15 : Cangkir

7.8K 1.1K 230
                                    

15 : Cangkir

.

.

Terlepas dari apa yang dikatakan oleh orang-orang, Uchiha Sasuke hanyalah manusia biasa yang bisa merasakan malu.

Sasuke tidak menyangka akan tiba saat dimana ia merasakan sesuatu yang dinamakan malu. Mengingat rekam jejaknya, perasaan malu sudah ia buang jauh-jauh. Ia tidak pernah malu dianggap sebagai pengkhianat Konoha karena ia sendiri dengan sukarela meninggalkan desa demi mengejar balas dendamnya. Ia juga tidak pernah malu dianggap sebagai kriminal dan si Uchiha keparat, tatapan sinis orang-orang sudah menjadi hal yang biasa baginya. Ia tidak pernah malu dipanggil sebagai manusia busuk karena ia memang bukan manusia berhati malaikat. Manusia yang menyakiti kakaknya sendiri bukanlah manusia yang baik, Sasuke tahu itu.

Namun ketika Sasuke melihat tatapan iba Hinata saat menyaksikan kaleng soda yang ia jadikan gelas... entah kenapa ia merasa malu. Ia merasa seperti seorang gelandangan miskin yang tidak memiliki sepeser uang di kantongnya.

Sasuke tidak miskin. Uang yang tersimpan di bank dan juga harta warisan Uchiha menunjukkan dengan jelas status ekonominya. Jika ada yang bertanya mengapa Sasuke tidak membeli furniture dan perabotan rumah, maka Sasuke akan menjawab jika ia malas membelinya. Untuk apa membeli sofa dan meja? Lantai rumahnya cukup luas. Orang yang datang berkunjung bisa bergulung-gulung di lantai tanpa perlu disediakan sofa. Makanan, minuman, dan apapun itu cukup diletakkan di lantai.

Sasuke melemparkan kaleng kosong ke tong sampah. Selama ini orang yang sering bertamu ke rumahnya hanya si dobe dan juga Kakashi. Sasuke tidak pernah merasa perlu membeli teko baru dan juga gelas karena dua orang itu cukup bahagia hanya dengan disodori soda dan bir kalengan.

Sasuke melirik ke arah ruang tamu dimana Hinata berada saat ini. Daripada kehilangan muka seperti ini... seharusnya Sasuke tadi menawarkan soda dan bukannya teh.

Perasaan mengganjal ini benar-benar membuatnya tidak nyaman.

Sasuke pergi ke halaman belakang untuk mencari angin dan sekaligus menenangkan pikirannya. Ia tahu Hyuuga Hinata bukanlah orang yang akan mencemooh atau mengolok-olok dirinya hanya karena masalah sepele. Meski begitu...

Sasuke melebarkan matanya saat merasakan aura chakra Naruto yang... mendekati rumahnya.

Tidak bagus.

Situasi ini benar-benar tidak bagus.

Yang langsung dilakukan oleh Sasuke adalah menghampiri Naruto dan membawanya pergi sejauh mungkin dari rumahnya. Jika Naruto sampai mengetahui saat ini Hinata berada di rumahnya, si dobe akan bertanya ini-itu dan itu akan sangat merepotkan. Naruto itu memiliki hati yang lapang dan pikiran yang terbuka, dia akan langsung menerima penjelasan yang dilontarkan Sasuke tanpa ada rasa curiga. Tapi jika sampai ada orang lain yang mengetahuinya –baik sengaja atau tidak sengaja— maka akan timbul gosip dan rumor!

Laki-laki dan perempuan berduaan saat malam di sebuah rumah yang kosong— pasti bisa ditebak gosip macam apa yang akan muncul. Sasuke sama sekali tidak peduli dengan gosip miring tentang dirinya, meski begitu ia tidak mau nama baik Hinata tercemar.

"Teme! Kau ini kenapa sih?!" Naruto berusaha menghempaskan tangan Sasuke yang mencengkeram lengannya. Pemuda bermata biru ini tidak mengerti mengapa sahabatnya dengan tiba-tiba menyeretnya pergi sejauh mungkin dari rumahnya. Naruto hanya ingin bertamu, selama ini Sasuke tidak mempermasalahkan kunjungannya, lalu malam ini dia kenapa?!

"Ini sudah malam, kenapa datang?"

Naruto menaikkan alis. Setiap kali Naruto berkunjung saat malam, Sasuke tidak pernah bertanya. Lalu mengapa malam ini dia aneh sekali? "Memangnya tidak boleh?"

Momiji - もみじTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon