14 : Teh Hangat

8K 1.1K 159
                                    

PLAGIAT ITU SALAH. Apapun alasannya, mencuri karya milik orang lain adalah hal yang tidak dibenarkan.

Bagi saya, semua cerita yang telah saya tulis sudah saya umpamakan seperti anak sendiri. Saya yang membesarkan cerita itu mulai dari ide yang berlompatan di kepala, mengetik kata demi kata, mencuri-curi kesempatan untuk koneksi internet, berjuang melawan rasa malas dan lelah, menghadapi haters, hingga akhirnya menyelesaikan cerita itu. Semua cerita-cerita itu telah menjadi bagian hidup saya karena mereka menemani saya saat senang dan sedih. Jika ada orang yang seenaknya mencuri karya saya, pasti saya akan luar biasa sakit dan kecewa. Jadi please... stop plagiat dalam bentuk apapun!

Menulis cerita tidaklah mudah. Para penulis juga tidak mendapatkan keuntungan setiap kali membuat fanfic. Meski begitu, mereka terkadang masih harus menghadapi hinaan, cacian, nyinyiran, hingga plagiat. Please... hargailah para penulis yang telah bersusah payah menghadirkan cerita untuk dinikmati bersama.

Sekian uneg-uneg dari saya -_-  

14 : Teh Hangat

.

.

Ketika upacara pelantikan Hanabi dilaksanakan, langit sore begitu cerah dan berwarna keemasan.

Hinata menyaksikan upacara pelantikan adiknya dengan perasaan campur aduk. Melihat adiknya tumbuh menjadi seorang gadis cantik yang cerdas dan berbakat, ia merasa senang dan bangga. Di sisi lain ia tidak bisa mengkhawatirkan adiknya, apakah adiknya akan baik-baik saja dengan semua tanggung jawab yang dibebankan di pundaknya? Namun Hinata harus mengakui jika ada bagian kecil dari dirinya yang merasa pahit saat membandingkan perlakuan yang diterima Hanabi dan perlakuan padanya dulu.

Beberapa kali Neji dan Ko menoleh padanya. Dari tatapan mereka, Hinata tahu jika mereka berdua merasa khawatir. Berkali-kali Hinata tersenyum dan mencoba menunjukkan pada mereka jika ia baik-baik saja.

Ia memang baik-baik saja...

Hinata menundukkan wajah. Tatapan penuh kebanggaan ayahnya kepada Hanabi membuat dadanya terasa sesak.

.

.

"Bagaimana pendapatmu tentang Hyuuga Kazuo?" Tanya Hiashi.

"Dia pemuda yang baik." Hinata tetap memasang wajah tenang meskipun tangannya terkepal erat.

"En. Dia pemuda yang tepat untukmu."

Rasa sesak itu semakin menjadi-jadi. "Otou-san, saya mohon undur diri."

Upacara pelantikan Hanabi memang belum selesai namun tidak ada yang menegur Hinata saat ia dengan tergesa-gesa berlari meninggalkan acara dan mengurung diri di kamarnya.

Hinata tahu ayahnya memiliki maksud baik saat menjodohkannya dengan Hyuuga Kazuo. Berulang kali Hinata meyakinkan dirinya sendiri jika Hyuuga Kazuo bukanlah pilihan yang terburuk. Hyuuga Kazuo masih muda, usianya 20 tahun dan dia seorang jounin. Wajahnya juga lumayan tampan. Di klan Hyuuga ini, Kazuo bisa dikategorikan sebagai shinobi yang hebat.

Saat ayahnya memerintahkannya untuk berbincang dengan Kazuo, Hinata langsung menyanggupinya. Mengenal pemuda yang hendak dijodohkan dengannya bukanlah hal yang buruk.

Namun saat Hinata menatap sepasang mata Kazuo yang dingin, Hinata merasa sesak. Sepasang mata putih milik Kazuo begitu mengingatkannya pada Hyuuga dan mau tidak mau Hinata mengenang semua perlakuan klan Hyuuga kepadanya. Ketika ia masih kecil, klan Hyuuga memberikan sebuah beban yang terlalu berat kepadanya. Hinata tumbuh sambil memikul beban itu. Ia menderita... ia kesepian... ia merasa tercekik... ia merasa tidak berharga...

Momiji - もみじWhere stories live. Discover now