Sweet Danger eps 14

660 35 0
                                    

Clarine duduk setelah dipersilakan. Dia duduk di sofa dengan menonton acara televisi. Dia pikir Elvano akan membunuhnya, tapi dimana dia sekarang?
"Bi, El sekarang di mana? " tanya Clarine saat Bi Inah--namanya setelah diperkenalkan-- sedang lewat.

"Tuan ada diruangannya, non. Sebentar lagi dia akan kembali, "

Clarine hanya mengangguk saja. Dia tak tahu lagi apa yang akan dilakukannya sekarang. Dia gabut, bosan. Clarine berdiri, mencoba mengelilingi seisi rumah. Lagipula El tidak akan marah kan kalau dia hanya sekadar menengok-nengok isi rumahnya?

Banyak barang-barang antik di sini. Semuanya tertata apik dan rapi. Clarine terkagum-kagum.

"Mau ketemu dia? "

Clarine berbalik, lalu mengelus-elus dadanya. Orang ini pintar sekali bikin orang jantungan.

"Dia siapa? "

El mengisyaratkan agar Clarine mengikutinya. El masuk ke dalam sebuah ruangan yang berada di paling ujung. Clarine terkejut. Dia...

"Kok dia ada di sini? "

Ilma sedang di ikat di sebuah tempat tidur dan mulutnya diplester. Menyedihkan. Dia memberontak minta dilepaskan. Tak lupa, matanya juga ditutupi kain.

"Gue bakal singkirin orang yang ganggu lo. Tapi dia hamil. Jadi, gue bikin dia kaya gini aja. "

Edan.

"Tapi lo rawat dia, kan, lo kasih makan dan nutrisi buat bayinya, kan? " Clarine bertanya tanpa jeda. Membuat Elvano muak saja. Kenapa juga cewek ini masih peduli dengan orang yang hampir saja berhasil membunuhnya jika dia tidak ada.

"Hm. " jawab El singkat.

"Tapi kasian, El. Gue benci sama Ibunya, bukan anaknya. "

Clarine menatap Ilma dengan sorot iba. Gimana coba kalau dia keguguran, kan Clarine bisa dosa besar. Masak mau bunuh bayi yang nggak salah apa-apa, sih? Kalau bunuh Ibunya sih nggakpapa, tapi pas bayinya udah lahir aja.

"Terkadang rasa kasih sayang lo harus gue bunuh, Clar. "

Elvano menghampiri Ilma yang terikat, membuka plester mulutnya. Ilma langsung histeris, berontak. Tapi satu yang Clarine herankan. Kenapa Ayahnya tidak mencari-cari istri kesayangannya ini?

"Lepasin saya, saya mohon! "

"El, ken--"

"Ayah lo keluar negeri. Ada proyek baru, " El menjawab tepat seolah tau hal apa yang akan ditanyakan oleh Clarine.

Clarine kicep. Ibu tirinya meraung-raung dan histeris.

"El, gue khawatir kalau anaknya nanti lahir nggak sehat, nggak waras kayak Ibunya. "

"Seenggaknya masih hidup, "

Clarine mendengus. Benar juga, nggak biasanya El sebaik ini. Membiarkan mangsanya hidup. Berisik, El mendekat dan membungkam kembali mulut Ilma.

El menarik tangan Clarine agar keluar dari ruangan ini. Takut-takut kalau dia akan membebaskan Ilma karena kasian sama bayi yang ada di perutnya. El membawa Clarine ke sebuah ruangan yang pintunya ada tulisan "collection". Clarine tersenyum, pasti banyak barang antik disana. Namun senyumnya pudar ketika kenyataan tak sesuai ekspektasinya.

Malahan...

"Buat apa sih kayak gini dikoleksi?! " teriak Clarine syok. Didepannya ada dua bola mata yang disimpan dalam toples kaca.

Clarine merapat pada Elvano. Matanya bergerak kesana kemari melihat-lihat berbagai macam koleksi El yang uggh... menyebalkan!

Elvano tersenyum kecil. "Indah, kan? "

"Indah darimananya?!"

Clarine menelan salivanya. Ia hampir lupa kalau El adalah seorang psikopat.

"Lo juga mau bunuh gue disini? "

"Belum waktunya,"

"Terus, kapan? "

"Saat lo jadi pengkhianat. "

Clarine tak menjawab. Dia menarik lengan El, berjalan menuju kursi di pojok ruangan yang di duduki oleh mayat seseorang.

"Dia siapa, El? "

"Pengkhianat!"

Clarine melihat ekspresi wajah El. Masih sama, datar seperti biasanya namun sorotan matanya menajam. Dengan begini, Clarine bisa tahu kalau mayat ini merupakan orang yang sangat di benci oleh El. Mungkinkah, orang yang membuat El menjadi seperti ini?

"Lo gila karena apa, El? "

"Pilihan. "

Clarine hanya mengangguk samar.

"Tapi dia baik, " Elvano tersenyum. "karena dia, gue dapat seratus juta. Pada malam itu, " Elvano membayangkan malam yang penuh semangat pada kala itu. Darah, erangan, ketakutan, hmm sungguh nikmat.

"Lo pembunuh bayaran?"

"Hm. Bukan uang yang gue prioritasin. " El menoleh, menatap Clarine. "Tapi kesenangan,"

Clarine berkedip satu kali, lalu tersenyum tipis. Ya, memang tidak ada salahnya melakukan sesuatu yang disenangi apalagi jika sesuatu itu menguntungkan bagi kita.

"Gue mulai suka sama lo, El. "

Elvano hanya melirik Clarine tak minat. "Lo itu... matre, ya? "

Ehh?

"Matre pale lo! " Clarine menoyor kepala El. Seenaknya saja pengakuan cintanya tidak dihargai begini. "Bukan karena lo bilang dapat seratus juta gue langsung suka sama lo edan! "

Elvano menahan tawanya. Clarine kesal, dia keluar dari ruangan ini dengan menghentak-hentakkan kakinya.

Enak saja dibilang matre!

***

Sweet Danger ✓Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon