028.

3.9K 839 114
                                    

haiii apa kabar ges?? dah mulai setres di rumah?? sama (hikd)

btw sekarang aku ngurutin update dari yang suda terpenuhi votesnya ya. 200 votes to UNLOCK next chapter!

happy reading♡



Bagian 28: Tempat Aku Pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagian 28: Tempat Aku Pulang.


"Makasih, Kak Jeffrey. Hati-hati ya baliknya." Jeffrey dan Ayuna telah sampai di depan rumah si gadis, kala itu jingga kemerahan telah menyongsong secara perlahan.

Si adam tersenyum. "Harusnya aku yang bilang makasih, Yun." Jeffrey berucap tulus, kedua matanya menyipit seraya kedua cacat di pipinya terlihat dengan cantik. "Makasih, ya."

"Sama-sama, Kak Jeffrey." Ayuna membalas.

Namun, jelas ada yang membuat Jeffrey menggeliat tak nyaman di jok mobilnya. Ia mengusap hidungnya sebentar sebelum berkata, "Dimas ... nggak bakal marah, 'kan?"

Ayuna ternganga, seolah baru saja mendengar pernyataan mencengangkan seumur hidupnya. "Aku nggak kira Kak Dimas bakal marah," ucap Ayuna, netranya bergelimang jujur. "Kak Jeffrey, kalau ada masalah, cerita aja ke orang, Kak. Bukan dosa kok untuk cerita ke orang, aku yakin Kak Dimas juga mikir gitu."

Ah, begitu rupanya.

Tingkat kepercayaan Dimas dan Ayuna mungkin telah begitu meningkat, pikir Jeffrey.

Dengan langkah ringan, Ayuna turun dari mobil Jeffrey. Berpamitan dan memastikan semuanya baik-baik saja. Ia tidak mau membuat pemuda berlesung pipi itu berpikir yang hal yang buruk rupa. Ia tidak ingin menambah beban pikiran Jeffrey. Beberapa langkah ia tapak dalam diam, tungkainya berjalan lurus ke depan, ke arah rumahnya. Sampai sepatu hitamnya terantuk pada sendal berwarna kecoklatan. Dengan roda sepeda khas yang ia kenal benar.

Dimas Nawasena Angkasa, berdiri tepat di depannya. Membawa presensi yang kuat juga raut wajah yang tidak berubah sedikit pun ekspresinya. Membuat Ayuna tercekat.

"Kak Dimas ...?" Dimas masih mematung, seolah ada yang menahan pergerakannya dengan terungku tak kasatmata. Tapi, hitungan sekon kemudian, Dimas menyunggingkan senyum.

"Baru pulang, Yun?" Dimas bertanya, nada lembut layaknya sutra. "Tadi mampir ke mana dulu?"

"Ah ..." Ayuna terhenyak. Jemarinya meraih ragu tangan Dimas. Dingin, tangan Dimas begitu dingin. "Kak Dimas ... tangannya dingin."

"Oh? Masa sih?" Dimas melirik kedua belah tangannya, tampaknya ia juga tidak sadar. Sudah berapa lama Dimas menunggu?

"Aku tadi mampir ke minimarket sama Kak Jeffrey. Aku lihat dia pas mau jalan ke gerbang. Kayaknya dia butuh curhat, jadi aku tawarin mau cerita atau nggak." Begitu jujur, tanpa muslihat. Dimas tersenyum, merasakan remasan tangan yang berusaha menghangatkannya. Si adam mengangguk-anggukan kepalanya dengan gerakan lamat. Bibirnya terkatup lalu membuat senyum simpul.

SemenjanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang