016.

6.4K 1.3K 188
                                    

Bagian 16: Manis-Pahit Secangkir Masa Lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagian 16: Manis-Pahit Secangkir Masa Lalu.


Kikuk, betisnya terpaku pada bumi. Setahun terjalani dengan hening sunyi yang sama, tanpa bisa ia protes atau bagaimana. Ayuna tahu betul sosok lelaki itu masihlah sama, dengan senyum sejuk dan lesung pipi yang manis. Dengan nada santun dan mata yang seringkali menyipit laiknya bulan sabit ketika tawa manis itu lepas dari bibir. Jeffrey Pradana Arunika, seberkas mentari paginya dahulu, masihlah seperti ia saat di masa lalu.

Kecuali, keadaan yang telah jadi berbeda.

Tak ada sebait pun percakapan terjadi di antara mereka, tiada sama sekali seuntai kalimat yang keluar dari mulut keduanya. Seolah mereka tidak pernah mengenal, seolah mereka berdua tidak pernah menangkap rasa. Ia asing, bisik batin Ayuna. Bukannya ia ingin memutus tali silaturahim begitu saja, atau ingin jaim, atau ingin jual mahal, tidak begitu. Namun, tiap kali ia melihat sekilas wajah yang dahulu selalu sukses membuat jantungnya bergemuruh itu, hatinya langsung terbasuh pilu.

Kita hampir berhasil. Benarkah? Berhasil bagaimana? Memang ada cara untuk berhasil untuk mereka? Ada cara untuk menyatukan yang berbeda?

Potret kekecewaan dan raut terluka yang tergambar hari itu di wajah Jeffrey, ajakan pulang setelah penolakan, dan bisikan halusnya saat mengenggam tangan Ayuna untuk pertama dan terakhir kalinya itu masih saja terasa bagai luka baru. Masih menyakitinya di saat ia kira ia sudah rela, masih menghantuinya saat ia kira ia telah mengikhlaskan semuanya.

Ayuna hanya tahu diri.

Ia telah menoreh luka yang menganga lebar di hati orang paling baik dan lembut yang pernah ia temui. Garis mereka bersinggungan, namun ketika tangan mereka ingin mengenggam, semuanya langsung begitu salah. Gadis ini, telah melukai lelaki yang ia cintai. Rasa sakitnya gagal diungkapkan dan hanya berakhir sebagai sedu semalaman yang ia gumam dalam diam.

Tidak seharusnya cinta terasa bagai dosa, ya?

Demikian, sedikit demi sedikit, Ayuna berusaha merelakan. Namun pasir yang ia lepas pada laut bebas, masih terselip sedikit-sedikit di telapaknya. Begitu pula dengan rasa di hatinya.

Maaf, Kak Jeffrey. Biarlah rasa ini menetap, sebentar saja, dalam diam.

Hingga dari bibir delima lelaki yang ia cinta pula, ia mendapat kabar baik bahwa Jeffrey telah memiliki pacar. Telah menambatkan hati pada seorang gadis lain, telah meninggalkannya sama sekali. Dan yang tersisa untuk Ayuna hanyalah memori yang pernah mereka jalani bersama. Kecuali saat Ayuna mengingatnya, bukan senyum yang mengiringi, melainkan nyeri yang teramat sangat di dalam hati. Dan untuk kedua kalinya, Ayuna berusaha merelakan. Si gadis membenarkan untuk menghapus jejak Jeffrey sama sekali. Jadi ketika Jeffrey dan ia mulai kering akan pembicaraan, ia biarkan. Layaknya bunga yang tidak diberi air, lalu dibiarkan mati.

Jeffrey, bagai orang asing di matanya sekarang. Ketika dirinya menengok lagi ke belakang, menangkap pandang jejak langkah-langkah, ada sedikit sesal di hatinya. Namun untuk kesekian kalinya, Ayuna belajar untuk rela.

SemenjanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang