14. Nyaman

501 30 25
                                    


Sebelas IPA satu, pelajaran pertama Bahasa Indonesia.

"Pagi ini kita jamkos!" seru sang ketua kelas. Membuat sorak-semurai terdengar begitu ramai. Jam kosong adalah surga dunianya anak sekolah. "Gurunya lagi melahirkan!" teriak sang ketua, lagi-lagi membuat kelas ramai.

"Alhamdulillah, semoga persalinannnya selancar mantap-mantap nya ya buk."

"Anaknya mulai aktif ya bund,"

"Eh, lu tanggung jawab kali Bim!"

"Anjim, yang hamilin siapa yang tanggung jawab siapa."

"Sering-sering lahiran deh Bu, biar kita jamkos mulu."

"Anjir, dikira lahirin kayak ngeluarin tai kali ya."

David terkekeh saat melihat Bima sedang kejar-kejaran dengan salah satu perempuan anak kelas mereka. Ia menghembuskan napas pelan, lalu berjalan keluar kelas dengan satu tangan yang dimasukkan ke saku celana.

Di koridor kelas sebelas lantai dua, David menatap lapangan dari atas. Ia menoleh sebentar ke arah dua murid SMA HB yang sedang menghormat bendera, lalu mengalihkan pandang ke arah Dava yang datang menghampirinya. David tersadar akan sesuatu, ia kembali menolehkan kepalanya ke arah lapangan.

"Apa mata gue katarak? Jangan bilang apa yang gue lihat itu bener." Bima tiba-tiba sudah di samping David dan menyeletuk nyaring. "Itu... Raka sama cewek kan?"

David mengerjap, ia memalingkan wajah begitu saja saat sadar bahwa yang dikatakan oleh Bima benar.

"Serius lu?" Anca yang duduk di depan kelas kini berjalan mendekat, ikut menatap ke arah lapangan. "Degem?" tanya nya, kembali melanjutkan game di ponselnya yang sempat tertunda.

Dava menyerngit. "Kebetulan, kali."

David berbalik badan, ia melangkah menjauh menuju kelas. Meninggalkan sohib-sohibnya yang sibuk memandangi lapangan.

"Eh... Bukannya itu cewek yang di gebet sama David?"

David menegakkan bahu, langsung berhenti melangkah dan kembali menghadap sohib-sohibnya yang kini menatap David penuh tanya. Celetukan Bima memang tidak ada filternya. Padahal David sudah berusaha menghindari pernyataan atau pertanyaan itu.

"Lah kapan anying, kok gue nggak tahu?"

"Cewek itu?"

Pertanyaan Anca dan Dava mendapat balasan anggukan dari Bima. "Gue pernah liat David berdua-duan sama tuh cewek di ruang Osis." Bima diam sesaat. "Anjay ... Berdua-duan nggak tuh?"

David mendecak. "Lu nggak usah bacot ya Bim. Dia cuma adik kelas gue di Osis."

Dava menaikkan alis, memandangi wajah datar David. Namun memilih tidak berkomentar.

"Cakep nggak? Mending gue aja dah, yang gebet."

"Lumayan, gemesin mukanya. Pen cium," Bima meringis kesakitan saat David melemparkan sebuah pulpen ke kepalanya.

David berjalan mendekat, ikut kembali memandangi lapangan.

"Raka mah, Selena gomes aja di kacangin, apalagi cuma dedek gemes." celetuk Bima. "Itu siapa sih nama degem nya? Panas-panasan gitu, apa nggak kebakar gairah?" pertanyaan Bima mendapatakan pukulan di kepalanya yang berasal dari tangan Anca.

"Kebakar gairah, goblok!" celetuk Anca membuat Bima mengelus dada sabar.

"Odading Mang oleng, rasanya seperti anda menjadi iron man. Emang tadi gue ngomong apa, anaknya supratman?"

Anca menendang bokong Bima. "Bapak gue tuh!" ujar Anca tanpa mengalihkan pandang dari game di ponselnya.

"Yang bilang itu bapaknya rapunzel siapa? SIAPA HA?" teriak Bima tersulut emosi. "Lu dihamilin sama siapa di lahirin sama siapa?"

You Hurt Me!Where stories live. Discover now