10. Kacau

475 64 1
                                    

Dia itu kacau banget. Nggak bisa diperbaiki, kecuali pake cinta.
###


"ALLAHU AKBAR!!!"

Teriakan serta raut yang tiba-tiba pias itu seketika membuat pergerakkan kaki Azel berhenti tepat di ambang pintu utama kediaman keluarga Tsabita, dan wanita paruh baya cantik yang tadi berteriak adalah ibunya Cyra, Ema Tsabita.

Cyra panik. Jadilah cepat-cepat ia memukul bahu Azel dengan anarkis dan meminta Azel agar menurunkannya dari punggung laki-laki itu. Dengan kaki pincang berbalut perban, Cyra meringis lebar ke arah Maminya.

"Mamiiii, Cyra nggak apa-apa, kok. Cuma lecet dikit," katanya seraya mengangguk berkali-kali guna meyakinkan Mami.

Maka lantas saja adegan drama lainnya berjalan. Handpone yang dipegang Ema sontak terjatuh akibat terlalu terkejutnya melihat keadaan mereka berdua. Cyra mendengus sebal. Kalian pasti taulah dari mana turunnya tingkah laku ajaib seorang Cyra. Turun-temurun dari maminya.

Ema berlari menebas jarak antara dirinya dan kedua remaja berseragam sekolah itu. Sudah kusut sekali pemampilan dua anak itu.

Di tempat keduanya berpijak, Azel meringis merasa bersalah sebab tak becus menjaga Cyra. Sedangkan Cyra menggeleng seraya berucap, "Mamii, Cyra sehat-sehat aja." berulang kali.

Saat jaraknya hanya dipisahkan oleh angin, Ema sontak mendekap. Namun, alih-alih Cyra yang didekap, malah Azel yang merasakan kehangatan yang menjalar.

"Astaga Azel. Azel nggak apa-apa, kan?" Kemudian dengan raut cemasnya Ema memeriksa bagian tubuh Azel. Lengan sebelah kanan laki-laki itu luka, dan bagaimana bisa Cyra dan Azel baru mengetahuinya?

Ema memeluk Azel lagi. "Cup... cup... cup... anak Mami luka ya?" Ema menepuk-nepuk pucuk kepala Azel seolah Azel adalah bayi yang sedang menangis.

Azel tersenyum tipis, sedang Cyra dibuat bungkam seribu bahasa dengan mulut yang menganga. Benar-benar di luar dugaan!

"Mami, sebenernya Cyra yang luka." Kekehan garing menjadi penutup kalimat Azel.

"Mamiiiiiiiiiii!" Cyra merengek sambil menyentakkan kepalanya. Kesal sendiri. Dirinya yang luka, malah Azel yang dipeluk manja.

"Maaf ... maaf .... Muka Azel ganteng banget, sih, bawaannya pengen mami peluk terus." Ema mengurai pelukannya dari Azel, lantas menatap keduanya secara intens.

"Kenapa bisa luka-luka gini, sih, sayang?" Ema bertanya dengan nada khawatirnya. Sangat telat sekali!

"Maaf, Mami, Azel yang salah." Azel menunduk, tak berani menatap Mami Ema.

Tangan Ema terjulur, mengelus penuh sayang kepala Azel. Kemudian menghela napas pelan. "Nggak apa-apa sayang, Mami yakin ini bukan salah kamu."

Kemudian mata Ema menyorot ke arah Cyra yang wajahnya sudah tertekuk sebal. "Cyra sayang, mukanya jangan cemberut gitu, dong."

"Sebel, abis mami pedulinya sama Azel aja. Mau ngambek sampe besok!"

Ema tersenyum selicik rubah. Siap-siap saja Cyra kalah telak setelah ini.

"Oke, berarti besok uang jajan kamu mami cut!"

Tuh kah! Kalau sudah begini mana bisa Cyra melanjutkan aksi ngambek 24 jamnya.

Azel tersenyum maklum melihat wajah Cyra yang sudah tertekuk dalam-dalam. Lalu menghela napas seraya beralih menatap mami.

"Mami, jangan cut uang jajan Cyra dong," pintanya setenga merengek.

Ema Tsabita mana tahan sama pijar mata hijau anak sahabatnya itu. Mana tega untuk tak menuruti permintaannya.

Ema menghela napas pelan. Tangannya kemudian bersedekap di depan dada  "Tapi ada syaratnya!"

"Apalagi sih, Mi?" Cyra memijat pangkal hidungnya. Pusing sekali melihat kelakuan ibunya yang sembilan puluh sembilan persen seajaib Cyra sendiri. "Jangan aneh-aneh deh."

"Nikahin Cyra dong, Azel. Dia itu kacau banget. Nggak bisa diperbaiki, kecuali pake cinta." Mendadak suasana menjadi biru. Kalimat tersebut bukan candaan seperti biasanya, sebab suara Ema Tsabita sangat berbeda dari biasanya.

Dari mata Azel, Ema beralih menatap anak gadisnya. Anak sulungnya. Gadis yang kini mulai beranjak dewasa. "Kalo bukan sama Azel, Mami nggak bakalan tenang ngelepas kamu."

"Mamiiii, Cyra sama Azel baru aja selesai masa orientasi, malah disuruh nikah!" Cyra bahkan tak terharu sama sekali, melainkan merasa kesal sendiri.

"Stttt,,, kecebongnya mami diem dulu. Mami lagi ngomong sama mantu."

Azel meringis. Bingung harus menampilkan reaksi apa. Jadilah ia hanya mengangguk seraya tersenyum kecil. "Iya, Mi."

Mami menarik sudut bibirnya lebar-lebar. Mencubit gemas kedua pipi Azel kuat-kuat. "Gemes banget sih, menantu mamiii!"

Cyra berdecak sebal. Merasa jadi obat nyamuk antara Azel dan Maminya. "Hello! Cyra di sini. Cyra bukan tunggul. Cyra luka. Pincang juga."

Mami kemudian mengacak singkat puncak rambut Cyra. "Azel bantu Cyra ke kamarnya, ya. Biar Cyra bisa istirahat." Kemudian berjalan ringan menuju dapur, menyiapkan makan siang.

____
A/n:
Haloooo! Ngaret bgt ya. Maaf:)
Okelah. See u

Bumi, 8 Oktober 2019
slsrnda

AzelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang