주저 - Hesitant

1.4K 156 60
                                    

Voment jangan di lupa🥰

50 vote for next

Jimin masih berdiri memandang Jennie yang tertidur pulas di sofa.Jimin  melangkah mendekat pada Jennie dan duduk di lantai beralaskan karpet bulu berwarna merah.Melihat Jennie tidur dengan nyaman, Jimin menyunggingkan senyumnya.Ada rasa tenang di hatinya melihat Jennie terlelap.

Jimin mengangkat tangannya, dia hendak mengusap pipi Jennie.Tapi dia urungkan niatnya untuk membuat Jennie terbangun.Jimin mengepalkan tangannya dan mengembalikannya ke bawah.Jimin memiringkan wajahnya agar bisa menatap wajah Jennie dengan jelas.

"Kenapa sulit sekali membencimu.Ku mohon tetaplah di sampingku, sesuai dengan janji kita dulu.Maaf telah membuatmu kecewa"ucap Jimin pelan dan tersenyum.

Cup

Jimin mengecup kening Jennie dengan perasaan yang hangat.Jimin bangkit dan  melangkah keluar meninggalkan kamar Jennie.Tepat saat di depan pintu Jimin kembali berbalik menatap Jennie.Lagi-lagi dia tersenyum dan keluar dari kamar, tak lupa menutup pintumya.

Setelah 5 menit dari kepergian Jimin dan tidak ada tanda-tanda kembali lagi.Jennie membuka matanya.Sejak saat Jimin berada di dekatnya Jennie sudah menahan debar jantungnya.Sebenarnya Jennie sudah terbangun saat Jimin menyalakan lampu kamar.Tetapi Jennie sengaja tetap memejamkan matanya.Dia tidak ingin bertengkar yang berakibat aksi perginya tertunda.

Jennie menggigit bibir bawahnya.Dia mendengar dengan jelas ucapan Jimin dan merasakan kecupan di keningnya.Dia tidak boleh lemah lagi.Dia harus tetap melanjutkan cita-citanya.Kalau dia tetap di sini, keinginan menjadi chef akan sia-sia.

"Mianhae, Jimin.Aku tidak bisa menepati janjiku.Kamu terlanjur menyakiti hatiku Jimin.Kamu yang mengkhianati perasaanku.A...ku tidak bisa te...tap disampingmu, Ji...min.Hiks...hiks.."lirih Jennie pelan dan terisak.

Entah kenapa hatinya merasa berat untuk meninggalkan Jimin.Tetapi jika mengingat semua perlakuan Jimin dan Ji Yeon kepadanya.Jennie tidak bisa menerima lebih dari ini.Dia tidak ingin harga dirinya di lecehkan begitu saja.Uang bukan segalanya.Jennie akan buktikan itu.

Jennie menghapus air matanya.Padahal dia sudah berjanji untuk tidak menangis lagi, tetapi entaj kenapa mendengar suara Jimin membuat hatinya tersentuh.Jennie menatap Jam dikamaenya sudah menunjukkan pukul 4 dini hari.Jennie harus bergegas.

Jennie melangkah menuju kamar mandi.Jennie membersihkan tubuhnya.Setelah 10 menit Jennie keluar dan langsung memakai bajunya.Jennie sedikit memoles wajahnya dan mengikat rambutnya.Melihat penampilannya sudah cukup, Jennie mengambil tas ransel yang telah dia sembunyikan di bawah ranjang.

Jennie berjalan mondar-mandir menunggu Lia datang untuk menjemputnya.Dalam hati kecilnya dia takut sekali Jimin kembali datang ke kamarnya.Karena kalau Jimin datang pasti rencana untuk pergi gagal.

Tok...tok...tok...

Jennie menatap pintu kamarnya.Hatinya ragu siapa yang datang.Jimin atau Lia, Jennie melangkah dengan perlahan.Hatinya di liputi kegelisahan.Tangannya gemetar untuk memegang handle pintu.

"Lia atau Jimin ? Bagaimana kalau Jimin yang datang ? Tidak-tidak, dia tidak boleh kembali ke sini.Tapi kalau benar Jimin, apa yang harus aku lakukan ? Ya tuhan bantu hambamu ini"batin Jennie mulai meracau.

Tok...tok...tok...

"Si...apa ?"tanya Jennie bergetar.

"Aku"

MARRIED WITH OPPA [ END ]Where stories live. Discover now