5 | Bima Sialan

473 58 3
                                    

Happy reading

***

"Huft!" Qiana menghela napas panjang, menatap ke depan dengan pandangan kosong. Hari ini Vanka tidak datang sekolah karena gadis berkursi roda itu sedang ada acara keluarga.

Qiana beralih mencoret-coret buku tulisnya dengan berbagai kata ataupun gambar. Sudah sejak 30 menit yang lalu guru Bahasa Inggris itu berbicara di depan, dan hal itu jelas membuat ia bosen. Ditambah lagi ia tidak mengerti Bahasa Inggris, rasanya seperti ingin tenggelam saja.

"Lama banget perasaan," protes Qiana melirik jam tangan.

"Gue rasa sebentar lagi pelajaran Bahasa Indonesia mau hangus deh. Aneh banget dalam satu minggu pelajaran Bahasa Indonesia cuma ada satu pertemuan, sedangkan Bahasa Inggris tiga pertemuan," ucap Qiana berbicara sendiri.

Tidak lama bel istirahat pun berbunyi nyaring, Qiana yang tadinya tidak semangat langsung duduk tegak dengan senyuman bahagia. "Yes!" teriaknya semangat.

Dengan perasaan senang gadis itu bangkit dari tempat duduk, dan berjalan cepat menuju kantin. Ketika sedang melewati koridor kelas 11 Ipa 4 tiba-tiba saja ada yang memanggilnya, sontak Qiana berhenti melangkah.

"Apa lo?" tanya Qiana sinis.

Bima dengan gaya sok kerennya berjalan mendekati Qiana sembari tersenyum lebar. "Hallo, Jomblo."

Mendengar sapaan tersebut Qiana langsung memukul lengan Bima kuat. Terkadang manusia satu itu tidak sadar diri dengan posisinya sekarang. "Ngaca!" Gadis itu mengeluarkan ponsel dari saku blazer lalu mengarahkan ke wajah Bima.

"Gelap kayak hati," ucap Bima menatap layar ponsel Qiana.

Qiana menggeleng tidak kuat, dan kembali melangkah menuju kantin. Melihat kepergian gadis itu Bima langsung berlari mengikuti. "Na."

"Hm."

"Gue mau nanya sama lo."

"Nanya apaan? Gue itu laper," jawab Qiana kesal.

"Gue juga laper, ya udah kita makan bareng aja," ucap Bima tersenyum lebar.

Tanpa menjawab apapun Qiana masuk ke dalam kantin, dan menempatkan sebuah meja yang tersisa di sana. Jangan lupakan Bima yang terus mengikutinya seperti anak kucing.

"Lo mau makan apa, Na?" tanya Bima.

"Bebas."

"Makan hati udah terlalu capek, ya udah makan nasi goreng aja." Bima langsung beranjak pergi dengan begitu saja.

Qiana hanya bisa menyemangati dirinya sendiri agar terus kuat, dan tabah. Bukankah ia sudah terlalu sering berurusan dengan orang seperti Bima, terus apa yang harus dipermasalahkan.

Beberapa menit menunggu tidak lama Bima datang membawa pesanan mereka. Ternyata ada untungnya juga kehadiran pria itu.

"Selamat makan," ucap Bima.

"Iya. Btw, lo kenapa nggak sama Kevlar?" tanya Qiana heran. Biasanya Bima akan selalu menjadi pengikut terbaik Kevlar, ke mana pria tampan itu pergi pasti ada Bima.

"Nggak tau, gue ditinggal."

Mendengar jawaban tersebut Qiana langsung tertawa cukup kencang. Tentang Bima yang menjadi bahan bullyan sahabat-sahabatnya sudah terlalu sering ia dengar. "Nggak heran gue."

"Sih Vanka mana?" tanya Bima.

"Nggak datang ada acara keluarga," jawab Qiana.

Bima mengangguk-angguk. "Bagus kalau gitu."

"Maksud lo?" tanya Qiana tidak paham.

"Ya bagus kalau dia nggak datang, berarti lo ada peluang buat dekatin Kevlar," ucap Bima santai.

Gadis itu yang merasa tidak paham mengerutkan keningnya bingung. "Gimana? gue nggak ngerti."

"Gue tau lo jatuh cinta sama Kevlar, tapi sahabat lo itu selalu menghalangi semuanya. Kenapa lo harus mikirin perasaan dia sih? Emang dia mikirin perasaan lo?" ucap Bima sinis.

Qiana mendadak diam tidak tahu harus menjawab apa, lidahnya terasa kaku untuk mengucapkan satu kata pun.

"Nggak bisa jawabkan lo."

"Dia sahabat gue."

"Terus?"

"Gue sahabatan sama Vanka udah lama banget. Masa tiba-tiba karena cowok persahabatan gue hancur sih."

"Tapi kalau Kevlar suka sama lo gimana?" tanya Bima.

Bukan menjawab Qiana malah tertawa kecil sembari menggeleng. Ia tidak bego, ia tahu untuk siapa hati Kevlar, ia juga tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Mustahil."

"Kok mustahil?" protes Bima.

"Kalau gue bilang lo sama Nadin bakal pacaran itu gimana?"

Bima berpikir sejenak, lalu menggeleng tidak tahu. "Mustahil deh," jawabnya pasrah.

Nadin adalah satu murid cewek yang cukup terkenal di SMA Jaya Internasional. Wajah yang cantik dan kepintaran yang Nadin punya jelas membuat banyak pria tertarik.

"Nah, sama kayak gue. Kalau diumpakan gue adalah pasir-pasir pantai, sedangkan Kevlar itu mutiara laut."

"Terbalik coy, cewek yang mutiara bukan cowok," protes Bima.

"Nggak masalah karena memang itu faktanya."

"Terserah capek debat sama orang kayak lo."

🌱🌱🌱

Vanka mengambil ponsel yang berdering di atas nakas, menatap sebentar dengan pandangan tidak percaya. Secara perlahan ia mulai mengangkat panggilan tersebut.

"Hallo."

'Hallo, tau kan gue siapa.'

Gadis itu kembali menatap layar ponselnya untuk memastikan apakah ia mimpi atau tidak. "Ini Kevlar?"

'Iya, mendadak lupa?'

"Nggak, dapat nomor gue dari mana?"

'Minta sama guru BK.'

Mendengar jawaban itu mata Vanka langsung melotot. "Hah? Yang benar aja."

'Iya, benar.'

'Kenapa nggak datang?'

"Ada acara keluarga."

'Kalau nanti malam gue ajak keluar mau nggak?'

"Mau!"

Tanpa menunggu lama Vanka langsung mengiyakan ajakan dari Kevlar. Ini adalah hal berharga, jadi tidak boleh disia-siakan.

'Semangat banget, ya.'

"Eh?"

'Ya udah nanti malam jam 8 gue jemput, ya. Sekarang gue tutup dulu teleponnya.'

"Iya."

'Sampai jumpa.'

Tut-tut-tut!

Setelah sambungan telepon terputus Vanka sontak berteriak kencang. Ia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi nanti malam.

"Parah, gue bahagia banget."

"Pokoknya gue harus dandan cantik."



BERSAMBUNG....

Vanka [OPEN PRE-ORDER]Where stories live. Discover now