08

152 72 48
                                    

"BWAHAHAHA".

Jeka sibuk menertawakan Somi yang kepedasan, sambil mengipas-ngipaskan mukanya dengan mata berkaca-kaca, lihat siapa yang tadi bersemangat sekarang malah kesusahan sendiri.

Jadi ceritanya tadi pas udah makan yang stroberi Somi tiba-tiba bangun dari duduknya sambil teriak, papih! kadar asupan perut Somi gak seimbang! terlalu banyak kadar manisnya bahaya! bisa-bisa Somi tambah manis! somi butuh asupan pedes!

Jadi begini, berakhir di taman deket perumahan Somi setelah sebelumnya membeli ceker setan di jalan.

Padahal Somi gak kuat pedes, tapi sok-soan maksa buat makan ceker setan yang katanya langganan bundanya itu.

"Suka pedes, bukan berarti toleran sama pedes ya papihku tercinta," Somi mendesis jengkel melihat Jeka yang tertawa terpingkal-pingkal. Bibirnya merah dan bengkak tapi tetap memakan makanan yang sudah di belinya, ceker setan.

Ceker setan itu sebenarnya ceker ayam yang dibumbui oleh bumbu super pedas.

"Lagian, sok banget makan pedes," Ucap Jeka sambil membuang bagiannya, dia tadi memesan level yang berbeda dari Somi_level akhir, jangan tanya Somi level berapa, "level dua aja repotnya udah gitu."

"Ngomong lagi gue lempar tulangnih."

"Kalau gak kuat udah berenti aja."

"Mubazir papih, gak boleh kata bunda juga nanti ceker setannya nangis."

"Kalau di paksain nanti sakit perut."

"Ih, papih gimanasih, tadi ngatain sekarang perhatian, maunya apasih?"

"Cie, ngambek."

Somi hanya memutar bola matanya malas, ia lebih memilih melanjutkan memakan ceker setannya dari pada harus meladeni Jeka yang sipat jailnya muncul, terlebih tampang Jeka yang memperlihatkan senyum separonya itu membuat Somi rasanya ingin menjejalkan sepatunya ke mulut pria itu, kalau bisa.

"Somi."

"Hmm?" Somi hanya berdehem sembari menggigit ceker setannya, tidak peduli bumbu-bumbunya yang menyebar di sekitar sudut bibirnya bahkan sampai pipinya, toh cuman Jeka, buat apa jaga image.

"Gue cariin minum ya? sama tisu?"

Somi mengankat sebelah halisnya, "jangan bilang papih lihat yang bening terus ke goda, terus ninggalin gue sendiri biar bisa pedekate, terus gue kaya anak hilang disini!"

Jeka tertawa keras mendengar spekulasi tak jelas dari Somi, darimana juga Somi dapat menarik kesimpulan secepat itu, lengkap dengan sebab dan akibatnya, sementara Jeka tadi benar-benar khawatir mendengar ringisan Somi.

"Bentar doangkok, belum ceker lo abis gue udah nyampe," Jeka berdiri dari duduknya, "lo santai aja habisin ceker lo."

"Janji ya gak bakal lama?"

"Iya."

"Beneran ya buruan balik."

"Kudu gue cium nih biar percaya?"

Jika tadi wajah Somi sudah merah karna kepedesan, maka sekaran makin merah, "udah sana pergi!"

"Tadi di tahan, sekarang kok di usir."

"Gue kepedesan, tolong."

"Siap, bidadari," Jeka terkekeh kecil, mengacak surai Somi sebelum berlari meninggalkan Somi yang berteriak tak terima rambutnya di acak.

Somi hanya kembali merapikan rambutnya dengan sebelah tangan yang bersih sebelum mendengus, "kenapasih, tuk orang kayanya demen banget ngehancurin rambut orang."

Jekasomi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang