Sweet Danger eps 34

377 42 0
                                    

Sebelum membaca, dimohon untuk mengeklik tanda ⭐dipojok kiri bawah agar authornya semangat buat ngetik. Selesai membaca, harap memberikan kritik dan saran pada author ya agar cerita ini lebih baik ke depannya.

*Revisi setelah tamat*

Selamat membaca :)

***

Saat ini tangannya menggenggam senapan M134, salah satu senjata terbaiknya. Dia harus mengelilingi rumah ini dan membunuh si penyelinap. Tapi sebelum itu, dia harus memastikan bahwa Clarine dan Erick harus aman terlebih dahulu. Bara berjalan menuju ruangan rahasianya--tempatnya menyikap Clarine dan Erick--dengan hati-hati agar tidak ada yang mengikutinya. Setelah sampai di sana, Bara menghidupkan pelindung ruangan ini agar senjata apapun tidak dapat menembusnya.

"Kamu tetap di sini ya, jangan nakal. " Bara mengecup singkat pipi kanan Clarine dan segera keluar. Clarine membiarkannya, hanya mengamati pergerakannya. Sepertinya Bara akan sibuk. Dia harus bisa keluar dari sini.

Sementara itu, berkat pelacak yang dimilikinya, El dapat mengetahui dimanakah Clarine berada. Bodoh juga orang itu, menculik orang tapi handphonenya tidak dibuang. Haha edan. Clarinenya tidak bersuara saat ini, pasti sedang berpikir. Baguslah, cewek itu tidak tertawa seperti orang gila lagi.

Memang, El dapat mengetahui apa saja aktivitas yang dilakukan Clarine melalui handphonenya. El dapat mengetahuinya lewat suara. Dan itu memang sangat bermanfaat apalagi dalam kondisi seperti ini.

Karena Bara sudah keluar, El segera mengambil senjatanya. Dia tertawa kecil sebentar setelah mengetahui apa yang berada di genggaman Bara. Hey, mereka ini psikopat. Bertarunglah menggunakan pisau atau kapak, bukannya senapan atau peluru seperti polisi. Ahh, dasar payah. Untung El membawa senapan juga untuk berjaga-jaga.

Pas sekali. Pembantunya Bara keluar. Untuk memancingnya, El menembak pembantu itu.

Door!

Alhasil pembantu itu rubuh. Peluru mengenai kaki kanannya. Refleks Bara menoleh dan segera mengejar El yang berlari menuju halaman belakang. Bara mencoba menembak El berulang kali, namun sialnya El berhasil menghindar. Hingga jalannya buntu, El berhenti berlari. Bara tersenyum penuh kemenangan, dan mencodongkan senapannya. El berbalik arah, menghadap ke arah Bara. Topi hoodienya ia lepas. Kini hanya tersisa masker yang menutupi wajahnya. Dengan begitu, Bara mengetahui siapa dirinya.

"Oh, tamu lamaku ternyata. "

El melepas maskernya juga, lalu menggigit permennya santai seolah senapan yang dicodongkan Bara itu hanyalah sebuah mainan anak-anak. "Bertarunglah dengan kegilaan, bukan persenjataan." kata El sambil tersenyum tipis.

"Takut? " senyumnya meremehkan.

"Hanya merasa cupu jika seperti ini, "

Mendengar sindiran El, Bara merasa tersinggung. Dia membuang senapan itu ke sembarang arah lalu berdiri tegap, mengangkat dagunya angkuh. El tersenyum kecil, rencananya berhasil. Memang inilah yang ia harapkan. Edan sekali jika melawan M134, matilah nanti dirinya, dia hanya membawa senapan biasa. Makanya El memancing Bara agar membuang M134 itu jauh-jauh. Syukurlah, nyawanya masih aman saat ini.

Dengan gerakan yang tanpa bisa diprediksi, El menyerang Bara dengan tangan kosong. Pertarungan pun terjadi dengan adil. Mereka sama-sama jago beladiri, jadi sulit untuk menghentikannya sebelum ada yang tumbang.

Bugh

Bugh

Bara berhasil memukul pipi kanan El, dan El berhasil memukul bagian ulu hati Bara dengan keras. Keduanya sama-sama terpental. Bara tersungkur ke belakang sedangkan El menubruk pohon. El sedikit meringis ketika tangan kanannya tertusuk ranting yang runcing. Dengan segera El mencabut ranting itu dan membuangnya asal. Mengganggu saja.

"Akh! "

El meluruskan pandangannya. Orang itu, masih saja curang. Bara melemparkan pisau ke lengan kirinya hingga darahnya bercucuran. Tak hanya sekali, namun berulang kali. El berusaha menghindarinya. Alhasil, kini paha kanannya juga tertancap pisau tajam itu. Bara tertawa riang. Dia masih membawa satu pisau, melangkah mendekati El yang jatuh terduduk. Bajunya El sudah penuh dengan darah, karena El dengan perlahan-lahan mencabut pisau itu.

"You lose?! " seringai Bara terlihat. Bara kini kembali mengacungkan pisaunya, menancapkannya dibahu kiri El. El mendesis.

Dengan kekuatan yang tersisa, El menendang Bara hingga Bara terpental ke belakang. Kini El mengambil kesempatan untuk mengambil senapannya yang tersembunyi di bajunya dan menembakkannya ke arah perut Bara yang sedang berusaha berdiri. Bara tersungkur sambil memegangi perutnya. Secara cepat, El menghampiri Bara dan menyemprotkan sesuatu berupa obat agar Bara pingsan. Akhirnya, beberapa detik kemudian Bara pingsan.

El kini duduk sejenak di samping Bara sambil menetralkan nafasnya yang ngos-ngosan. Lelah juga. Namun mengingat waktunya tidak banyak, El lekas bangkit untuk menjemput Clarine, boneka kesayangannya.

Di lain sisi, Clarine menggerak-gerakan kedua tangan dan kakinya berharap rantai itu bisa lepas meski ia tahu harapannya itu konyol.

"Uhh! " kesalnya lalu meniup poninya sendiri.

Clarine menoleh saat ada suara gaduh diluar. Sedang apa Bara itu?

Door

"Mama! " jerit Clarine refleks. Suara itu tadi... seperti suara sejenis senapan atau pistol. Apakah Bara akan membunuhnya dengan itu?

Astaga.

Brakk!

Muncullah seseorang dengan tampilan berantakan. Darah ada diseluruh tubuhnya dan senyumannya...

sepertinya ia kenal.

"El! " seru Clarine senang. El-nya yang sangat ia rindukan...

Clarine menyatukan kedua alisnya saat El membuka rantai yang melilit di kedua tangan dan kakinya dengan sebuah kunci, "kamu kenapa? "

"Kok kayak hantu gitu, sih tampilannya? " lanjutnya.

El memapah Clarine dengan hati-hati tanpa menjawab pertanyaannya. Mereka harus segera keluar dari sini sebelum Bara bangun. "El, tapi ada kak Erick juga disini. "

"Biarin, "

"Tapi dia udah nyelametin aku tadi, "

"Siapa yang suruh? "

"Pliiss El, "

El langsung menggendong Clarine saat gadis itu berhenti berjalan, mencoba merayunya untuk menolong orang lain. El tidak mau tau, yang penting menurutnya hanyalah Clarine.

"El, aku nggak bakal ma--"

"Nanti orang suruhan gue datang buat dia, " putus El akhirnya. Barulah Clarine berhenti bicara dan menurut padanya.

El membawa Clarine menuju mobil yang telah ia persiapkan sebelumnya lewat orang suruhannya. Mereka harus segera pergi dari sini dan mengurus hal yang lain.
***

Sweet Danger ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang