41. Topeng tersembunyi

366 30 0
                                    

Marsha tiba-tiba menarik Rily dari kantin ke tengah lapangan.

Rily panik, dan ikut berlari kencang karena ia pikir ada sesuatu hal buruk yang sedang terjadi.

Tetapi, saat melihat siapa yang berada di atas panggung pensi sana. Langkah kakinya berhenti, tak lagi mengikuti Marsha yang sudah bergabung ke tengah lapangan bersama siswa lainnya.

Bibir Rily terkatup rapat, jantungnya berdebar-debar kencang.

"Kau datang padaku dengan pesonamu ... "

Rily tertegun, disana, ia memandang Raka yang berada di atas panggung dan memeluk gitarnya sembari bernyanyi merdu.

"Kau datang padaku, mencuri hatiku ..."

Semua orang disana bertepuk tangan dan bersorak riang, bahkan siswa-siswi SMA Harapan Bangsa semakin terpesona dan terpana dengan sosok lelaki tampan nan jangkung bernama Raka Savian Altezza.

"Sering kali ku kau buat kaku~
Tuhan tolonglah, kuatkan aku ... "

Rily mengerjap, lututnya melemas. Ya, Rily bisa memastikan dari jauh, bahwa Raka sedang menatapnya sembari tersenyum miring.

"Hati ini tak sanggup menahan rasa~
Izinkan aku ada di hidupmu, ahh~"

Raka berhenti memetik senar gitarnya, ia juga ikut berhenti bernyanyi. Saat itu, suasana tiba-tiba hening. Penonton juga ikut diam dan heran atas jeda Raka yang tiba-tiba.

Lalu, Raka kembali memetik senar gitar dan tersenyum lebar sembari mengedipkan sebelah mata. Membuat semua siswi yang ada disana bersorak heboh, bahkan beberapa dari mereka bereaksi berlebihan.

"Katakan saja bila kau inginkan aku~
Aku juga ingin tahu perasaanmu...
Katakan saja bila memang tak bisa~
Aku juga ingin tahu jawabanmu ..."

"Saat sendiri terbayang wajahmu~
Tuhan tolonglah kuatkan aku ..."

"Hati ini tak sanggup menahan rasa~
Izinkanlah aku dihidupmu ..."

"Katakan saja bila kau inginkan aku~
Aku juga ingin tahu perasaanmu ...
Katakan saja bila memang tak bisa~
Aku juga ingin tahu jawabanmu ..."

"Andai kau tahu kuharap jawab darimu~
Agar aku tak meragu tentangmu ...
Tolong katakan jika rasa tak untukku~
Agar aku ..."

"Katakan saja bila memang tak bisa~
Aku juga ingin tahu jawabanmu ..."

Rily meneguk ludah.

Semua orang bersorak heboh dan bertepuk tangan, bahkan ada yang pura-pura pingsan karena tidak mampu menahan pesona Raka.

"Serius kak Raka bisa senyum?"

"OMG, gue ngeliat ada tanda-tanda masa depan gue di senyumnya Raka."

"Kak Raka kenapa manis banget sih?!"

"Si kutub es beneran cair?"

"Kak Raka punya pacar?"

"Raka tadi ngedipin matanya ke gue."

"Raka senyumin gue."

Perlahan kaki Rily melangkah mundur, ia tidak tahu mengapa dadanya terus berdebar kencang. Kini Rily berbalik badan dan berlari pergi meninggalkan lapangan, mengabaikan teriakan Marsha yang menyerukan namanya.

Rily membasuh wajahnya berulang kali. Setelah itu, ia menatap cermin, dan melihat pantulan wajahnya disana.

Semua omongan-omongan wanita-wanita yang memuji Raka saat dilapangan menghantuinya.

You Hurt Me!Where stories live. Discover now