011

124 60 17
                                    

Somi itu menggemaskan, double triple unlimited menggemaskan.

Bahkan terkadang rasanya Jeka ingin lompat dari motornya dan berdiri di tengah jalan agar truk yang berbaik hati dapat lewat dan kalau bisa langsung menabrak Jeka, agar pria itu tidak perlu menghadapi ke lucuan Somi.

Seperti saat ini, Somi tengah mempout dengan halis yang menukik sambil memekik,  "ih, ih, ih, ih, ih sebel! Papih gak peka!"

Gak peka apa coba? perasaan Jeka sudah memperlakukan Somi dengan baik sebagai siswi baru anggota mos di SMP Albans.

Iya Somi jadi masuk sekolah my baby hany Jekanya_setelah menghadapi perdebatan maut dengan Bundanya tentunya.

Dan kali ini apa yang tidak pekanya? Jeka sekarang sedang duduk di motor dengan lengan yang mengulurkan helm pada Somi, lalu tidak pekanya di bagian mananya?

"Somi, gak peka gimanasih?" Jeka menghembuskan napasnya menjeda sedikit kalimatnya saat Somi menghentakan kakinya bruntal, "ini Abang lo sama Gladis pasti udah nunggu lama di kedai," Lanjut Jeka sambil memandangi beberapa siswa-siswi yang memerhatikan mereka.

Ya ampun Jeka malu sekali.

Janga lupa Jeka itu kalem dan dingin kalau di sekolah. Berwibawa juga.

"Abang Saga gak bakal nunggu lama kalau papihnya peka!" Pekik Somi, Somi dan Abangnya memang berencana makan bersama di kedai sekolah, katanya merayakan hari pertama Somi masuk Albans.

"Gak peka apanya?"

Dan untuk kali itu, Jeka rasanya ingin benar-benar menggelinding sampai tengah jalan mendengar jawaban Somi.

"Somi kan pengen di pakein helmnya! biar romantis kaya di film-film!"

Kan Somi benar-benar menggemaskan?

Sampai Jeka ingin melempar Somi saja ke tengah jalan sking gemasnya.

"Dasar korban drama!"

****

Somi itu selalu berlaku manis, sedangkan Jeka lebih senang berkata manis.

Jadi saat ingin meminta saran, lebih baik berbicara pada mereka berdua, Somi akan memarahi sambil mengatakan itu bukan urusannya, tapi diam-diam bertanya pada Jeka apa yang harus di lakukan untuk dapat meringankan beban temannya, menggemaskan sekali bukan?

Sedangkan Jeka sebaliknya, dia akan memberikan saran, petuah, atau apapun dengan baik, tapi jika temannya ingin meminta bantuan langsung, Jeka biasanya menjawab, 'tapi Somi ini', tapi Somi itu'.

Dan saat Gladis berkata seperti itu di meja makan, Somi menggeleng tanda tidak setuju.

"Gak gitu kak, papih senengkok bantu orang menurut gue, mulut papih itu lebih jahat dari gue, kalau gue sakit, papih bakai berubah jadi ultramand unlimited cerewet nya Somi, walaupun sambil panik, yakan papih?"

"Gue ga pernah panik!" Jawab Jeka gak nyambung.

"Kalau menurut lu, gimana Jek?" Saga mencoba mengambil ahli, takut dua sejoli di depannya bertengkar.

"Sama gak setujunya, Ga, dia bisa keduanya kok, perlakuan manis ataupun omongan manis, kalau dia takut gue marah, pasti dia ngomong yang manis-manis. Dia bakal bertingkah manis kaya bocil yang barbienya di ambil orang, walau lebih banyak asemnya."

"Ih, gue gak asem!" pekik Somi tak terima.

"Terus apa? kecut?"

"Itusih muka lo!"

"Somi, pacar sendiri mukanya di katain kecut, orang ganteng gini coba."

"Gak seganteng Johnny deep, kamu sih ada manis-manisnya, gak sejantan dia."

"Somi, biasanya kalau manis itu gak bosen di pandang loh."

"Emang iya?"

"Iya, coba lo liat gue."

Dunia seakan milik berdua, Gladis dan Saga terabaikan begitu saja, dan saat Somi dan Jeka bertatapan, Gladis melirik gugup. Penasaran apa yang selanjutnya akan terjadi, sedangkan Saga, ia khidmat memakan makanannya terlampau biasa dengan apa yang di lakukan dua sejoli itu.

"Gimana? udah bosen belum?"

"Belum bentar, lagi nyari dulu dimana letaknya yang bisa bikin bosen."

"Kalau gak ada gak usah di cari, itu berarti gue gak ngebosenin."

"Kalau gue? gue ngebosenin gak?"

"Sini biar gue liat."

Jeka dan somi kembali diam, Jeka memperhatikan wajah Somi dengan seksama, sedangkan Somi menatap wajah pacarnya polos.

"Udah bosen belum?"

"Bentar, gue belum bosen liatnya."

"Kalau udah bosen bilang ya?"

"Hey," Gladis mengintrupsi, "habisin dulu makanannya baru kalian saling pelotot-pelototan lagi."

"Biarin aja Dis, nanti juga pada bosen sendiri, bikin malu aja," Saga ngedecek males,vemang bikin malu aja itu dua sejoli, mereka lagi di kedai tapi mereka berdua itu malah tatap tatapan gak jelas gitu, apalagi beberapa orang merhatiin mereka.

"Udah bosen belum?"

"Duh, gue belum bosen nih, gak ada yang bisa di bosenin."

"Itu artinya baik atau buruk sih? kalau lo gak bosen-bosen berarti gue gak boleh makan?."

"Makan aja, kayanya gue gak bakal bosen-bosen deh, muka lo imut gak ada cantik-cantiknya."

"Heh! lo ngeledek atau gimana?"

"Bukan ngeledek, dengerin dulu, lo bilang gue itu maniskan?  pasangannya manis itu imut, duh jadi kita itu emang bener-bener jodoh, kaya saling melingkapi gitu loh."

Mata Somi berbinar cerah mendengar perkataan super ngawur dari Jeka, bahkan Gladis sampai menepuk kepalanya prustasi melihat tingkah mereka berdua.

"Berarti kita ini double triple?"

"Iya, kita ini double triple, asikkan?"

"Iyaa~ asikk sekali~"

Somi dan Jeka itu tidak bisa berdiskusi manis, namun mereka akan bertingkah manis, sudah tinggalkan saja si imut dan si manis ini, lalu cek gula darah.[]

Jekasomi Where stories live. Discover now