16 | Mencoba Memperbaiki

331 45 2
                                    

Happy reading

***

Pagi ini tepat pukul 06.45 WIB Qiana sudah sampai di sekolah. Ia melangkahkan kaki menuju kelas dengan kepala yang terus menunduk. Sampai hari ini hubungan persahabatan ia dan Vanka belum membaik. Ia bahkan, sudah mengirimkan beberapa pesan, dan mencoba telepon, tapi sepertinya Vanka benar-benar tidak mau mengenal dirinya lagi.

Ia tahu betapa besar kekecewaan Vanka, tapi demi apa pun ia juga merasakan marah dengan semua perbuatan sang papa. Persahabatan yang terjalin sejak SMP, kini harus berakhir dengan cara miris.

Helaan demi helaan keluar dari bibir Qiana, ia mendongakkan kepala menatap keadaan sekitar sekolah yang sudah cukup ramai.

“Gue dengar-dengar orang tua Vanka cerai, dan itu karena papa Qiana.”

Qiana yang mendengarkan ucapan itu dari seorang murid perempuan seketika menghentikan langkah kakinya. Menoleh menatap murid itu, lalu berjalan mendekati mereka.

“Permisi, tadi lo bilang apa?”

Ketiga murid tersebut membalikkan badan, melihat orang yang dibicarakan berada di hadapan mereka. Sedikit terkejut, tapi tidak lama mereka terlihat biasa saja.

“Kenapa? Semua ini fakta, kan?” sindir salah satu dari mereka yang bernama Naya.

Bukan menjawab, kini Qiana langsung bungkam. Ia tidak tahu dari mana berita tersebut bisa menyebar. Huft! Jika sudah begini semakin sulit untuk memperbaiki hubungan persahabatannya dengan Vanka.

“Lo dapat berita ini dari mana?” tanya Qiana pelan.

“Lo liat di mading sana semua murid  juga udah tau berita ini,” sahut Nadin.

🌱🌱🌱


Kevlar melipat kedua lengan blazernya sampai sebatas siku, rambutnya yang legam, rahang yang tegas, tinggi badan yang sangat tepat untuk anak SMA, senyuman manis, mata tajam, dan segala sifatnya selalu menjadi daya tarik banyak orang. Sekarang saja ketika berjalan melewati beberapa murid perempuan, kebanyakan orang berdecak kagum, atau bahkan senyum-senyum sendiri.

Pria tampan itu hanya menanggapi dengan seulas senyuman, jika moodnya dalam keadaan baik. Jika sedang buruk ia hanya diam, tanpa mempedulikan siapa pun.

Saat ini tujuan Kevlar adalah kembali ke mobil mengambil ponsel yang tertinggal. Sewaktu melintasi lapangan sekolah, pandangan pria itu tertuju kepada Qiana yang sedang berbicara dengan murid lain.

Karena rasa penasaran Kevlar mengurungkan niat, dan malah memutar arah mendekati Qiana. Dari jarak yang sudah cukup dekat Kevlar dapat mendengar jika nama kekasihnya tersebut.

“Dasar anak perusak rumah tangga orang!”

Tubuh Kevlar mendadak kaku saat cacian itu terdengar jelas, ia fokus kepada Qiana yang kini menundukkan kepala sedih.

“Kalian ngapain?” tanya Kevlar.

“Eh, ya udah ayo cabut.” Mereka segera beranjak pergi karena melihat kedatangan Kevlar. Siapa yang tidak tahu bagaimana sifat pria tampan itu jika sudah marah. Masih teringat saat terjadi pembullyan di sekolah SMA JAYA INTERNASIONAL 1 tahun yang lalu, Kevlar adalah orang pertama yang marah besar. Hingga ia berusaha keras agar murid yang suka membully itu dikeluarkan dari sekolah.

“Na, lo baik-baik aja kan?” tanya Kevlar.

“Iya, gue nggak apa kok.”

Kevlar tersenyum lebar, mengusap bahu Qiana agar gadis itu merasa sedikit tenang. “Gue akan bantu lo buat mengembalikan Vanka seperti dulu.”

Tanpa disadari dari jarak yang tidak terlalu jauh Vanka terdiam menatap kejadian itu. Kevlar dan Qiana benar-benar sangat dekat, bahkan sekarang pikirannya sudah meliar. Vanka takut jika ia harus merasakan kehilangan Kevlar juga, dan itu karena Qiana. Kalau semua itu sempat terjadi ia bersumpah tidak akan pernah memaafkan Qiana sampai kapan pun.

“Ternyata selain merusak keluarga gue, lo juga berniat merusak hubungan gue sama Kevlar."

Kedua insan itu terlihat kaget dengan kedatangan Vanka secara tiba-tiba, tangan Kevlar yang masih berada di bahu Qiana langsung ia turunkan. Astaga, masalah sudah rumit sekarang tambah rumit karena kesalahan pahaman ini.

“Van, gue nggak ada niat begitu. Kevlar cuma kasih gue semangat.”

Vanka tertawa kecil sembari menggelengkan kepala. “Semangat? Buat apa? Di sini yang tersakiti itu gue, keluarga gue yang rusak bukan lo!”

Jawaban tak bersahabat itu membuat Qiana merasa tidak nyaman. Hatinya seakan tercubit dengan jawaban yang Iebih mengarah ke sebuah sindiran. Ia mengigit bibir bawahnya merasa bingung dengan apa yang harus dikatakan.

“Kasih gue kesempatan, Van. Gue juga marah saat tau papa gue punya hubungan sama mama lo, tapi semua udah terjadi. Lo mau hubungan persahabatan yang udah kita lalui sejak SMP, dan sekarang harus hancur karena masalah yang kita juga nggak tau bisa kayak gini,” ucap Qiana.

Vanka mengalihkan pandangan ke arah lain, telinganya seakan sudah tertutup rapat-rapat agar tidak mendengar alasan apa pun yang keluar dari mulut Qiana.

“Van, maafin gue.”

“Nggak boleh gitu, Van,” ucap Kevlar.

“Terlalu sakit buat terima semuanya. Jujur gue nggak marah sama lo, tapi mengingat lo anak dari selingkuhan nyokap gue terpaksa gue harus membenci lo.”

Qiana menggelengkan kepala yang bertanda bahwa ia tidak mau. Ia tidak akan rela semua selesai begini saja. “Jangan benci gue, lo boleh pukul gue, lo boleh kasih gue hukuman. Tapi, jangan begini.”

“Gue masih belum bisa.” Vanka tersenyum kecil, lalu menggerakkan kursi rodanya pergi meninggalkan kedua insan itu.



BERSAMBUNG....

Vanka [OPEN PRE-ORDER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang