010

133 62 29
                                    

Bagi Somi, Jeka itu seumpama waktu, Jeka 60 menitnya dengan Somi satuannya, walau berputar Somi akan tetap bersinggung dengannya. Nyata.

Namun ternyata bertemu dengan Jeka 60----65 tidak cukup, tak bisa keras kepala, Somi harus melangkah dulu lima kali, baru Jeka mengerti.

Awalnya Somi kira ia akan terikat dengan detik yang sering menyinggungnya, namun tidak, Somi itu lemah. Lemah dari sejak Jeka mengungkapkan perasaannya pada Somi.


Ada nyata saat Somi berlari darinya, ada nyata saat Somi mencari yang lainnya, namun yang ada di hatinya haya Jeka seorang, berlarian seperti di taman bermain dengan kostum gorilanya.

Intinya, dihati Somi hanya ada Jeka seorang.

"Papih," Panggil Somi saat itu, "mamih sayang papih," Akunya lugas dan tegas.

Jeka itu sempurna, segala pahatan yang selalu membuat Somi berpikir, tuhan pasti sedang bahagia saat menciptakannya, bahkan Somi pernah berpikir untuk mundur karna merasa kalah jauh dari Jeka.

"Kalau di ibaratkan filosofi, kita itu apa?" Tanya Somi tiba-tiba.

"Tidak tau," Jawab Jeka jujur sambil menatap mata bulat Somi yang berkilau, ingin tau apa yang di pikirkan pacarnya itu.

"Kita waktu," Kata Somi, sendu, "papih, papih itu pusat dunia mamih, kebahagiaan mamih, jangan lelah menunggu mamih ya? sampe mamih bisa berpijak 65 kali di tempat papih, okay?"

Walau bingung dan tidak mengerti, Jeka tetap tersenyum, mengusap lembut surai Somi yang saat itu memang sedang di gerai. jarang-jarang Somi begini.

"Lo kenapa?"

"Gak papa, cuman tiba-tiba kepikiran aja".

Somi menatap lurus, ragu.

"Somi," Panggil Jeka, "kalau kita waktu, berarti gue gak bakal ada tanpa lo."

Jeka tersenyum kecil, senja di depan bersinar situasi yang romantis kalau Jeka tak salah ingat, maka dengan gerakan kecil, Jeka memutar tubuhnya, memegang bahu sempit Somi membuat wajah menggemaskan Somi menatap opsida di depannya dengan kerjapan polos cepat, yang lama kelamaan semakin cepat. Oke itu di sengaja.

"Somi, jangan sok imut deh," Ucap Jeka tiba-tiba membuat Somi berdecak.

"Papihkan lagi liatin muka mamih, biar gak bosen," Decak Somi yang membuat Jeka terkekeh gemas, ada-ada saja kekasihnya satu ini.

"Dasar, gemes-gemes," Pekik Jeka sambil memeluk tubuh mungil Somi, menggerakannya ke kiri kekanan sebelum mencubik kecil pipi Somi, menangkupnya di kedua telapak tangan lebarnya.

Menatap bongkahan kenyal dengan warna merah jambu milik Somi yang selalu membuat Jeka penasaran akan rasanya.

Maka saat deting jam menunjukan pukul enam pas, di saat matahari mulai terbenam, Jeka merundukan wajahnya, mendekatkan wajahnya pada Somi sambil menutup mata sebelum.













"Hah~~~ hahh~~~"

"Somi!"

"Hah~~~~ Hahh~~~ bau gak? hahhh."

"Somi! lo gak sikat gigi berapa bulan sih?" Tanya Jeka, bertanya saja belum sikat gigi berapa bulan, tapi nyatanya dia malah menghujani wajah Somi dengan ribuan ciuman.

Ya walupun melawatkan bagian bibir.

Karna terkadang Somi itu kelewat manis, bahkan Jeka sampai takut diabetes, tapi jangan lupa, Somi juga banyak asemnya, sepet malahan.[]

Jekasomi Where stories live. Discover now