-pertemuan terus terjadi. Dan hal paling aku benci adalah; orang-orang baru yang berpotensi menjauhkanmu dariku. Kita.
####

Azel membawa vespanya melaju dengan kecepatan rata-rata. Walau tau pintu gerbang akan segera ditutup, Azel tetap saja tak ingin melakukan aksi kebut-kebutan agar sampai tepat waktu ke sekolah. Tipe pelajar yang kadar santainya melebihi batas sadar.

Kalau sudah begini, pasti Cyra akan mengomel panjang lebar. "AZEL CEPETAN NGGAK BAWA VESPANYA! ALLAHU AKBAR, INI LIMA MENIT LAGI BAKALAN DITUTUP GERBANGNYA!!!"

Sambil terus memutar gas, Azel menyahut dengan dahi yang mengernyit sebab wajahnya terus ditampar pelan oleh angin. "Lebih baik bolos sekolah dari pada badan lo patah-patah."

Peletak!

Tak cukup mengomel dengan suara lantang, Cyra juga menjitak keras helm Azel. Membuat vespa yang dibawa Azel jadi sedikit oleng.

"GUE ADA ULANGAN MATEMATIKA JAM PERTAMA, PURNOMO!!!!" Dan sekarang, suara Cyra membuat Azel menghela napas panjang, sebab karena teriakan itu mereka berhasil menjadi pusat perhatian pengendara yang lainnya.

Citttt....

"Ah, Shit!"

Azel menarik rem mendadak, membuat Cyra terlonjak. Bahkan helm mereka saling berbenturan satu sama lain.

Cyra kemudian mengeplak helm Azel tepat di bagian puncak ubun-ubunnya. "Kalo mau ngerem bilang, dong, Azel!"

Untuk kesekian kalinya Azel dibuat menghela napas panjang. "Lampu merah, Ra."

"Trobos aja, Azel!" Cyra melirik sekelilingnya, sadar kalau di Bumi ada manusia lainnya yang juga terjebak di lampu merah. "Lagian, nggak ada polisi juga," imbuh Cyra setengah berbisik.

"Aturan dibuat untuk dipatuhi, Ra. Sesekali lo harus belajar jadi warga negara yang baik." Bijak, sih, bijak, tapi kalau dipikir-pikir, Azel itu kadar bijaknya sudah melampaui kadar bijaknya motivator ulung. Dan di beberapa kesempatan genting seperti sekarang, Cyra benci hal itu.

"Tapi kita bakal telat kalo gini terus!"

"Lebih baik telat daripada---"

BRAK!!!

"AZELLL!"

Kalimat Azel tak terselesaikan, bahkan untuk menyambungnya pun Azel tak berniat. Semua terjadi sangat cepat. Sebuah mobil baru saja menabrak vespa Azel dari arah belakang. Membuat Azel dan Cyra terjatuh mencium aspal. 

Azel menaikkan posisi vespanya, menyelamatkan kaki Cyra yang tertimpa vespa. Seusai memasang standar, Azel cepat-cepat membantu Cyra berdiri. Beberapa pengguna jalan bahkan ikut membantu keduanya.

Azel membopong Cyra agar gadis itu duduk di bahu jalan. "Anj*ng!" Azel mengumpat pelan dengan gigi bergemeletuk. Sama halnya dengan Cyra, Azel akan sangat marah pada ada yang menyakiti Cyra-nya.

"Azel, gue ga apa-apa, kok." Cerdas sekali kamu Cyra! Jelas-jelas darah segar mengalir dari betis dan dengkulnya sebab bergesekan keras dengan aspal, masih saja bisa pura-pura baik-baik saja.

Sambil membopong Cyra yang jalannya pincang-pincang, Azel berkata datar nan singkat. Menyuarakan sebuah kata yang mengandung sinyal-sinyal siaga satu. "Diam."

Setelah berhasil membawa Cyra ke bahu jalan, Azel dengan langkah cepat menebas jarak mendekati mobil berwarna hitam yang tadi menabraknya.

Azel mengetuk kaca jendela dengan keras. Ingin sekali rasanya ia pecahkan kaca itu dengan kepalan tangannya yang mulai memutih.

"KELUAR!" Azel berteriak lantang, maka detik itu juga pengemudi mobil keluar.

Pintu mobil terbuka, menampakkan sesosok laki-laki tinggi dengan seragam yang sama persis seperti Azel. Apa-apaan ini? Mereka dari sekolah yang sama? Dan kabar buruknya lagi, laki-laki itu adalah seniornya di SMA Surya Aksara.

Azel melemparkan tatapan dingin ke arah seniornya itu. Azel tak peduli, bahkan kalau yang keluar dari pintu mobil itu adalah kepala suku singa Afrika sekalipun. Yang Azel tau, ia sangat murka sekarang ini.

"Pinggirin mobil lo!" Azel berujar datar namun lantang. Meski dalam keadaan tegang seperti ini, Azel tak ingin membuat pengguna jalan lain merasa terganggu. Buktinya, belum genap sepuluh menit kejadian itu berlangsung, klakson dan makian terus menghujam mereka. Dasar manusia, tak bisa sabar sedikit saja!

"Temen lo yang tadi mana? Mau langsung gue bawa ke rumah sakit aja, gue takut lukanya makin parah." Wajahnya menyiratkan kekhawatiran, sedang matanya menelisik ke arah belakang mencari-cari sosok gadis bermata cokelat.

"Pinggirin--"

"Tenang, gue bakal tanggung jawab," kata lelaki itu. Sorotnya menembus amarah di mata Azel dengan sorot meyakinkan.

Azel menghela napas, lantas beranjak berlari ke arah Cyra. Menggendong gadis itu masuk ke dalam mobil yang tadi menabraknya. Cyra masuk ke dalam mobil itu, dengan darah yang terus mengucur dari dengkulnya.

____

A/n:
Haloo! Aku harap kalian suka part ini. Sedikit sih, tapi tolong jangan diskip. Setiap bab mungkin punya sesuatu. Jadi, tolong jangan diskip:)

Ada yang mau main teka-teki lagi? Mungkin abis ini. Tunggu ya:)

Bumi, di tempat kita saling melewatkan 11 September 2019
Dengan cinta,
slsrnda

AzelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang