9 | Mulai Berubah

427 62 11
                                    

Happy reading

***

Di minggu pagi ini Qiana sudah siap dengan pakaian olahraganya. Ia berencana untuk lari pagi dari rumah sampai ke taman yang jaraknya tidak terlalu jauh.

Gadis itu melakukan pemanasan terlebih dahulu, beberapa menit kemudian ia mulai berlari kecil.

Kini, semangat terasa sangat membara. Setelah mendapat motivasi dari Bayu dia semakin yakin bahwa move on adalah hal yang paling tepat. Qiana sempat berpikir kalau ia akan terus terjebak di ruang lingkup ini, tapi ternyata tidak.

Qiana berhenti sejenak, dan mengeluarkan ponsel dari saku jaket. Ia memetik sebuah bunga mawar milik tetangganya, lalu memfoto sebagus mungkin. Setelah melihat hasil fotonya, ia pun langsung membuat instastory dengan caption. "Tersenyum di pagi hari menunjukkan bahwa kamu siap menjalani hari-harimu." Ia kembali menyimpan ponsel ke saku jaket, dan melanjutkan larinya.

"Qiana."

Langkah kaki gadis itu lagi-lagi berhenti saat mendengar namanya dipanggil, ia memutar kepala melihat siapa pemilik suara tersebut.

"Hai, Cantik," ucap Davin.

"Lah? Di sini juga?" tanya Qiana sambil tertawa kecil.

Berbicara tentang Davin, ia adalah salah satu murid di SMA SURYA AKSARA. Selain itu ia juga merupakan youtubers bersama ketiga sahabatnya yang tak lain adalah Zia, Danu, dan Devin sang kembaran. Qiana sudah cukup kenal dengan mereka semua, karena makhluk kembar itu sempat menjadi tetangganya dulu.

"Vanka mana?" tanya Devin.

"Di rumahnya," jawab Qiana.

"Jadi lo sendiri? Miris banget," sahut Davin.

Qiana menghela napas kesal, lalu melayangkan sebuah pukulan tepat di lengan Davin. "Diam lo! Btw, ini mau ke mana?"

"Mau jalan-jalan pagi, Qiana mau ikut gabung?" tanya Zia tersenyum ramah.

"Nggak deh, takut merusak suasana. Ya udah, kalau gitu gue duluan, ya. Zia hati-hati sama mereka, ntar digigit," ucap Qiana dengan mata yang mengarah kepada ketiga pria itu.

"Bye, Qiana," sahut Zia senang.

🌱🌱🌱

Vanka memulai sarapan paginya dengan ditemani dua pembantu rumah tangga. Satu minggu yang lalu Fahmi-papanya berangkat keluar negeri untuk menyelesaikan pekerjaan kantor. Dan, semenjak kepergian sang Papa gadis berkursi roda itu mulai merasa aneh dengan perubahan Kania-mamanya.

"Mah, mau ke mana?" tanya Vanka saat melihat sang Mama berjalan keluar kamar dengan tangan yang menggeret koper besar berwarna biru muda.

Kania berhenti sejenak, beralih melihat Vanka sembari tersenyum kecil. "Mama ada acara sama teman, jadi Vanka di rumah aja. Nggak apa, kan?"

Vanka menyerit bingung, kalau tidak salah kemarin Mamanya baru saja pergi liburan bersama teman-teman sosialita, tapi sekarang sudah berencana untuk pergi lagi.

"Lagi? Sebenarnya ada urusan apa?" tanya Vanka pelan.

"Kamu nggak perlu tau, sekarang kamu selesaikan dulu sarapan kamu. Mama berangkat, ya." Kania berjalan menghampiri Vanka, mencium pipi gadis itu sekilas kemudian melangkah pergi.

Vanka hanya diam menatap kepergian itu dengan pandangan nanar, sampai detik ini ia masih penasaran dan bingung akan sikap Mamanya. Bukan maksud lancang untuk menanyakan urusan wanita itu, tapi ia yakin ada sesuatu yang disembunyikan.

Gadis itu menghela napas berat, perlahan-lahan ia mulai sadar bahwa semua orang mulai berubah. Qiana dan sang Mama seakan-akan tidak peduli dengan dirinya. "Ada yang salah sama diri gue? Kenapa semua jadi bodo amat begini."

🌱🌱🌱

"Gue dari awal emang udah yakin, kalau lo jatuh cinta sama Vanka," ucap Bayu sembari tertawa kecil.

Kevlar duduk tenang di teras depan rumahnya dengan pikiran yang kini sudah melayang entah ke mana. Tadi Vanka menelpon dirinya dan berkata semua orang sudah mulai menjauhi gadis itu, bahkan Mamanya juga sudah berubah.

Ia merasa tidak tega dengan keadaan Vanka saat ini, ingin membantu menyelesaikan masalah gadis itu, tapi bingung dimulai dari mana.

"Gue tetap setia ngomong meskipun lo nggak dengerin gue," ucap Bayu kesal.

Bayu menatap sahabatnya itu sinis, hingga akhirnya ia memberanikan diri menyentil kening Kevlar. "Woy, Sugiono."

"Apaan? Ganggu banget sih lo."

"Gue ngomong, tapi lo diam aja. Gue tuh jauh-jauh datang ke sini cuma mau ngobrol sama lo," ucap Bayu.

"Gue nggak minta lo ke sini, jadi bukan salah gue dong," sahut Kevlar kemudian beranjak pergi masuk ke dalam rumah.

Bayu melongo melihat hal tersebut, memang ini ujian terberat dalam hidupnya. Mempunyai sahabat seperti Kevlar membawa keuntungan, sekaligus kerugian, tapi tak apa selagi makan di kantin dibayarin oleh Kevlar semua menjadi aman dan baik-baik saja.

Dengan gerakan cepat Bayu bangkit dari tempat duduk mengikuti ke mana Kevlar pergi. Ia tidak akan membuang-buang bensin hanya untuk mengobrol dengan pria itu, tujuan dia datang ke rumah Kevlar hanya untuk menumpang makan.

"Lo mau apa pagi-pagi datang ke sini?" tanya Kevlar heran.

"Pengin ngobrol aja, gue kan tau kalau lo kesepian jadi gue temani."

"Nggak yakin gue," sahut Kevlar.

"He-he, gue mau makan. Nyokap sama bokap gue lagi pergi, nggak kasian apa sama gue?" tanya Bayu dengan wajah yang dibuat sesedih mungkin, berharap Kevlar mempunyai belas kasihan kepadanya.

"Gaya, biasanya juga makan di sini," cibir Kevlar.

"Hina aja terus, gue kuat kok."




BERSAMBUNG

Hallo, jangan lupa ya klik tombol vote, setelah itu kamu komen. Satu lagi, jangan lupa dishare ke semua teman kamu:))

Salam hangat,
PearlBellis.

Vanka [OPEN PRE-ORDER]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum