8 | Curhat With Bayu

448 62 7
                                    

Happy reading

***

Qiana menghapus air matanya yang berulang kali jatuh, rasa kecewa dan tidak percaya masih membekas di hati gadis tersebut.

Bukan tidak suka, hanya saja ia belum bisa menerima kenyataan ini. Apalagi mengingat pertemuannya dengan Kevlar tadi, sangat terasa sakit.

Gadis itu memejamkan mata sejenak, membiarkan angin berembus menerpa wajahnya. Ia ingat waktu sang Papa bercerita bagaimana kisah cinta pria paruh baya itu dengan almarhumah Mama. Dan, setelah disimak semua hampir sama seperti kisahnya sekarang.

"Nangis nggak akan mengubah takdir." Suara seorang pria yang tiba-tiba saja terdengar, membuat Qiana dengan gerakan cepat langsung menghapus air matanya. Mengalihkan pandangan ke arah lain, dan mencoba menenangkan diri.

"Jangan galau, muka lo jelek," ucap Bayu, sahabat dari Kevlar.

Bayu tersenyum lebar melihat Qiana yang hanya diam, pria itu menyandar ke kursi dengan pandangan menatap orang-orang yang berlalu lalang. "Udah berapa lama di sini? Dua atau tiga jam?"

"Dua jam setengah," jawab Qiana pelan. Pria itu tertawa kecil, di sini ia tahu tentang apa yang terjadi. Bukan hanya dia bahkan semua sahabatnya juga tahu bagaimana pengorbanan Qiana untuk Vanka.

"Seharusnya lo senang, inikan yang lo mau? Kebahagian Vanka," ucap Bayu.

"Gue senang."

"Senangnya cuma di mulut, bukan di hati."

Kata-kata yang dikeluarkan oleh Bayu mampu membuat Qiana langsung terdiam kaku. Seperti yang semua murid ketahui bahwa Bayu adalah salah satu pria yang mempunyai kualitas otak sangat bagus. Jadi, tidak heran jika di antara semua sahabat Kevlar hanya Bayulah yang paling bijak.

"Lo nggak tau dan lo nggak peduli gimana kacaunya perasaan gue saat ini," ucap Qiana sembari tersenyum miris. Sejak dulu yang ia tahu, takdir baik tidak pernah berpihak kepada dirinya. Seolah-olah takdir baik memang sengaja menjauh.

"Gue tau, dan gue peduli. Kalau bukan karena itu gue nggak mungkin temani lo di sini," jawab Bayu.

Qiana kembali menangis, bahkan kini semakin deras. "Gue pernah dengar Vanka bilang kalau dia iri sama gue, tapi gue mikir apa yang perlu diirikan dari gue? Lihat, kehidupan dia lebih enak. Dia cuma nggak bisa jalan, tapi dia punya banyak orang untuk bantu dia berjalan. Sedangkan gue, sejak kecil hidup gue emang serba kehilangan." Qiana semakin merasakan sesak di dada mengingat semua hal yang selama ini terjadi.

Hidup memang menjadi serba salah. Ingin mengeluh salah, tidak mengeluh semua beban terasa sangat berat untuk ditanggung sendiri. Qiana menunduk dengan pikiran yang kini sudah berkeliaran ke mana-mana.

"Qiana yang gue kenal itu kuat, nggak pernah mau ribet, menjalani hidup ya baik-baik aja. Meskipun, gue tau nggak ada yang namanya baik-baik aja di dalam hidup lo."

"Gue harus gimana, Bay."

"Nggak ada cara lain, lo harus lupain Kevlar. Biarin mereka bahagia, gue di sini akan bantu lo sampai lo bisa keluar," ucap Bayu.

Qiana mendongak menatap Bayu, dari sorot mata pria itu terlihat jika ia benar-benar niat membantu. Dengan pasti Qiana pun mengangguk setuju, meskipun ia tahu semakin lama berusaha melupakan seseorang, maka perasaan itu akan semakin bertambah. Namun, di sini ia memiliki Bayu yang siap membantu, jadi apa salahnya berusaha untuk move on.

"Lo rela pura-pura bahagia demi seorang sahabat, dari situ sudah membuktikan bahwa lo emang pantas dipertahankan, dan dibanggakan."

🌱🌱🌱


Di salah satu restaurant yang cukup terkenal dengan masakan ala Turkey, terdapat sepasang kekasih yang baru saja jadian. Siapa lagi jika bukan Kevlar dan Vanka, setelah pulang sekolah pria tampan itu mengajak kekasihnya untuk pergi makan siang sebentar. Kini, mereka sedang menikmati makanan, dan pemandangan yang di terdapat di restaurant tersebut.

"Kev, aku ngerasa Qiana berubah," ucap Vanka dengan raut wajah sedih.

Kevlar yang tadi hendak minum, kini meletakkan kembali di meja. Menatap Vanka yang sekarang sedang mengaduk-aduk minumannya.

"Berubah gimana?" tanya Kevlar seolah-olah tidak paham.

"Tadi waktu aku jelasin kalau kita baru jadian wajah dia langsung aneh. Aku lihat dia beberapa kali tersenyum miris, aku bingung."

"Nggak ada yang perlu dibingungkan, mungkin emang lagi ada masalah," jawab Kevlar.

"Tapi aku sahabatnya, masa aku nggak tau kalau dia ada masalah. Biasanya dia selalu curhat kok," bantah Vanka.

Pria itu yang mengerti kekhawatiran sang pacar, kini beralih menggenggam kedua tangan Vanka. "Ada beberapa hal yang nggak perlu kamu tau. Bukan karena dia nggak menganggap kamu, tapi karena dia nggak mau merusak sesuatu yang sudah ada."

"Maksudnya?" Vanka menyerit bingung dengan kata-kata yang dilontarkan Kevlar. Ia merasa semua orang sedang menyembunyikan sesuatu darinya.

"Nggak perlu dipikirin, nanti dia juga balik seperti biasa."

Vanka hanya mengangguk singkat, tetapi pikiran masih tertuju kepada Qiana. Apa perlu ia bertanya langsung ada apa sebenarnya, tapi ia yakin Qiana akan menjawab 'nggak ada apa-apa' ia sangat tahu sifat gadis itu. Entahlah mungkin ia akan mengikuti saran dari Kelvar, siapa tahu memang benar kalau Qiana sedang ada masalah pribadi yang tidak bisa diceritakan kepada siapa pun.

BERSAMBUNG....

Hallo, jangan lupa ya klik tombol vote, setelah itu kamu komen gimana part ini. Satu lagi, jangan lupa dishare ke semua teman kamu:))

Salam hangat
PearlBellis

Vanka [OPEN PRE-ORDER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang