Bab 21

10.7K 1.4K 39
                                    

Xu Liu tertegun menatap seruling itu dan bertanya-tanya tentang apa semua ini? Apakah Yang Mulia memanggilku hanya untuk bermain seruling? Ia mengambil seruling dari dalam kotak itu. Entah kenapa seruling ini terasa akrab.

"Yang Mulia..Subjek Anda yang rendah hati ingin bertanya lagu apa yang Anda ingin untuk Xu Liu mainkan?"

"My Destiny."

Xu Liu berbisik kepada Kepala Kasim untuk meminta skor lagu itu. Kepala kasim tertegun sejenak namun segera mengangguk lalu membawakan skor lagu tersebut.

Xu Liu mulai memainkan lagu tersebut. Perlu penyesuaian di awal karena Ia benar-benar asing dengan lagu itu. Namun setelah beberapa saat, Ia bermain dengan lancar dan merdu. Seolah-olah Ia sudah sering memainkannya.

Kepala kasim sedikit mendongak untuk melirik Xu Liu. Awalnya Ia terkejut mendengar Xu Liu meminta skor lagu dan berpikir bagaimana dia bisa melupakan lagu yang sering dia mainkan. Namun mendengar bagaimana Xu Liu bermain, Kepala Kasim menganggap bahwa Xu Liu hanya lupa untuk sesaat.

Xu Liu selesai memainkan lagu dan menurunkan lengannya. Tenggorokannya sedikit kering. Saat Ia sedang berpikir untuk minum teh, para pelayan masuk membawakan teh dan kue.

Di balik tirai, Xu Liu melihat Kaisar sedang menyesap tehnya, jadi tanpa ragu Xu Liu juga menuang teh ke dalam cangkirnya sendiri. Keadaan setelah itu benar-benar sunyi. Xu Liu benar-benar bingung apa sebenarnya yang diinginkan oleh Kaisar.

"Lusa adalah hari ulang tahun Putra Mahkota. Dan istana akan mengadakan pesta perayaan. Zhen berharap Xu Liu bisa datang."

Xu Liu membungkuk "Banyak terima kasih atas kesediaan Yang Mulia untuk mengundang hamba yang rendah ini."

"Xiao Ling sangat merindukanmu. Dia sering menangis meminta bertemu denganmu. Bagaimana jika kau pergi mengunjunginya dulu? Pasti dia akan sangat senang."

Xiao Ling?Apakah dia Putra Mahkota? Apakah kami sangat dekat? Xu Liu bertanya-tanya dalam hatinya. Setelah mengucapkan beberapa kata, Xu Liu meminta izin untuk pergi.

Seorang pelayan diutus untuk mengantarnya ke kediaman Putra Mahkota. Sesampainya dihalaman itu, Xu Liu melihat seorang bocah lelaki berusia lima tahun sedang membaca buku bersama seorang penatua yang nampaknya adalah sang guru.

Saat pria kecil itu melihat kedatangan Xu Liu, Ia segera melompat turun dari kursi. Berlari ke arah Xu Liu dengan tergesa-gesa. "Paman Xu." teriaknya.

Wajah para pelayan berubah pucat dan dengan serentak berteriak. "Yang Mulia hati-hati."

Xu Liu merentangkan tangan untuk menyambut pria kecil itu, berharap dia tidak terjatuh dan terluka. "Yang Mulia." panggil Xu Liu.

"Paman Xu. Kau darimana saja? Kenapa baru mengunjungiku sekarang..?hiks.." Pria kecil itu terisak dan menangis.

"Maafkan Paman yang baru bisa berkunjung. Apakah Yang Mulia baik-baik saja?"

"Aah..apa ini. Kenapa Paman tidak memanggilku Xiao Ling?"

(Xiao: kecil, biasanya ditambahkan didepan nama untuk menunjukkan kedekatan hubungan)

Alis Xu Liu berkedut. Apa tidak apa-apa baginya untuk memanggilnya seperti itu? "Xiao Ling..apakah Anda sudah bersikap baik? Bagaimana pelajaran Anda hari ini?"

"En..aku bersikap baik. Aku juga belajar banyak hal hari ini. Jadi Paman harus sering mengunjungiku untuk bermain."

"Ah..Paman tidak bisa melakukan itu."

[BL] Transmigrated to be A Male WangfeiWhere stories live. Discover now