Sweet Danger eps 11

712 32 0
                                    

"Clar-- APA-APAAN INI?!"

Mereka bertiga menoleh. Herman datang. Elvano mengangkat kakinya dari perut pria tadi dan menatap Herman santai.

"Dia maling, om. " kata Elvano sambil menghampiri Herman dan mencium tangannya.

"Maling?"

"Iya, untung saya ada disini buat jengukin Clarine. Kalau nggak mungkin Clarine akan semakin terluka karena orang-orang disekitarnya." Elvano tersenyum penuh makna.

Sebelum melanjutkan pembicaraan, Herman menelepon polisi untuk menangkap maling ini --walau sebenarnya bukan maling. Setelah itu mereka duduk di ruang tamu.

"Kamu sakit? "

"Ak--"

"Dia kena luka tusuk di pinggangnya, om. Sebaiknya om rawat dia, "

Clarine diam. Membiarkan Elvano mewakilinya berbicara.

"Tusuk, kok bisa? Kamu tawuran? " Herman mengalihkan pandangannya ke arah Clarine.

"Terkadang orang menyukai rasa sakit untuk menyingkirkan rasa sakit yang lain. Jika Clarine tawuran, mungkin ada sebabnya. "

"Tapi nggak seharusnya anak perempuan itu tawuran. Kamu itu bisanya malu-maluin orang tua aja, ya. Ayah relain pekerjaan Ayah numpuk di kantor cuma buat ke sini nganterin kamu sesuatu karena nanti malam Ayah nggak bisa ke sini. Tapi ini sambutan kamu?! "

Clarine tetap diam. Air matanya mulai menetes. Ahh sial juga El ini, cari alasan kok tawuran. Udah tahu dia perempuan.

"Om, "

"Kamu jangan ikut campur!" bentak Herman.

"Ayah benar-benar kecewa sama kamu! " setelah mengucapkan kalimat itu Herman bergegas pergi. Dia berhenti melangkah sejenak saat Elvano mengucapkan sesuatu.

"Selamat ya atas kehamilan istri om, semoga anaknya tetap sehat," dan tetap hidup. lanjut El dalam hati.

Herman hanya mendengus dan melangkah kembali.

Seusai Herman pergi, tangis Clarine pecah. Dia sakit. Sakit fisik maupun non fisik. Realita memanglah pahit. Kenapa Ayahnya langsung percaya jika dia ikut tawuran tanpa menanyakan bukti?

Apakah dia memang hanya pembawa sial dan pembawa masalah bagi Ayahnya?

"El, gue separasit itu, ya? " lirih Clarine.

Elvano menghampiri Clarine, duduk di sampingnya dan meletakkan kepala Clarine dipelukannya. Clarine itu... benar-benar rapuh.

Jika seperti ini, apakah memang harus dia hilangkan rasa kasih sayang pada diri Clarine agar bisa bertahan hidup? Dia tidak mau Clarine mati secepat itu.

"Lo pandai bikin gue tambah dosa, Clar. " Elvano menatap Clarine dalam. "Gue... bakalan bikin wanita itu sengsara."

"Jangan, nanti Ayah makin benci sama gue. "

"Ya udah, ayah lo sekalian aja. Buang semua yang nyakitin lo. Termasuk gue, kalo lo bisa tapi. " Elvano terkekeh.

Hening.

Elvano membiarkan Clarine melampiaskan rasa sakitnya. Clarine mengambil sedikit pecahan kaca yang tersisa didekatnya dan menggoreskannya ke lengan kanannya. Setelah itu dia terisak kembali.

"Lain kali gue bakalan bunuh lo kalau lo nyakitin diri lo sendiri lagi dihadapan gue," kata Elvano sembari mengelus pelan rambut Clarine.

Oh, Clarinenya yang lemah. Perasaan kamu itu harus...

Dilenyapkan.

***

Bara mengepalkan kedua tangannya. Hari ini Clarine tidak masuk sekolah. Ahh, cewek incarannya itu memang terlalu menarik.

"Bara! "

Bara menoleh, melihat teman sekelasnya berlari menghampirinya.

"Ada apa, Stev? " tanya Bara ramah.

"Gue boleh buat cover bareng lo nggak, soalnya gue nggak ada teman nih. "

"Bukannya teman kamu banyak, ya. Kan kamu cantik. "

Stevy menunduk dengan muka merah padam. Dia terkena gombalan palsu Bara. Bara tersenyum miring.

"Ahh, lo bisa aja Bar. "

Bara memang terkenal baik dan ramah. Dalam percakapan sehari-hari pun dia memanggil dengan sebutan aku-kamu bukan lo-gue. Biar lebih sopan katanya. Itulah yang membuat banyak orang menyukainya.

"Eh, gimana? Lo nggak keberatan,kan?"

"Nggak kok, ayo! "

***

Sweet Danger ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang