26 : Surat Cinta

10K 1K 382
                                    

26 : Surat Cinta

.

.

Ketika Hinata kembali ke Konoha, daun-daun momiji hampir berguguran seluruhnya sebagai pertanda musim dingin yang sebentar lagi tiba.

Hinata memungut daun merah yang tergeletak di tanah. Sayang sekali musim gugur hampir berakhir, ia belum sempat menikmati keindahannya.

Neji telah mengetahui hubungan antara Hinata dan Sasuke. Awalnya Hinata berpikir Neji akan mengadu pada tetua klan Hyuuga atau pada ayahnya, namun kenyataannya Neji tetap bungkam seolah ingin membantu Hinata merahasiakan itu.

Ketika Hinata meninggalkan pesta sambil bergandengan tangan dengan Sasuke, banyak orang yang menyaksikannya karena mereka berdua dengan sengaja tidak menutup-nutupinya. Sebagian besar tamu yang menghadiri pesta itu bukanlah orang bodoh, pasti mereka sudah bisa menerka-nerka jika ada sesuatu antara Hinata dan Sasuke.

Mungkin itu alasan mengapa Hinata menerima tatapan aneh setiap kali berpapasan dengan warga Konoha, bahkan Kiba dan Shino terlihat hendak mengatakan sesuatu padanya namun selalu tidak jadi. Mungkin mereka sudah mendengar rumor mengenai dirinya dan Sasuke.

Tapi jika memang sudah ada rumor, mengapa ayahnya dan klan Hyuuga hanya diam saja?

Hinata menghela nafas panjang. Jatuh cinta itu sangat mudah. Bagian yang paling sulit adalah mempertahankan hubungan agar cinta itu tetap terjaga.

Lima belas menit kemudian Hinata sampai di rumah Kurenai-sensei. Kedatangannya disambut dengan hangat, bahkan Mirai turut memberikannya pelukan. Tujuan kedatangan Hinata selain karena sudah lama tidak berkunjung, juga untuk memberikan makanan pesanan Kurenai-sensei yang hanya bisa didapatkan di Suna.

"Terimakasih Hinata-chan. Maaf karena telah membuatmu repot."

"Tidak apa-apa, Kurenai-sensei. Itu hanya hal yang sepele."

Mereka berdua lalu membicarakan tentang pesta pernikahan Shika-Temari. Dengan antusias Hinata menceritakan semua yang ia lihat di pesta itu. Ia bercerita tentang betapa cantiknya Temari memakai gaun pengantin, betapa indahnya dekorasi pesta, hidangan-hidangan yang nikmat, dan nama-nama tamu yang hadir.

"Hinata-chan, ceritamu itu membuatku memikirkan sesuatu."

"Tentang?"

Kurenai tersenyum jahil. "Tentu saja tentang pernikahanmu."

Butuh beberapa saat bagi Hinata untuk mencerna perkataan Kurenai. Setelah paham dengan apa yang dimaksud, Hinata merasakan pipi dan daun telinganya memanas.

"S-s-sensei!"

"Kenapa malu? Cepat atau lambat itu pasti akan terjadi kan?"

"T-tapi.... um... t-tetap saja..."

Hinata sama seperti gadis-gadis pada umumnya yang berkhayal tentang pernikahannya. Ia pernah berkhayal akan menikahi Naruto dan menghabiskan sisa hidupnya sebagai nyonya Uzumaki sekaligus istri Hokage. Ia berkhayal akan memakai kimono pengantin berwarna putih seperti salju dan pesta pernikahannya akan diselenggarakan saat musim semi bertepatan dengan bunga-bunga sakura yang bermekaran.

Ketika ia mulai jatuh hati pada Sasuke, ia juga berkhayal. Anehnya, ia tidak lagi berkhayal tentang pesta pernikahan ataupun gaun pengantin. Ia justru berkhayal tentang kehidupan tenang yang bisa dijalani oleh mereka berdua. Ia berkhayal tentang cerita yang akan mereka bagi dan tentang kebahagiaan yang akan mereka buat.

Oh astaga.... pemikiran itu membuat Hinata merona. Mengapa ia harus memiliki imajinasi yang tinggi?!

Wajah Hinata yang memerah membuat Kurenai tertawa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Momiji - もみじTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang