4

40.3K 6.8K 310
                                    

Jaerend

Gue berasa di ghosting. Gak ada aba-aba apapun, Putri tiba-tiba ngilang. Gue masih mikir keras salah gue dimana? Padahal jelas banget selama gue deket sama Putri, gak ada sama sekali gue deket sama perempuan lain.

Cewek-cewek yang ngontak gue, selalu gue jawab sebiasa mungkin. Gue sadar diri, ketika udah ada seseorang dideket kita, kita harus jaga perasaan dia. Kalau cuma masalah chatting sama perempuan lain, sepertinya gak akan jadi begini. Pasti ada alesan lain.

Pikiran gue sibuk menduga-menduga. Apa jangan-jangan Putri punya cowok lain selain gue? Tapi sedikit mustahil juga. Meskipun gue cuma kenal kurang dari 3 bulan, gue yakin Putri bukan orang yang suka sesuka hati pindah ke lain hati.

Tingkat penasaran gue membawa gue ke gedung fakultas hukum pukul delapan pagi. I don't have any idea, gue cuma duduk disalah satu gedung sambil liatin orang lewat, berharap Putri tiba-tiba lewat. Cukup lama gue duduk disana, sampai dengan pukul sepuluh pagi.

Gue lihat Putri berjalan berlawan arah. Sepertinya dia tadi liat gue disini, makanya dia memilih arah lain. Pikiran gue selanjutnya ngebawa gue ke parkiran FH. Gue berdiri di balik sebuah tembok sambil ngamatin kearah parkiran.

"Jaerend ngapain lo?"

"Kaget!" gue mengusap dada gue yang masih kaget.

"Ada urusan."

"Urusan apaan? Kayak mata-mata lo!"

"Iya gue lagi training jadi Intel."

Bentar! Dia kan anak FH!

"Lo kenal Putri enggak? Seangkatan sama lo."

"Putri? Oh kenal! Napa? Lo suka dia?"

"Nanya doang sih,"

"Putri udah punya cowok Je. Lo cari yang lain aja."

"Hah? Lo serius?"

"Iya, Farika Putri kan? Anak UKM Debat?"

"Bukan! Gue ngomongin Putri Zhalia!"

"Hah? Yang mana dia?"

"Lo gak kenal?!" seru gue.

"Putri ada banyak di FH. Ada Farika Putri, ada Aneswara Putri, pokoknya banyak! Lo ada fotonya gak?" tanyanya

Gue buru-buru ngeluarin hp gue dan kasih tunjuk satu foto yang berisikan gue sama temen-temen KKN gue. "Ini Putri."

"Oh! Namanya Putri? Baru tau gue. Gue tau anaknya tapi gak pernah satu kelas. Apa gue yang gak ngeh ya?"

"Lo berarti gak tau apa-apa tentang dia?"

"Enggak, temen lo suka sama dia?"

Gue yang suka!

"Dia anaknya gak mencolok Rend, jadi gue gak terlalu tau."

Gue menghela nafas.

"Putri!"

Gue berlari kecil saat ngeliat Putri ternyata udah mau keluar parkiran.

"Put!" panggil gue lagi.

Kalah cepet, setelah portal terbuka dia langsung pergi gitu aja. Sementara gue cuma bisa memandang punggungnya dari jauh.

°°°

Di hari berikutnya gue masih nungguin dia di kampus. Tapi kali ini gue ngeliatin dari lantai 3 gedung FISIPOL yang kebetulan viewnya mengarah ke FH. Pagi itu gue lihat Putri turun dari ojek online. Setelahnya dia pergi naik. Ke salah satu gedung.

Gue disana nungguin dia kayak orang kurang kerjaan. Beberapa mahasiswa ngeliatin gue aneh. Tapi gue memilih bodo amat. Jam 11, Putri keluar dari gedung H. Disaat itu juga, gue buru-buru turun buat ngambil mobil. Gue lari kayak orang kesetanan ke parkiran. Buru-buru gue nyalain mobil dan nungguin dia di pinggir jalan.

Totalitas banget, gue sampai ganti mobil supaya enggak ketawan. Gue gak mau aneh-aneh sebenernya. Gue cuma penasaran aja dia kemana selama ngeghosting gue. Dan tujuan lainnya adalah mau nganterin dia balik aja. Sebenernya keinginan gue gak muluk-muluk kan?

Sorenya gue kumpul sama anak-anak KKN. Kita mau latihan band, meskipun lagi gak mood.

"Honey bunny lo kemana deh?" Brian bertanya.

"Gak tau," jawab gue sambil membuang nafas kasar.

"Oh, lagi marahan?" tebak Satya.

"Di ghosting!" gue menjawab dengan nada kesal.

"Seriusan? Demi apa Je?" Brian gak percaya.

"Demi nasi padang depan gerbang kampus. Dia tau-tau ngilang. Gue chat gak dibales, telpon gak diangkat." Curhat gue dengan nada frustrasi.

"Awalnya kenapa?" Satya meletakkan gitarnya dan mengambil posisi duduk sambil ngeliat gue dengan pandangan penasaran.

"Kalau gue tau, gue gak bakal keliatan clueless begini. Gue sendiri masih gak paham. Bahkan gue sampai nungguin dia di kampus sedari kemarin."

"Waw, levelnya udah mulai tanda-tanda kebucinan Bung!" seru Darren.

"Lo samperin aja Je. Tanyain langsung kenapa." Satya memberi saran.

"Enggak mending lo kasih dia waktu sebentar dulu Je? I mean beneran time buat dia settle down gitu? Barangkali dia lagi punya masalah dan gak mau diganggu." Akhirnya Wildan bersuara.

"Gue takutnya kalau gue diemin, Putri malah ngerasa kalau gue udah gak peduli. Tau sendiri kan pikiran cewek susah ditebak?"

"Wildan ada benernya, tapi Jaerend juga bener." Satya memincingkan mata sambil bersila di karpet.

"Rada susah sih. Soalnya kita kenal juga baru sebentar. Kalau dilihat dari sikap dia selama kenal sama kita, Putri sepertinya bukan tipe cewek yang suka ngilang gitu aja. Mending disamperin aja," Brian memberi saran.

"Lo beneran serius sama Putri?"

"Kalau gue gak serius ngapain gue sampai kayak orang frustrasi begini? Ngikutin dia ke kampus bahkan sampai gue tungguin. Gue kurang gimana lagi?" gue menatap tajam Wildan.

"Tapi jangan orang obsess juga Je." Satya mengingatkan.

"Lo yakin sama Putri?" Wildan kembali bertanya.

"Gue yakin!" jawab gue mantap.

"Gimana lo bisa yakin? Kalian baru sebentar Je. Semisal ternyata Putri gak ada perasaan sama lo, apa lo masih maksa?"

Gue ngerasa ada yang aneh dari Wildan. Entah ini cuma pikiran gue atau memang dia beneran cuma tanya karena peduli.

"Ini belum terlalu dalem buat diakhiri sebenernya. Kalau ternyata Putri emang gak mau sama Jaerend, lebih baik lo lepasin aja Je."

Itu Satya yang ngomong.

"Itu sih Satya. Kalau gue ya gas aja, gatau kan takdir Tuhan," sahut Brian.

"Kalau gue terima pasrah aja," jawab Darren.

"Coba pikirin lagi aja. Lo sama Putri tuh masih terlalu awal buat selesai, tapi terlalu awal juga buat lo bucin ke dia," tutup Wildan sore itu.

US - Untold Story (Spin Off "45 Days Of KKN") Where stories live. Discover now