Dua Puluh Empat

2.9K 184 13
                                    

Malam ini Thalita tidak bisa tidur. Dia berulangkali memiringkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri, mencoba memejamkan matanya namun sama sekali dia tidak bisa tidur. Kilasan tentang dia memeluk Satriya terus berputar di pikirannya. Bagaimana bisa dia ceroboh seperti itu.

“Huftt! Thalita kenapa kamu songong banget tadi,” cibirnya karena merasa kesal dengan dirinya sendiri.

Thalita merasa malu. Seharusnya dia tidak melakukan itu walau kondisinya sedang kacau. Apalagi dia ingat bagaimana Satriya mengusap air matanya. Selama berpacaran dengan Fadhil, dia tidak pernah melihat Fadhil melakukan itu ketika dia sedang menangis, yang ada Fadhil hanya memberikan sapu tangan dari saku kemejanya dan berusaha menenangkan dengan usapan di punggungnya.

Dan, kenapa ada ketenangan saat dia memeluk Satriya?

“Ah. Tidak…” Thalita beranjak, mendudukkan dirinya. “Thalita, lain kali jangan ceroboh!” Dia mempertingati dirinya sendiri.

Thalita kemudian menarik selimut dan menutupi seluruh tubuhnya. Membaringkan tubuhnya kembali. Dia harus bisa tidur malam ini. Besok dia harus berangkat pagi untuk menghadiri acara seminar bersama Rosa.

*** 

Thalita tergopoh-gopoh. Tangannya dengan cepat menyambar beberapa benda yang ada di meja riasnya dan memasukkanya ke dalam tas. Gara-gara bangun kesiangan dia harus menjalani rutinitas paginya dengan tergesa-gesa.

Suara motor Rosa sudah beberapa kali terngiang di telinganya. Hingga ponsel adalah benda terakhir yang dia masukkan ke dalam tas sambil berjalan menuruni anak tangga.

“Nggak sarapan dulu?” teriak Mama Hera melihat Thalita langsung berjalan menuju pintu keluar.

Thalita berbalik, lalu menghampiri mamanya. “Nanti saja sarapannya. Thalita buru-buru ada seminar, udah ditungguin Rosa juga,” ucapnya sambil mencium tangan Mama Hera.

“Nggak diantar Lingga?”

Pertanyaan dari Papa Syarif membuat Thalita menghentikan langkahnya. “Thalita berangkat bareng Rosa. Kalau papa nggak percaya lihat saja sendiri di luar.” Tanpa menoleh ke lawan bicara, Thalita langsung pergi begitu saja.

Tangan Thalita merasakan getaran dari ponselnya. Thalita berhenti sejenak. Membaca pesan WA. Dahinya mengernyit.

Unknown : Hentikan pertunangan kalian.

Thalita semakin bingung. Di pagi hari seperti ini dia sudah mendapatkan pesan aneh. Nomor asing yang sama sekali tidak diketahuinya. Tidak ada foto profil yang digunakan juga. Thalita mengangkat bahu, lalu dia masukkan ponsel itu. Untuk sementara ini dia menghiraukan pesan itu, pikirannya harus dia fokuskan pada acara seminar yang akan dia ikuti bersama Rosa.

Thalita segera menaiki motor Rosa. Dia duduk di belakang. Rosa melajukan motornya dengan kecepatan sedang.

***

Beberapa kali ponsel Thalita bergetar di tengah acara seminar sedang berlangsung. Thalita meraih tasnya lalu mengambil ponselnya. Beberapa pesan sudah memenuhi layar ponselnya itu. Thalita membuka perlahan, lalu dia begitu tercengang.

Fadhil : Bisa kita bertemu, Ta?

Lingga : Aku tadi jemput kamu. Kata Om Syarif kamu berangkat pagi ada seminar. Pulang jam berapa? Bisa kita bertemu? Apa aku jemput?

Satriya : Ada waktu malam ini?

Thalita menggigit bibirnya sambil menggeleng kepala. Tiga pesan dari orang berbeda namun berisi pesan yang sama, yakni sama-sama ingin mengajaknya untuk bertemu. Thalita menyandarkan punggungnya di kursi. Dia berpikir jalan hidupnya sekarang terkadang lucu sekali.

Single, Salahkah? (SUDAH TERBIT)Kde žijí příběhy. Začni objevovat