5. Ganjil & Genap

624 74 2
                                    

Menurut gue, biji pohon itu simbol permulaan. Awal mula suatu hubungan, misalnya?
###

Asap menguar dari dalam cangkir. Bersamaan dengan langit yang seakan terbakar di katulistiwa sebab senja mulai tiba, dua anak manusia sedang bercengkerama di atap rumah. Biasanya, di sana mereka menceritakan banyak hal. Selain kamar, atap rumah Azel menjadi salah satu tempat favorit keduanya saat surya hendak tenggelam.

Azel menyesap teh hangatnya. Aroma khas tentu saja berhasil indranya tangkap. Azel terdiam cukup lama setelah cangkir teh kembali bertengger manis di atas meja. Menghela napas pelan, ia akan menyuarakan sesuatu sebentar lagi.

"Menurut gue, biji pohon itu simbol permulaan. Awal mula suatu hubungan, misalnya?" kata Azel sembari menunjuk album dengan belasan potret ambigu di dalamnya.

Sembari menyesap tehnya, Cyra yang duduk di hadapan Azel sudah membentuk gelombang tak terlalu kentara di dahinya. Benar, kali ini masih tentang album berdebu, potret ambigu, dan tulisan di baliknya yang harus membuat pembaca menunggu.

Tangan Azel bergerak, mengeluarkan semua foto dari album yang jumlahnya belasan itu. Satu-satu Azel letakkan secara teratur di meja, sehingga membentuk sebuah barisan yang rapih. Azel kemudian mengetukkan jari-jarinya ke atas meja, sebuah gestur yang selalu ia gunakan saat sedang gugup atau berpikir keras.

Cyra meletakkan cangkir teh ke atas meja. Gelombang di dahinya tak juga surut. Cyra beralih menatap Azel dan segala tingkahnya. "Gue lebih suka memaknai biji pohon itu sebagai kelahiran. Suatu hal yang nantinya bakal tumbuh dan berkembang persis kayak foto paling ujung." Telunjuk Cyra menunjuk satu foto di baris paling ujung. Sebuah potret yang menggambarkan pohon kecil yang mulai ditumbuhi sebuah kuncup daun. Sebuah reaksi alamiah yang menakjubkan bagi seorang Cyra.

"Tapi...," Azel membalik sebuah foto di baris pertama. "... kalimatnya kurang pas sama difinisi lo, Ra."

Hari ke-0, kita berhasil memulai dari awal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ke-0, kita berhasil memulai dari awal.

Kemudian, Azel membuka foto selanjutnya di baris ke-dua. "Foto yang hampir sama, dan di tempat yang gue yakini juga sama. Dan kalimat ambigu selanjutnya adalah ...."

"Mono; aku selalu suka binar mata hijaumu saat mata kita saling bersibobrok." Kali ini Cyra yang menyuarakan kalimat ambigu ke-dua di balik foto polaroid.

Ketukan jari Azel di meja berhenti sedetik setelah kalimat Cyra masuk ke dalam indranya. Cyra mengangkat pandangan, menatap Azel dengan sorot mata yang tidak dapat didefinisikan maknanya.

Azel ikut menatap Cyra. "Ini maksudnya gue, bukan? Binar mata hijau di sini definisi dari mata gue?"

Brak!

Ajaibnya, di saat-saat menegangkan seperti inipun, Cyra masih sempat-sempatnya berkelakuan random. Cyra mengebrak meja dengan mata membulat sempurna, sedang Azel harus istigfar berkali-kali karena keterkejutannya. Di tempatnya, cairan dalam cangkir bergerak tak tentu arah akibat goncangan meja. Untung saja teh mereka tidak tumpah.

"Nah, kan. Udah gue duga. Ini tuh, tentang sebuah kelahiran. Mungkin pas lo lahir, bokap lo nanam pohon supaya mengenang hari lahir lo." Cyra menjelaskan dengan menggebu-gebu. Namun, sedetik kemudian gadis itu kembali mengerutkan dahi. "Tapi, Zel, Mono itu siapa?"

Azel menghela napas pendek. Tersenyum tipis ke arah Cyra. Tangan Azel terjulur, mengacak gemas pucuk kepala gadis itu beberapa kali. "Mono itu satu, Ra."

"Lo tau dari mana?"

"Di buku kimia ada. Itu bahasa latin."

Untuk kesekian kali, Cyra menampilkan garis-garis gelombang di dahinya. "Om Raqi emang bener-bener salah masuk jurusan, kayaknya."

Azel tak menyahuti perkataan Cyra, melainkan hanya tersenyum tipis sebagai jawaban, lantas kembali membalik foto ke tiga. Foto kali ini, sebuah akar kecil mulai memperlihatkan jati dirinya.

Di;ganjil ke-dua di barisan ini, kutulis saat bulan sabit jatuh di kedua belah pipimu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di;ganjil ke-dua di barisan ini, kutulis saat bulan sabit jatuh di kedua belah pipimu.

"Om Raqi bahasanya tinggi banget. Maksudnya bulan sabit di pipi itu apa coba?" tanya Cyra sedetik setelah ia membaca tulisan di balik foto ke-tiga.

Sembari berpikir keras, Azel menjawab pelan pertanyaan gadis bermata cokelat itu. "Lesung pipi."

Cyra mengangguk-anggukkan kepalanya. "Oh, lesung pipi ternyata."

"Ini ...," Mata Azel secara bergantian menatap ketiga tulisan yang sebelumnya sudah ia baca. "Kok tulisan pertama sama kedua beda?"

Cyra sontak saja ikut memeriksa ketiga tulisan tersebut. "Tapi, yang pertama sama yang ke-tiga tulisannya sama."

Azel manggut-manggut, seperti baru sadar akan satu hal. "Mungkin ini maksud kalimat ke-tiga. Setiap ganjil yang ditulis di sana, bermakna kalo ada dua orang berbeda yang nulis setiap kalimat di balik foto."

"Maksud lo, kedua orang itu nulis di bagian yang beda? Misalkan, yang satu nulis kalimat di barisan yang genap aja. Sedangkan sisanya, nulis di bagian foto di urutan yang ganjil aja, gitu?"

Azel mengangguk pelan, mata hijaunya menembus lurus-lurus manik mata cokelat milik Cyra.

"Itu artinya, ada orang lain selain Om Raqi?"

____

A/n:

Tabik!
Maaf atas keterlambatannya:)
Aku pengen kasih tau kalian, kalo Azel bakalan dibuat bingung setengah mati abis ini:)

TOLONG JANGAN DISKIP PART INI:).
di sini ada beberapa clue:) andai aja kalian peka wkwkw.

Cukup doi aja yang ga peka, kamu jangan:)

Yaudah, sampai ketemu di hari Rabu. Harinya Azel dan Cyra.

Bumi, di tempat kita menengadah pada langit yang sama, 3 September 2019.
Dengan cinta,
slsrnda

AzelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang