2 | Curhat

772 75 5
                                    

Happy reading

***

Hari ini adalah hari Sabtu, di jadwal sekolah Jaya Internasional bel pulang berbunyi pukul 11.30 WIB. Jadi, tidak heran jika banyak murid yang sangat menyukai hari Sabtu.

Seperti sekarang, setelah bel pulang berbunyi semua murid langsung bergegas keluar kelas dengan sorak gembira.

Berbeda halnya dengan Vanka dan Qiana, kedua gadis cantik itu masih setia di sekolah, karena adanya tugas kelompok yang harus diselesaikan.

"Gue haus, Na," ucap Vanka menatap Qiana yang duduk di hadapannya.

"Minum lo mana?" tanya Qiana.

"Habis."

Qiana menghela napas, lalu bangkit dari duduk berniat membelikan minum untuk sahabatnya itu. "Tunggu sebentar, ya." Ia mulai berjalan di koridor sekolah yang hanya terdapat beberapa murid sedang mengikuti ekskul.

Sesampainya di kantin Qiana tidak sengaja bertemu dengan Kevlar, pria itu sama seperti dirinya sedang membeli minuman. "Kev."

Kevlar menoleh mendengar namanya dipanggil, menatap ke arah Qiana sembari tersenyum lebar. "Eh, gue kira siapa."

"Kok belum pulang?" tanya Qiana.

"Iya, mau nongkrong dulu sama teman," jawab Kevlar.

Qiana menganggukkan pelan, karena merasa sedikit canggung ia pun segera pamit pergi dari tempat tersebut. Di sepanjang perjalanan menuju kelas Qiana memegang dadanya yang terasa berdetak kencang, semakin hari rasanya perasaan itu semakin bertambah.

"Kok lama?" tanya Vanka.

"Iya, tadi gue ke toilet dulu," ucap Qiana berbohong. Pasalnya ia tahu jika ia jujur kalau tadi mengobrol sebentar dengan Kevlar, gadis itu pasti merasa cemburu, dan bertanya-tanya apa yang mereka bicarakan tadi.

"Oh. Btw, makasih minumnya."

"Sama-sama."

"Lo nginap di rumah gue, ya. Ada banyak yang mau gue ceritain sama lo," ucap Vanka semangat.

"Iya." Hanya kata itulah yang dapat diucapkan oleh Qiana. Ia tidak mau melunturkan semangat Vanka.

Dua jam pun berlalu begitu cepat, setelah selesai tugas kelompok Qiana memutuskan untuk menginap di rumah Vanka. Sekarang kedua gadis cantik itu berada di kamar, duduk berhadapan dengan senyuman yang masih tercetak jelas di wajah mereka.

"Mau curhat apa?" tanya Qiana.

"Tentang Kevlar," sahut Vanka.

Qiana hanya menganggukkan kepala, sebenarnya ia sudah tahu apa yang akan diceritakan oleh Vanka. Sahabatnya ini sedang jatuh cinta, dan ia akan mendukung apa pun itu selama membuat Vanka bahagia.

"Jadi?"

"Kemarin waktu kita ke toko buku gue ketemu dia, dan lo tau dia tolongin gue pas gue mau jatuh," ucap Vanka semangat.

"Terus?"

"Kalau menurut lo, gue pantas nggak sama Kevlar?" tanya Vanka.

Qiana menaikkan sebelah alisnya, ia tidak suka jika Vanka sudah berbicara tentang kekurangan. "Maksudnya?"

"Gue cacat, gue nggak sempurna, gue ngerasa nggak pantes sama Kevlar. Lo tau dia, kan? Benar-benar cowok yang nyaris sempurna."

"Van, di dunia ini nggak ada yang sempurna. Setiap orang pasti punya kekurangan, tapi mereka nggak mau nunjukkin kekurangan mereka."

"Jangan putus asa, gue yakin Kevlar pasti suka sama lo. Lo hanya tinggal tunggu waktu dia menyatakan secara langsung."

"Aamiin. Oh ya, kemarin ada yang kirim salam sama lo," ucap Vanka.

Gadis berambut sepunggung itu mengerjapkan matanya bingung. "Kirim salam?"

"Ho'oh, dia juga minta wa lo, tapi nggak gue kasih."

"Kenapa?"

"Enak aja, gue aja nggak tau dia siapa dan pasti lo juga nggak tau. Jadi, buat apa kasih nomor lo ke dia, gue yakin nih pasti ada niat buruk," tuding Vanka.

Melihat gadis berkursi roda itu ngomel membuat Qiana tertawa kecil. Jika sudah mengomel seperti itu sosok Vanka lebih mirip seperti ibu-ibu penagih uang kos-kosan.

"Udah ah, gue mau cerita lagi nih tentang Kevlar," kesal Vanka.

Dan seterusnya begitu bercerita tentang apa pun yang berhubungan dengan Kevlar Adhitama. Pria tampan itu seakan-akan adalah makhluk yang paling sempurna, hingga siapa pun akan bercerita tentang kelebihannya.

Qiana hanya menyahuti apa yang menurutnya bisa membangkitkan semangat Vanka, intinya kebahagiaan seorang Jovanka Pratistha itu nomor satu.

🌱🌱🌱

"Kev, gue ngerasa sih Qiana suka deh sama lo," ucap Bima, sahabat Kevlar.

Saat ini Kevlar berserta sahabat-sahabatnya sedang berkumpul di salah satu cafe. Sudah sekitar satu jam mereka di sana dengan segala obrolan seru, dimulai dari pertandingan basket, sampai sekarang membahas tentang Vanka, dan Qiana.

"Roy Kiyoshi ya lo? Kok bisa ngeramal?" tanya Dimas penasaran.

"Nggak semua harus Roy Kiyoshi yang tau ya, gue juga bisa tahu," jawab Bima sombong.

"Tau dari mana lo?" tanya Kevlar.

"Dari tatapan dia saat liat lo, senyum dia, dan ...."

"Halah! Gaya lo dasar jotu," ucap Bayu.

"Jotu?"

"Jomblo tua."

Mereka semua langsung tertawa ngakak melihat Bima yang mulai dibully habis-habisan. Pria bertubuh sedikit gemuk itu selalu menjadi bahan candaan oleh sahabat-sahabatnya, seperti sekarang.

"Eh sorry jomblo gue berkelas, Bro," sahut Bima sombong.

Dengan rasa tidak suka Dimas maupun Bayu melemparkan tissue bekas yang berada di atas meja ke wajah Bima.

"WOY, JOROK ANJIR," pekik Bima sembari mengusap wajahnya. Dengan laknatnya mereka semua tertawa terbahak-bahak melihat hal tersebut.

"Malas ah, gue mau cari geng baru aja. Nggak mau sama lo semua," ucap Bima dramatis.

"Alhamdulillah, kok nggak dari dulu sih begitu," sahut Bayu semangat.

"Tau, kan kita nggak perlu bully lo lagi," ucap Dimas.

Bima menggelengkan kepala tidak percaya, ntah rencana apa yang sedang dirancang oleh Tuhan hingga harus mempertemukan dirinya dengan manusia-manusia jahanam ini. "Nggak apa-apa babang Bima kuat kok, keep strong," ucapnya menyemangati diri sendiri.

Kevlar yang melihat kejadian itu hanya tertawa kecil dengan gelengan kepala, rata-rata semua sahabatnya sangat receh, terlebih lagi Bima. Tapi, yang masih dipikirkannya sampai sekarang, apa benar kalau Qiana menyukai dirinya?


BERSAMBUNG....

Vanka [OPEN PRE-ORDER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang