17 | Worst Birthday Ever

332 46 4
                                    

Happy reading

***

Vanka menggigit bibir bawahnya dengan perasaan campur aduk, air mata yang kini berlinang menunjukkan bahwa gadis itu sedang tidak baik-baik saja. Hari demi hari berhasil ia lewati tanpa seorang mama dan Qiana. Memang terasa berbeda, tapi tak apa ia akan selalu berusaha kuat.

Mata cokelat terang itu menatap kalender yang ia lingkari tepat tanggal 22 September. Satu jam lagi adalah hari ulang tahunnya, tapi sama sekali tidak ada yang spesial. Hanya kesendirian yang melingkar kehidupan.

Drt-drt-drt!

Suara panggilan masuk membuyarkan lamunan Vanka, ia mengambil ponsel yang kini terus berdering dengan nama Kevlar yang tertera di layar.

"Hallo."

'Hallo, Princess. Kenapa belum tidur?'

"Nggak bisa tidur."

Sejak beberapa hari yang lalu jam tidur Vanka sudah mulai tidak teratur, gadis itu lebih sering menghabiskan waktu dengan melamun menatap langit-langit kamar. Berbicara sendiri ketika ia ingin menyalurkan segala perasaan.

Dulu ketika ingin curhat selalu ada Qiana yang siap mendengar, akan tetapi sekarang semuanya sudah berubah. Ia harus menanggung sendiri. Selain itu, Vanka lebih sering mendengarkan beberapa video di YouTube tentang motivasi yang bisa membangkitkan semangat.

Setelah menonton ia merasa sedikit tenang, senyum mulai terpancar meskipun kecil. Makin hari Fahmi juga mulai menghabiskan waktu di rumah, terkadang menyempatkan diri untuk ngobrol dengan Vanka, ataupun membantu mengerjakan tugas.

'Kamu sadar nggak, sih? Kalau diri kamu sekarang buat banyak orang khawatir.'

"Khawatir kenapa?"

'Khawatir kalau kamu nggak akan bisa kembali seperti dulu. Semua orang rindu senyum kamu, sifat manja kamu. Sekarang kamu lebih banyak menyimpan kesedihan, aku tau kalau aku nggak berhak maksa kamu apalagi ini berhubungan dengan masalah keluarga. Tapi, ayolah makin lama aku juga ngerasa nggak berguna buat kamu, nggak bisa ngelakuin apa pun.'

Lidah Vanka terasa begitu kaku, ia juga merasakan hal yang sama atas perubahan sikapnya sejak kasus perceraian itu. Ia tidak mau seperti ini, namun keadaan yang mempengaruhi.

'Ya udah aku tutup teleponnya, kamu istirahat aja.'

"Iya."

'Selamat malam.'

Melihat sambungan telepon yang terputus, Vanka meletakkan kembali benda pipih tersebut di atas nakas. Mencoba merenung sejenak setelah mendengar ucapan Kevlar yang berhasil menyentuh hatinya.

Satu jam pun berlalu, mata Vanka masih terus terbuka. Suara jam dinding memenuhi keheningan malam, tidak lama terdengar suara alarm berbunyi yang sengaja ia steel sebagai tanda hari ulang tahunnya yang ke 16.

Vanka tersenyum kecil, tidak terasa ia semakin dewasa. Sudah banyak hal yang ia lalui, harapannya hanya satu.

*Semoga Allah memberikan sebuah kebahagiaan.*

"Happy birthday to me, happy birthday to me, happy birthday, happy birthday, happy birthday to me."

Selesai menyanyikan lagu tersebut, Vanka langsung menundukkan kepala. Air mata kembali menetes, teringat satu tahun yang lalu ketika berulang tahun semua orang datang ramai-ramai mengunjunginya memberikan berbagai surprise.

Hua, lagi-lagi gadis itu seakan terjatuh dan tidak bisa keluar dari semua kenangan masa lalu. Terlalu sulit rasanya, semakin berusaha melupakan, maka semakin dalam ia terjatuh.

Tok-tok-tok!

"Happy birthday to you, happy birthday to you, happy birthday, happy birthday, happy birthday to you."

Fahmi masuk ke dalam kamar dengan sebuah kue, dan topi ulang tahun yang dipakai di kepala. Vanka tersenyum lebar, setidaknya sang Papa masih ada di sini memberikan ia kehangatan saat dingin malam mulai menyentuh kulit mulusnya.

"Happy birthday, Little angel."

Fahmi mencium puncak kepala Vanka, lalu tersenyum. "Continue to be Papa's little angel. Smile, don't ever show your sadness one bit. Papa is here for you."

Kata-kata yang keluar dari mulut sang Papa merupakan sebuah motivasi untuknya.

"VANKA!"

Suara teriakan dari luar tiba-tiba saja mengalihkan pandangan mereka berdua, Fahmi beranjak menuju balkon kamar melihat siapa orang yang sudah berteriak di tengah malam seperti ini. Sedikit terkejut menatap Qiana, Kevlar dan yang lainnya berdiri memegang sebuah kue sama seperti dirinya tadi.

"Happy birthday Vanka, happy birthday Vanka, happy birthday, happy birthday, happy birthday Vanka."

Dengan kompak mereka semua menyanyikan lagu, membuat Vanka semakin penasaran.

"Siapa, Pa?" tanya Vanka.

"Teman-teman kamu, ayo turun kita lihat," ajak Fahmi.

"Nggak, Papa bilang aja Vanka udah tidur."

Jawaban dari Vanka yang menunjukkan sebuah ketidak sukaan membuat Fahmi mengelus rambut panjang Vanka. "Nggak boleh gitu, mereka udah capek datang ke sini."

"Vanka nggak minta kok."

"Kamu emang nggak minta, tapi setidaknya kamu har ...."

"Vanka ngantuk, Pa. Selamat malam." Gadis itu mulai membaringkan tubuh, lalu menarik selimut sampai sebatas dada.

Melihat tingkah tersebut Fahmi hanya menghela napas panjang. Kemudian berjalan keluar kamar untuk menemui mereka semua.




BERSAMBUNG....

Vanka [OPEN PRE-ORDER]Where stories live. Discover now