26. Tak berdaya

445 32 22
                                    


"Dari mana saja kamu, Rily?"

Di ruang tamu, Rily menghentikan langkah kakinya. Ia meneguk ludah, menatap Amor yang tampak marah dan Naza yang berada di ujung tangga dari lantai dua.

Naza menggelengkan kepala pelan, memberi kode Rily untuk tidak membantah.

"Ak---"

"Bolos, lagi?"

"Aku per---"

"Alasan apa lagi sekarang, ha?!" Amor berteriak marah. "Mama diamin kamu, bukannya kamu intropeksi diri. Malah semakin menjadi-jadi!"

"Ma... "

"Bisa nggak sih, jangan buat Mama marah? Sekali aja kamu nurut sama perintah Mama, bisa?"

Rily menundukkan kepala. "Maaf Ma... aku----"

"DIAM!!!" sahut Amor nyalang.

Rily ketakutan, ia memejamkan mata saat Amor menghampirinya dengan sorot tajam membunuh.




PLAK!



"Tan ... te?" Naza sampai menutup mulut saking kagetnya. Ia dengan cepat, berlari menuruni anak tangga. Namun, ketika ia mencoba mendekati Rily, ucapan Amor menghentikan langkahnya.

"Berhenti disitu Naza!" ucap Amor tanpa menoleh ke belakang. "Masuk ke kamar!" perintahnya tak terbantahkan.

Naza menurut, matanya memanas. Dengan langkah pelan, ia memutar tubuh dan kembali menaiki anak tangga menuju kamar.

Rily memegangi pipinya yang memerah karena tamparan keras Amor. Matanya sudah berkaca-kaca, tidak berhenti menyakitinya secara fisik, Amor pun melayangkan kalimat yang menyakiti batinnya.

"Kamu bukan anak Mama!" Amor memandang marah gadis itu. "Dari besok, kamu tidak Mama bebaskan lagi! Mama akan cari les, yang buat kamu betah dirumah dan fokus sekolah! Paham?!"

Rily tidak menjawab, tangannya bergetar ketakutan. Ia tidak berani menatap Amor yang seperti kesetanan.

Karena tidak di gubris, emosi Amor semakin tersulut. Ia sudah meraih rambut gadis itu yang tergerai, menariknya kuat.

"Ma ... sakit..." Rily menggigit bibir, perih dipipinya belum hilang, sesak didadanya tidak terlampiaskan, dan sekarang Amor menambah luka lagi.

Dari luar rumah, Raylan turun dari motor besarnya. Dengan helm full face yang tergantung di tangannya, ia berjalan memasuki rumah sembari bersiul pelan.

Lelaki itu membuka pintu yang tidak terkunci, ia melepas sepatu. Lalu masuk ke dalam rumah dengan bibir yang masih mengeluarkan siulan. Namun setibanya di ruang tamu-----

Raylan melempar asal helm nya tanpa sadar, ia berlari cepat menghampiri Rily yang sedang meringis kesakitan.

"MAMAA?!!"

Raylan melepas paksa tangan Amor yang menarik kuat rambut Rily. Saat tangan Amor terlepas, dengan sigap Raylan merengkuh tubuh mungil adiknya yang bergetar. Pertahanannya runtuh, setangguh apapun seorang laki-laki, ia akan rapuh ketika wanitanya disakiti.

You Hurt Me!Where stories live. Discover now