01

906 120 140
                                    


"Adek nunggu adiknya pulang ya?"

Jeka, Pria dengan seragam SMP lengkap dengan almameter osis yang tersampir di lengannya itu tersenyum kecil menanggapi wanita paru baya yang tadi bertanya.

Sudah biasa dia mendapat pertanyaan begitu, demi kekasihnya ia rela menunggu berjam-jam kekasihnya itu pulang sekolah, bahkan ia harus rela berdiam diri di kerumunan ibu-ibu yang menunggu anak mereka pulang, risi sih, tapi mau bagaimana lagi?

Iya. Jeorjino kaylorgarsa siswa SMP Albans Shool, yang katanya cuek sama sekitar ternyata memiliki kekasih bocah kelas enam SD.

Aneh? enggak ah, liat aja boddy Somi_pacarnya Jeka_yang udah kaya gitar sepanyol kebanyakan lemak, gak bakal ketahuan kalau dia anak Sd, mentok-mentok paling disangka anak SMP.

Tapi wajah Somi imutnya udah gak bisa di toleransi.

"Kelas berapa adiknya?"

Baru saja mulut Jeka akan mengucapkan kalimat enam , tapi gumpalan daging yang tiba-tiba bergelayut pada lengannya mengalihkam fokus pria bersurai arang itu pada bocah manis yang kini tengah tersenyum membentangkan gigi putihnya.

Membuat guratan pipinya kian kentara di pipi seputih susu dengan kelopak mata bulat jernih milik gadis bersurai madu itu.

"Udah jangan senyum mulu,giginya entar kering," Gumam Jeka membuat bocah yang kini tengah bergelayut di lengannya menukik tak suka.

"Ihhh Papih jahat sama Mamih," Decak bocah bersurai madu itu, membuat wanita paru baya yang tadi mengobrol dengan Jeka yang memang masih di situ berkedut geli.

Mamih? Papih? panggilan macam apa itu? apa sepasang kakak beradik jaman sekarang memanggil sodaranya dengan sebutan itu? batin wanita parubaya bertubuh gempal itu membatin.

"Somi, gak usah alay, Papih, Mamih, dikira lo Mamih dedeh."

"Lih Papih gitu durhaka sama mamih pokonya malam ini tidur di luar, mamih gak kasih jatah!" Pekik gadis yang memiliki sebutan Somi itu sambil menghentak kaki.

Membuat beberapa pasang mata menatap ke arah mereka, berbeda dengan Somi yang nampak acuh dengan tatapan itu, Jeka malah kini sedang sibuk menutupi wajahnya dengan telapak tangan, sambil sebelah lagi lengannya yang menganggur menarik pergelangan tangan Somi pergi dari halaman sekolah.

"Somi nanti kalau kita lagi ada di kerumunan orang, kaya tadi, jangan panggil gue Papih."

"Kenapa?"

"Papih itu sebutan buat pasangan yang udah nikah, kitakan masih pacaran Som."

"Yaudah Somi manggil kamu, Mamih~."

"Somi!"

"Mamih jeka jangan gitu dong~."

****

Jika Somi adalah simbol kebahagiaan maka Jeka sebaliknya, Jeka memiliki sisi suram yang bahkan Somi sendiri tidak tau apa itu.

Bibirnya sedikit menghitam dan tidak ada yang bertanya mengapa bisa begitu, karna sampai saat ini belum ada yang peduli dan menelitinya sedalam dan seteliti itu.

Mereka hanya melihat figur tampan, tegas, berwibawa, pintar, berprestasi dan kelebihan Jeka yang lainnya, tanpa bertanya apa Jeka senang dengan semua yang di gapainya? atau mungkin apa Jeka lelah? ingin beristirahat?.

Somi juga begitu, bahkan gadis itu dengan terang-terangan bilang kalau ia menyukai Jeka karna prestasi dan ketampanan pria itu, membuat Jeka saat itu sedikit tertegun.

Jadi kalau dia tidak tampan dan tidak berprestasi Somi tidak mau dengannya?

Jeka menggelengkan kecil kepalanya, mengenyahkan segala pikiran buruk tentang Somi.

Hubungan mereka baru satu bulan, itupun Somi masih sd, mungkin logika dan pemikirannya belum kritis, ditambah bocah sebesarnya belum bisa mendeskripsikan bagaimana prasaannya kan?

Hembusan kecil lolos begitu saja dari bilah bibir pria bersurai arang itu, akhir-akhir ini ia terlalu banyak berpikir, lebih baik ia menikmati sabtu sore bersama Somi, Sabtu sore yang biasanya akan jeka habiskan seharian dikamar dengan buku tebal menemaninya, kini berbeda, karna tiba-tiba buntelan unyu bernama Somi, mengajak menonton bioskop.

Pandangan jeka sendari tadi sama sekali tidak fokus pada film yang menayangkan frozen 2 itu, fokusnya hanya pada wajah Somi yang duduk di sampingnya.

Tawa Somi saat ada adegan lucu.

Hidung berkedut kesal saat adegan tak sesuai ekspetasinya.

Dan genangan air mata di pelupuk matanya saat pertengahan film ada adegan mengharukan.

Semuanya terekam dalam memory Jeka, sambil sesekali mencomot popcorn di pangkuan Somi, sebelum sang pemilik berbalik menatap popcorn di pangkuannya yang tanpa Jeka sadari tanpa ia sengaja telah ia habiskan.

"Papih!" Pekikan menggema di pertengahan film, disaat orang sedang terharu si mungil dengan pipi tembam itu memekik, sudah di pastikan seluruh atensi makhluk di tempat itu tertuju pada mereka, membuat Jeka meringis kecil sambil menepuk kepala Somi, mencoba menenangkan.

"Maaf," Ucap Jeka sambil menatap beberapa pasang mata yang menatap mereka sebelum tatapan semua manusia di sana kembali terfokus pada serial Elsa dan Anna itu.

"Somi kenapa? jangan berisik." Bisik Jeka pada Somi yang masih berkedut sambil menatap popcorn di pangkuannya tatapannya seakan mengisyaratkan konspirasi besar yang sudah tidak bisa di maafkan.

Gadis dengan surai madu itu menghela napas kecil sambil mengerucutkan bibirnya ia menatap Jeka sengit, "Papih maling popcorn mamih! itu gak baik Papih, beli lah malah nyuri kaya orang miskin aja!"

Jeka sedikit memutar bola matanya hanya karna popcorn Somi sampai berteriak seperti tadi? kekanakan. Eh tapi diakan memang masih anak-anak, ditambah panggilan itu, sepertinya Jeka sudah mulai terbiasa, karna seribu kali Jeka melarang Somi menyebutnya papih, maka duaribu kalinya Somi akan memaksa.

Sudahlah wanita kan selalu benar, kalau salah masuk lagi ke pernyataan pertama.

"Bukan nyuri, gue minta sedikit."

"Sedikit pala papih kotak."

"Lah dikira gue adudu kali."

"Papih!"

"Apa?"

"Dasar maling."

Hembusan nafas kecil keluar dari bilah bibir Jeka, ia mengusap lembut surai Somi yang sekarang sedang mengerucutkan bibirnya sambil melipat lengannya di dada, kalau sudah begini Jeka yang harus mengalah.

Bagaimanapun Somi masih kecil, egonya masih besar dan keras kepala, "maaf ya?" Ucap pria berambut arang itu dengan sebelah lengannya yang masih mengusap surai madu gadis yang kini tengah marah padanya.

Gadis dengan bibir cerry itu menatap obsida di depannya yang kini tengah tersenyum hangat sambil mengelus surai madu miliknya dengan tatapan hangat, matanya terpejam sebentar menikmata usapan halus pria itu melupakan sejenak serial Anna kesayangannnya.

"Tapi Papih udah di cap maling,sudah halal dan di setujui sama MUI."

Jeka menggigit bibirnya, menahan tawa yang kapan saja bisa meledak, akh Sominya memang moodboster di saat rasa lelah menghinggap di relung hatinya.

"Iya maaf ya?"

"Iya Somi maafin, tapi papih tetep maling!."

"Maling apa lagi?"

"Maling hati Mamih! sinih balikin hati Mamih!" []

Jekasomi Where stories live. Discover now