022.

5.5K 1.1K 175
                                    

enjoy reading <3

Bagian 22: Konklusi Untuk Kami

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

Bagian 22: Konklusi Untuk Kami.







Gesekan antara angin malam yang bertemu sapa dengan ranting-ranting itu menciptakan suasana horror yang syahdu. Selagi anak-anak sangga kelas 10 sedang menonton film horror di aula penginapan, para kakak posko sudah berkumpul di titik start jurit malam. "Koor lapangan, udah bikin pembagian poskonya kan?" tanya Atuy selaku ketua pelaksana, menggapaikan tangannya untuk mengambil secarik kertas yang diserahkan oleh Rendy. "Ada 7 ya totalnya?"

"Iya, 5 posko umum, 2 posko rahasia." Rendy menjawab dengan yakin. "Sudah pakai jalur paling aman, tapi posko rahasia letaknya agak tersembunyi gitu. Udah ditandain kok di lokasinya."

"Sip sip." Atuy mengangguk puas. "Pembagian kakak penjaga poskonya? Nina?" Bola mata Atuy mengedar mencari pucuk kepala si gadis mungil itu, berasa main petak umpet.

"Ini Kak!"

Atuy membaca seksama pembagian yang dilakukan dengan cara cabut nama itu, beberapa kali alisnya mengernyit, bertaut, dan mulutnya ikut berkomat-kamit seperti membaca mantra. Kok cocok jadi dukun, ya. Rambut gondrong yang sudah ditegur berkali-kali oleh pembina dan para guru itu berkibar diterpa angin, dan kemudian Atuy mendongak. "Ekhem!" dehamnya. "Gue bacain ya, diam dulu semuanya—"

"Posko 1. Nina, Rahma, Dina, Naufal, Lian." Ayuna memasang telinga untuk mendengar namanya, melirik ke sebelah, ada Jeffrey yang menahan napas, lalu mengembusnya keras-keras.

"Udah takdir jadi hantu mah ..." Jeffrey nelangsa. "Gila, ketiban sial apa sih gue pas cabut nama kemaren ..."

"Lebay ah," senggol Ayuna. "Kalau ngeluh terus, nanti ditemenin Mbak rambut panjang beneran loh."

"Ah, Yun! Jangan main ngancem!" Jeffrey merengut, bibir tebalnya maju beberapa senti dan alisnya bertaut. Ayuna lalu tertawa pelan. "Tapi bener nih kalau gue diculik kunti gimana? Gue kan masih pengin ngerasain lengser jabatan."

"Tapi kalau diculik kan otomatis lengser duluan, Kak. Sebelum waktunya malah, anggap aja akselerasi."

"Anjir Yun, doa yang bagus-bagus aja dong."

Dan mereka berdua tergelak di tengah pembacaan nama, tidak sadar nama seseorang yang dikenal terlalu lekat baru saja disebutkan dari mulut seorang Yuda. "Posko 3. Tristan, Dea, Dimas, Johnny, Yasmin." Anjir. Batin Ayuna mengumpat pelan.

Ayuna terhenyak sejenak, beberapa kali ia mengerjapkan matanya. Dipandanginya ke arah Dimas yang hanya mematung di ujung lain barisan, dan Ayuna hanya bisa menelan ludah pahit. "Posko 4. Tara, Ayuna, Nina, Renja, Gita."

Okesip, jahanam. Batin Dimas menjerit.

"Yun?" suatu suara memanggil, rupanya oknum Azka Tara Gunawan. Dengan rambut yang sudah acak-acakan. Tara tersenyum lebar.

SemenjanaOù les histoires vivent. Découvrez maintenant