012

121 58 21
                                    

"Jeka, Ayah akan pulang minggu depan."

Kerutan muncul di dahi Jeka saat ucapan Ibunya mengiang di kepalanya, buku catatan lengkap dengan kalkulator tergeletak mengenaskan di meja belajarnya, lengan Jeka memang sibuk mengotak-atik kalkulator (sedang mengerjakan tugas matematika) tapi pikiran pria itu berkelana entah kemana.

Bahkan tak menyadari kekasihnya yang kini tengah bergelayut di kakinya, hampir seperti cicak yang menempel di tembok saking eratnya.

"Papih, mau cheesecake."

"Iya."

"Mana?"

"Nanti."

"Mau sekarang!"

"Bawel."

Jeka mencubit kecil bibir Somi yang kini masih saja namplok di kaki Jeka, kesal saja sendari tadi pacarnya itu terus saja mengoceh ingin cheesecake, padahal tadi baru saja makan siang di rumah Jeka, Jeka diamkan saja, karna tau itu hanya keinginan sesaat Somi, lagian gadis itukan tadi sudah kenyang, masa makan lagi, padahal tadi Somi sudah berjanji akan diam dan tidak mengganggu Jeka kalau di perbolehkan diam di kamar Jeka. Dan tidak menelpon Bundanya agar menjemput Somi di rumah Jeka.

Tapi lihat sekarang?

"Dasar kelinci jelek!" Pekik Somi sambul mempout lucu, tapi tetap tak melepaskan kaki Jeka.

"Coba bilang lagi, bilang lagi," Kata Jeka sambil terus mencubiti bibir Somi yang memekik keras, "DASAR KUCING!"

"Ih, gue bukan Kucing! kucing gak elit, lemah apalagi Kucing oren barbar! gue itu Singa! rrauww!"

Bukannya merasa takut dengan raungan Somi, Jeka malah turuh dari kursi belajarnya, kembali memeluk Somi, "gak lo Kucing, orang barbar gini mau jadi Singa."

Pun Somi hanya mengerutkan keningnya kesal, ingin menyangkal tapi takut bibirnya di cubit lagi, maka gadis itu lebih memilih mengangguk-anggukkan kepala walau hatinya tetap teguh, papih Jeka adalah spesies Kelinci jelek yang harus di amankan.

"Aaa, papih! mau cheesecake! s e k a r a n g!"

Jeka menghembuskan napasnya kesal, rasanya hidungnya siap meledak kapan saja saking kesalnya, tidak tau apa hubungannya hidung medak dengan marah Jeka lebih memilih menyentil kening Somi, yang tentu di hadiahi pekikan tak terima di susul colokan kecil di kedua mata Jeka.

Lihat, barbar begini tidak mau di sebut barbar.

"Janji di habisin?"

"Iya."

"Iya?"

"Iya lihat saja nanti, hehe."

"Cheesecake nya gak jadi."

"Aaaaaaaaa~"

Somi mengembungkan pipinya,vmendorong tubuh Jeka hingga terjungkal lalu menendang kursi belajar Jeka sehingga ambruk ke tubuh Jeka.

Uh, double-double sudah Bapak Jeka.

"Tendang aja tendang! cheesecake nya gak jadi."

"AHHHHHH~~~ PAPIH JEKA JAHAT!"

"Lo yang jahat, gak pengertian banget."

Mendengar nada bicara Jeka yang berubah, Somi berbalik menatap Jeka yang kini berdiri dari posisinya (terjungkal mengenaskan) membenarkan kursinya juga lalu duduk kembali di kursi itu sambil kembali mengotak atik kalkulator.

Terlihat fokus sekali.

Maka Somi lebih memilih menjatuhkan tubuhnya di kasur, berputar-putat abstract dan berhenti saat kepalanya terbentur tembok. Memejamkan matanya, mencoba tidur saking kesalnya.

Sedangkan di tempat Jeka, pria itu tengah merasa heran, kenapa Somi tiba-tiba diam, maka pria itu berbalik dan di hadiahi pemandangan yang amat menggemaskan.

Somi yang tertidur dengan posisi kaki yang di sandarkan ke tembok dan ke pala di bawahnya di jadikan tumpuan, ada ada saja, apalagi jempolnya yang di mulut pasti bekas di gigit, gigit.

"Tuhkan gak pengertian banget, udah bikin gue gemes pingin cepet selesain pr buat nyubutin si embul, eh malah di tinggal tidur," dengus Jeka.

Ia lebih memilih merangkak ke kasur di sebelah Somi, membetulkan cara Somi tidur _lebih manusiawi_lalu memeluk tubuh embul Somi sambil sebelah lengannya menarik badcover dengan gambar Ironman kesayangan Jeka,cpadahal sebentar lagi juga pasti di tendang Somi hingga jatuh, pun beberapa menit kemudian terdengar dengkuran halus dari Jeka, ia Jeka ikut tidur, dan cheesecake pun seketika terlupakan.

Sudahlah, selamat tidur Kucing dan Kelinci. []

Jekasomi Where stories live. Discover now