014

119 60 28
                                    

Lelah, rasanya tulang-tulang sendinya akan copot, padahal Jeka yakin umurnya baru empat belas tahun, apa mungkin dia osteoporosis dini?

Kurang lebih itulah yang di pikirkan Jeka sejak tadi dia melamun sendirian, kini ia sedang duduk di taman, menselonjorkan kakinya di antara rerumputan halus yang memang sengaja di tanam di sana.

Pria dengan surai arang itu memijat-mijat bahunya merasa pegal, sebenarnya hari ini sama seperti hari yang lain, kegiatan Osis juga tidak sepadat saat penerimaan siswa baru.

Tapi yang membuat Jeka lelah adalah keliling dua puluh putaran saat pulang sekolah tadi, kemarin Jeka bolos eskul basket, dan tentu saja kepala tim basket Andra si ketus itu tidak akan membiarkan siapa saja lolos dengan mudah, maka berakhirlah Jeka keliling lapangan tadi.

Padahal dia tadi sudah ikutan latihan buat turnamen dua minggu lagi, tapi saat akan beres-beres mau pulang Andra tiba-tiba memanggil Jeka dan menyuruhnya keliling lapangan.

Benar-benar menyebalkan, padahal dia itu kemarin bolos karna ada urusan keluarga.

Jeka benar-benar ingin segera mandi, menghilangkan kelengketan di tubuhnya, tapi masalahnya dia sudah berjanji akan pulang bersama dengan Somi, namun sejak tadi batang hidung Somi belum kelihatan.

Padahal biasanya sekolah akan bubar pukul tiga sore,vpaling lambat lima sore, tapi ini sudah pukul setengah enam. Dan eskul basket Jeka berakhir pukul lima pas, artinya Jeka sudah menunggu hampir setengah jam, bukan waktu lama sih, tapi biasanya Somi akan duduk manis di kursi penonton sambil menunggunya, tapi sekarang kemana gadis dengan pipi gembil itu?

Baru akan mencari, tiba-tiba Jeka melihat Saga yang sedang kepayahan membawa beberapa kardus. Saga itu tubuhnya mungil, makannya ia terlihat sangat kepayahan saat sedang membawa tumpukan kardus yang besar-besar itu, beberapa orang mengikutinya di belakang, tapi kemana somi?

Biasanya gadis itu kalau tidak menunggu Jeka saat eskul dia akan mengikuti abangnya yang memang selalu menitipkan beberapa dagangan di kantin, dan akan membawa sisa dagangannya di kantin dengan beberapa temannya yang membantu.

Walaupun Somi biasanya hanya merecoki abanya sampai dengan senang hati abangnya mengusirnya dan menyuruhnya menunggu Jeka di tepi lapang saja.

Belum sempat Jeka memanggil, Saga sudah lebih dulu berteriak memanggilnya, memberikan tumpukan kardus pada salah satu temannya di belakang sambil memberikan permintaan maaf merepotkan sebelum akhirnya menghampiri Jeka yang masih dalam posisinya selonjorannya.

"HEH LU SEKAP DIMANA ADIK GUA HAH?"

Jeka hanya tertawa kecil menganggap ucapan Saga sebagai gurawan semata.

"Nagapain gue sekapsih, kalau mau gue tinggal minta ke dia dengan senang hati buat ikut gue pasti langsung nurut, dah lah gue serius dimana Somi? gue butuh yang seger-segernih."

"Kalau lu mau yang seger beli jus sana."

"Ga, gue serius dimana somi?"

"Lah gua juga serius, bahkan tadi sejak pagi dia juga berangkat pagian, katanya mau ngerjain tugas, tapi tadi gua ke kelas dia mau bilang kalau gua pulang agak maleman dia gak ada, kata temen-temennya dia belum masuk dari tadi pagi."

Kening Jeka berlipat, ia menerawang tatapan Saga mencoba mencari kebohongan, namun nihil, Saga terlampau serius.

"Ga gue---"

"Coba lu hubungin Gladis, tanya sama dia siapa tau dia main kerumah Gladis."

"Kenapa bukan lo aj---"

"Gua gak ada pulsa."

Jeka ingin marah, kesal sekali pada temannya satu ini, namun ini bukan waktunya, akhirnya ia menghubungi Gladis yang hanya di jawab dengan ketidak tahuan.

Jekasomi Where stories live. Discover now