12

38.6K 6.4K 344
                                    


Putri

Gue terbangun dari tidur ketika jam dinding di ruangan dimana gue dirawat selama hampir lima hari ini menunjukkan pukul 2 pagi. Mata gue kemudian tertuju pada sosok yang gak pernah ninggalin gue selama lima hari ini.

Atau lebih tepatnya gue gak mau di tinggal.

Sebenarnya dari kemarin papa gue udah balik, tapi dengan senang hati Jeje malah menawarkan diri buat tetep disini. Kemarin papa gue sempet nginep juga. Tapi karena mereka akhirnya bikin berisik akibat bercerita tiada habisnya, mbak Tini malah nyaranin buat salah satu aja yang stay di sini. Akhirnya Jeje yang nemenin gue kalo malem.

Sepi.

Itu adalah gambaran situasi saat ini.

Rasa tidak nyaman, bercampur dengan rasa takut tiba-tiba dateng. Jantung gue tiba-tiba jadi berdetak gak karuan. Nafas gue gak beraturan karena jantung gue gak mau tenang. Kemudian gue merasa sesak.

Gue takut.

"Jeje." Panggil gue akhirnya

"Jaerend" ulang gue yang masih dihantui rasa takut.

Terlihat pergerakan kecil dari Jaerend sebelum dia benar-benar mendudukkan diri dengan mata yang masih mencoba untuk menerima cahaya ruangan.

"Kamu kenapa?" Tanyanya sambil duduk di kursi yang ada di deket ranjang gue.

"Ga bisa tidur?" Lanjutnya.

Gue menggeleng.

"Takut." Jawab gue.

Kemudian Jeje mengambil satu tangan gue dan di tepuk-tepuknya punggung tangan gue dengan pelan, "Balik tidur gih, aku tungguin."

Kita sama-sama terdiam, Tangan Jeje masih menepuk-nepuk punggung tangan gue pelan.

"Jeje."

"Iya?"

"Aku ngerepotin ya?"

"Kamu mau aku jawab jujur atau bohong?"

"Bohong." Jawab gue asal.

"Enggak kamu gak ngerepotin kok."

Berarti sebaliknya.

"Maaf ya. Bikin kamu kejebak disini berhari-hari."

"Tapi aku suka."

"Hah?"

"Aku suka aja, bisa seharian sama kamu."

"Tapi kamu jadi gak bisa kemana-mana. Aku tau ngerepotin banget."

"Habis ini enggak lagi." Lanjut gue sambil tersenyum lemas.

"Kok gitu? Kamu gak percaya sama aku? Lagian ini aku, kamu masih asing minta bantuan aku?" Tanyanya pelan

"Aku gak suka ngerepotin orang lain."

"Tapi orang lain itu pacar kamu Put? Aku gak ngerasa direpotin kok."

"Kita gak bisa tau yang, hidup sendiri tanpa ngerepotin orang lain. Pasti ada saat-saat kita butuh bantuan orang lain." Tangannya merapikan rambut gue.

"Aku tau kamu anaknya mandiri dan gak mau bergantung sama orang lain. Tapi percaya deh, ngerepotin orang lain itu wajar. Tinggal balik lagi ke orangnya juga sih dia mau apa enggak kita repotin."

Entah kenapa kata-kata Jeje barusan bikin hati gue jadi hangat. Tangannya beralih menggenggam tangan gue.

"Jeje?"

"Iyaa?"

"Aku sayang kamu."

Matanya melebar, kemudian tawa kecil keluar dari mulutnya.

"Hahaha, tiba-tiba banget?"

Gue mengerucutkan bibir menahan rasa malu. Kenapa juga coba tiba-tiba gue bilang kayak gitu?

"Yaudah kalo gak mau disayang."

"Aku juga sayang kamu Put."

Gue ikutan ketawa pelan ketika liat ekspresi Jaerend yang sekarang lagi cengar-cengir.

"Lanjut tidur lagi ya?" Suruhnya.

"Kalau aku suruh kamu gak pergi dari sini kamu mau?"

"Hah? Gimana yang?" Dia mengeryitkan dahi.

"Disini aja, begini. Jangan balik tidur disana."

"Iya-iya, aku disini kok. Apalagi?"

"Udah, gitu aja."

Jaerend mengusap rambut gue pelan, "Tidur ya? Besok udah balik ke rumah kan? Jadi ga perlu takut lagi."

"Kamu seneng?" Tanya gue penasaran.

"Seneng dong, kan berarti kamu udah mulai sembuh."

"Kamu ga sedih?" Gue kembali bertanya.

Padahal gue berharap dia sedih karena gak sama gue lagi sepanjang hari.

Hahaha. Putri udah gila.

"Kok jadi kamu yang sedih sih?" Jaerend seakan paham.

"Aku kan sering main kerumah kamu yang?"

"Kamu mulai bucin sama aku ya yang?"

"Enggak."

"Iya, itu tadi kenapa sedih?"

Gue diam untuk mencari alasan, tapi Jaerend malah ketawa renyah.

"Udah sih ngaku aja yang."

"Sayang sama aku kan tadi katanya?"

Gue masang pura-pura muka bete ke Jaerend.

"Tidur ah, masih pagi banget ini."

"Aku udah gak ngantuk." Jawab gue.

"Mau aku peluk gak?" Tanya sambil tersenyum.

"Gak."

"Biar bisa cepet tidur yang."

"Jadi makin gak bisa tidur."

"Ih pasti deg-degan gitu ya?" Godanya.

Kemudian gue menarik selimut sampai ujung kepala.

Tapi beberapa detik kemudian Jeje menurunkan selimut gue hingga dagu. Dan dia mencium dahi gue sekilas sambil berbisik.

"Goodnight kesayangan aku."

Ini malah jadi ga bisa tidur dong gue? Jaerend kenapa sih??

Takut muka gue memerah gue langsung menaikan selimut gue kembali. Sementara Jaerend kembali duduk dan menggenggam tangan gue lagi dan menepuk pelan bahu tangan gue.

•••


















HHHHHHHHHH
Gatau nulis apaan aku tuh.
Yaudah aku buat manis-manis dulu.
Ntar tunggu mereka berantem lagi okkay 👌

US - Untold Story (Spin Off "45 Days Of KKN") Where stories live. Discover now