18 | Kecelakaan

395 47 1
                                    

Happy reading

***

Dinginnya malam tidak membuat Qiana, Kevlar, dan yang lainnya beranjak pergi dari rumah Vanka. Mereka masih tetap setia menunggu gadis yang sedang berulang tahun itu keluar.

Qiana sesekali menahan diri agar tidak menangis, rasanya begitu sesak melihat Vanka yang dengan sengaja tidak keluar. Padahal, saat Kevlar menelpon tadi gadis itu masih belum tidur. Begitu besarkah kekecewaan sahabatnya itu?

Bayu yang berada di sebelah Qiana sudah berusaha membujuk untuk pulang, tapi ia berulang kali menolak. Ia akan tetap memberikan surprise seperti biasanya saat Vanka berulang tahun. Benar-benar perjuangan besar.

Beberapa menit menunggu akhirnya pintu pagar terbuka, terlihatlah Fahmi berjalan menghampiri mereka dengan senyuman kecil. Melihat hal tersebut mereka semua menunduk kecil sebagai tanda menghormati orang yang lebih tua.

“Selamat malam, Om,” sapa Kevlar ramah.

Fahmi mengangguk pelan. “Malam.”

“Vanka udah tidur belum?” tanya Kevlar.

“Sebelumnya maaf ya, Vanka baru aja tidur. Tadi saya udah suruh dia untuk turun, tapi dia nolak,” jawab Fahmi yang merasa tidak enak.

Mendengar penjelasan, Qiana semakin merasa bersalah, ia tahu ini semua karena kehadiran dirinya. Seharusnya ia sadar diri, Vanka sudah menyuruh untuk menjauh tapi ia masih tetap dengan pilihannya, yaitu bertahan.

“Karena saya ya , Om?” tanya Qiana.

Pertanyaan yang dilontarkan oleh Qiana membuat Fahmi memandang anak itu sembari tersenyum. Ia tahu ini bukan salah Qiana, namun sikap Vanka yang keras kepala tidak dapat dipecahkan oleh siapa pun. Sebesar apa pun orang memberi kata-kata bijak, sebesar itu juga ia berusaha menutup telinga.

Bahkan Fahmi benar-benar ingin menyerah jika melihat sang putri yang tidak mendengar ucapannya. Hua, dia saja sebagai orang tua tidak didengar, apalagi orang lain.

“Bukan salah kamu, mungkin Vanka butuh waktu buat merenungkan ini semua.”

“Maaf ya Om, karena papa saya hubungan keluarga kalian rusak. Saya benar-benar minta maaf.”

“Saya sudah memaafkannya.”

Qiana terus-menerus mengucapkan kata maaf, meskipun Fahmi selalu menjawab bahwa ia sudah memaafkan. Namun, semua terasa tidak cukup, karena kata maaf tidak akan mengembalikan semua menjadi seperti semula.

“Kalian pulang aja ya, bukan maksud mau ngusir, tapi saya merasa nggak enak kalau kalian dia luar aja.”

“Ya udah Om, kita pulang dulu. Terima kasih,” ucap Bayu.

“Om kasih ini buat Vanka, ya," ucap Qiana dengan tangan memberi sebuah kue ulang tahun, dan paper bag kecil. Fahmi menerima itu, lalu mengucapkan terima kasih. Hati Qiana begitu lembut, meskipun Vanka mulai membencinya.

Mereka menyalami tangan Fahmi, lalu beranjak pergi dari tempat tersebut. Rumah Qiana yang tidak terlalu jauh membuat gadis itu pulang dengan berjalan kaki, ia masih terus mengingat kejadian tadi yang harusnya menjadi indah seperti tahun lalu. Namun, kini tidak.

Tanpa disadari gadis itu dari arah belakang terdapat sebuah mobil dengan kecepatan tinggi semakin mendekat.

BRAK!

Seketika tubuh Qiana tercampak cukup jauh karena tabrakan hebat itu, darah sudah mengalir dari tubuhnya. Tapi, mata gadis itu masih terbuka walaupun sangat kecil. “T—tolong,” ucap Qiana terbata-bata. Ia memegang dadanya yang terasa sakit, tidak lama kemudian ia menutup mata.

🌱🌱🌱


Vanka memutar tubuh berulang kali untuk menyamankan posisi, ia merasa perasaanya sedang tidak enak. Tiba-tiba saja Vanka teringat dengan Qiana yang datang memberikan sebuah surprise. Sebenarnya ia berniat turun, tapi ego mengalahkan semua hal.

“Gue kenapa, sih?” tanya Vanka risau.

Ia meraih benda pipih yang berada di atas nakas berniat menghubungi Qiana, namun keraguan membuat ia berulang kali menunda. Tapi, semakin merasa tidak tenang, Vanka dengan yakin mulai menelepon.

Terdengar operator berbicara bahwa nomor Qiana sedang tidak aktif, astaga ia harus apa sekarang. Ia takut terjadi sesuatu.

“Na, ayo angkat!”

Sedangkan di tempat lain Qiana sudah terkapar tidak berdaya, beberapa orang yang masih berlalu lalang langsung menolong gadis itu dan membawa ke rumah sakit yang buka 24 jam.

Sesampainya di rumah sakit Qiana dimasukkan ke dalam ruangan UGD. Sedangkan, orang yang menolongnya kini berusaha menghubungi nomor salah satu keluarga korban.




BERSAMBUNG....

Vanka [OPEN PRE-ORDER]Where stories live. Discover now