My Love 3 "562"

2.1K 303 82
                                    


"Oda! Oda!"

Panggil Kuro saat melihat Oda,

"Ayo ke rumah sakit! lukanya harus diobati!"

"Tidak perlu, aku sudah baik-baik saja."

"Mana aku lihat!"

Perintah Kuro, Tatsumi pun datang sambil menggendong Yukiya. Dia pulang setelah mendengar kabar ada ular di taman yang hampir menyakiti Yukiya.

Kuro langsung menarik tangan Oda menaikan lengan bajunya. Lukanya sudah membiru dan masih terlihat lubang gigitan ularnya.

Oda menarik tangannya kembali,

"Aku baik-baik saja tidak perlu khawatir."

Ucap Oda sambil tersenyum.

"Kau tidak baik-baik saja, kau sedang terluka!"

Marah Kuro karena Oda bersih keras menolak ajakannya ke rumah sakit.

"Tatsumi, katakan sesuatu padanya."

"Benar apa yang dikatakan Kuro, kita ke rumah sakit untuk memastikan apa racunnya sudah dikeluarkan semua."

"Baiklah,"

Ucap Oda akhirnya,

"Aku bisa pergi sendiri."

Lanjutnya dan keduanya terdiam karena tidak mempercayainya.

Kuro menatap Tatsumi dan justru dia menatapnya balik.

"Biar kuantar,"

Ucap Nagano tiba-tiba muncul, Oda mengutuknya dalam hati. Padahal dia berencana tidak pergi tapi dia muncul seperti pahlawan yang tidak diharapkan.

"Tidak perlu, aku bisa memanggil taksi. Aku tidak ingin merepotkan tuan."

Ucap Oda sambil tersenyum.

"Aku juga mau keluar, jadi sekalian."

Balas Nagano lagi dan tidak ada alasan lagi.

Oda menghela napas lelah.

"Baiklah, aku percayakan Oda padamu kak."

Ucap Tatsumi senang.

"Ayo cepat."

Ucap Nagano berjalan pergi, Oda memberi salam pada Kuro dan Tatsumi sebelum pergi.

"Padahal sakit, tapi bersih keras menolak ke rumah sakit."

"Mungkin dia punya alasan."

Balas Kuro.

Nagano benar-benar membawa Oda ke rumah sakit, selama perjalanan dia hanya diam.

"Aku hanya mengantarmu sampai sini, aku masih ada urusan."

Ucap Nagano pada Oda, dia hanya mengantarnya sampai di depan pintu masuk rumah sakit. Oda tersenyum padanya, memang ini yang dia nantikan.

"Terima kasih."

Jawabnya. Nagano pun meminta sopir untuk jalan, Oda masa bodoh dengan rumah sakit dan berbalik berjalan pergi.

Beberapa menit kemudian, Nagano merubah pikirannya karena melihat Oda tidak masuk ke dalam rumah sakit. Dia justru berjalan menjauh dari rumah sakit saat dia membalikkan badannya untuk melihat ke belakang.

Dalam perjalanan Oda menjauh dari rumah sakit, dia pun melihat seorang gadis kecil yang menangis karena balon kesayangannya tersangkut di atas pohon.

"Ada apa?"

"Balonku.."

Tangisnya menunjuk balonnya.

"Jangan menangis lagi, aku akan mengambilkan untukmu."

Ucap Oda dan gadis kecil ini mengangguk. Oda pun mulai memanjat pohon besar di depannya.

"Ternyata dilihat dari bawah rendah tapi sebenarnya tinggi juga pohon ini."

Gumamnya kini sudah sampai puncak, dia mengikat tali balonnya ke lengannya dan melambaikan tangannya pada gadis kecil ini. Oda pun mulai berpikir bagaimana untuk turun dan perlahan dia mulai memegang erat ranting pohonnya tapi Oda justru kehilangan keseimbangan karena tangan bekas gigitan ular itu mengernyit sakit. Tidak ada tenaga di satu tangannya dan akhirnya dia melayang jatuh dari ketinggian.

"Wahh!"

Jeritnya reflek. Nagano yang mengikutinya tiba-tiba muncul dan menangkap Oda sebelum menyentuh lantai.

Keduanya saling menatap, Oda dalam pelukan Nagano dan juga dia memeluk Nagano.

"Apa yang kau lakukan?! Apa kau anak kecil?!"

Marah Nagano membuat Oda kaget,

"Maaf, aku hanya mengambilkan balon untuk gadis kecil ini."

Nagano segera menurunkan Oda,

"Ini balonnya,"

"Terima kasih,"

Ucap gadis kecil itu dengan wajah merona.

Dia pun segera pergi karena balonnya sudah dia dapatkan.

"Tuan kenapa ada di sini?"

"Kau sudah periksa?"

"Sudah,"

Jawab Oda sangat ragu.

"Lalu apa kata dokter?"

"Katanya tidak apa-apa,"

Bohongnya.

"Kau ingin membohongiku?!"

"Aku tidak.."

"Kau sudah berbohong! Apanya tidak? kau belum masuk ke rumah sakit!"

"........................."

Oda terdiam,

"Maaf,"

Akhirnya dia buka suara.

"Ayo ke rumah sakit!"

Nagano pun menarik Oda dengan kasar pada tangan sakitnya. Oda sama sekali tidak merintih sakit dan membiarkan Nagano menariknya.

Saat dokter memeriksa luka Oda, Nagano baru sadar bahwa sejak tadi dia memegang tangan Oda yang terluka. Tapi Oda sama sekali tidak memasang wajah sakit atau berkata sesuatu, dia hanya diam.

"Racunnya memang sudah tidak ada, tapi lukanya mulai infeksi. Ini sudah sangat bengkak sekali."

Ucap dokter melihat luka Oda yang merah membiru.

"Seharusnya harus segera diobati saat itu juga."

Sambungnya. Oda hanya diam begitu juga dengan Nagano.

Dokter heran dengan kedua orang ini.

My Love 3 (Mpreg)Kde žijí příběhy. Začni objevovat