11 : Bunga Mawar

8.2K 1.1K 238
                                    

11 : Bunga Mawar

.

.

Ketika Hokage-sama mengatakan bahwa akan ada satu orang lagi yang turut serta dalam menghadiri undangan pernikahan di Kaze-no-kuni, Hinata tidak terlalu ambil pusing. Namun ketika ia mengetahui jika orang yang turut serta adalah Uchiha Sasuke, berbagai pemikiran melintas di benaknya. Ia tidak keberatan Sasuke ikut, meskipun mereka berdua bukanlah... emm... sahabat, namun hubungan mereka berdua bisa dibilang baik. Yang membuat Hinata sedikit bertanya-tanya adalah mengapa Hokage-sama justru memilih Sasuke. Hinata tidak membenci Sasuke, ia hanya mengkhawatirkan Sasuke. Mengingat masa lalu Sasuke yang pernah menjadi kriminal level atas, Hinata takut ada orang yang akan mempersulit Sasuke dengan membawa-bawa sejarah kelam itu.

Namun bila Hokage-sama tidak mempermasalahkan hal ini... Hinata akan mencoba melakukan hal yang sama.

Hinata menjadi yang pertama kali tiba di gerbang Konoha. Ia mengenakan pakaian khusus untuk misi sedangkan ranselnya berisi perlengkapan yang mungkin dibutuhkan selama berada di perjalanan. Sejak semalam Hinata sudah berkali-kali mengecek perlengkapan yang harus dibawa, tidak boleh ada yang terlewat. Ini memang bukan misi yang berbahaya, namun ini adalah misi yang penting karena menyangkut hubungan diplomasi Konoha dengan negara-negara dan desa ninja lainnya. Kesan baik harus bisa ia ciptakan karena itu berkaitan langsung dengan citra Konoha.

Setelah lima belas menit menunggu, Uchiha Sasuke datang. Penampilannya begitu sederhana. Jubah berwarna hitam yang dia kenakan menyembunyikan pakaiannya sekaligus membuat tampilannya menjadi semakin misterius.

Hinata menganggukkan kepala sambil tersenyum sopan sebagai bentuk ucapan salam. Pria Uchiha itu juga turut menganggukkan kepala, membalas salam Hinata.

Setelah itu mereka berdua diam...

Hinata mengetuk-ngetuk tanah dengan menggunakan ujung sandalnya. Situasi seperti ini membuatnya canggung dan Hinata tidak pernah menyukai hal yang canggung. Ketika Hinata masih satu tim dengan Kiba dan Shino dulu, suasana diantara mereka tidak pernah canggung atau kaku karena ada Kiba yang selalu mampu menceriakan suasana. Hinata ingin mencairkan kebekuan ini, namun ia bingung harus mengatakan apa. Ia bukanlah orang yang cerewet, sulit menemukan topik yang bisa ia gunakan untuk memulai pembicaraan.

"Ano... Uchiha-san..."

Mendengar namanya dipanggil, pemuda berambut hitam itu menoleh.

"Um..." Hinata berusaha mengabaikan tatapan Sasuke yang entah kenapa terasa sangat intens. "Bagaimana kabarmu?" Setelah menanyakan itu, Hinata ingin sekali membenturkan kepalanya ke tembok. Bagaimana kabarmu? Itu adalah pertanyaan yang sangat amat payah! Mengapa Hinata tidak bisa menanyakan sesuatu yang lebih keren?!

Sasuke menaikkan alis, ekspresi wajahnya seolah mengatakan jika pertanyaan barusan sangatlah konyol. Namun entah karena alasan apa, pada akhirnya pemuda itu menjawab pertanyaan Hinata. "Kabarku baik." Seandainya Sasuke orang yang ramah, seharusnya dia balik menanyakan kabar Hinata atau berbicara basa-basi. Sayangnya si Uchiha ini kaku bagaikan batu.

"Ah... syukurlah... um... ahaha." Hinata tertawa canggung. Ia benar-benar tidak mampu berkomunikasi dengan baik saat ini. Hati kecilnya berbisik jika saat ini ia bertingkah seperti perempuan bodoh dan justru mempermalukan dirinya sendiri.

"Jika kau memang tidak ingin bicara, kau tidak perlu melakukannya."

Hinata membeku. Apakah perkataan Sasuke barusan... menandakan jika dia tidak suka dengan Hinata yang berbicara basa-basi? "Um... aku hanya..."

Momiji - もみじWhere stories live. Discover now