Sweet Danger eps 15

661 38 1
                                    

Sudah sore. Elvano mengantarkan Clarine pulang. Mungkin lain kali kalau dia punya koleksi baru, dia akan mengajak Clarine kesini lagi.

Mobil melaju dengan kecepatan sedang. Meski baru pukul lima sore, namun disini terlihat gelap. Cahaya matahari susah menembus pepohonan yang lebat.

Drrrt drrrt

"Halo? " sapa Clarine dengan sang penelepon.

"Hai, Clar, kamu sekarang dimana? Kok ngg-ak ada dir-rumah? " Bara. suaranya terdengar putus-putus karena disini daerahnya susah sinyal.

"Oh, aku lagi..." Clarine menoleh pada Elvano yang sibuk menyetir. "aku lagi di jalan kak. "

"Aku tunggu, ya? "

"Eh jangan, aku kayaknya lama kak macet soalnya. "

"Nggak papa kok, "

"Tap-- El! " teriak Clarine. Tiba-tiba hapenya direbut oleh Elvano dan dibuang kejalanan begitu saja.

"Kok lo buang sih!"

"Berisik! "

"Hape itu satu-satunya sarana komunikasi gue sama Ayah, dan seenaknya lo buang gitu aja?!" Clarine marah. "Whatt the hell!!"

Elvano hanya diam saja. Fokusnya hanyalah menyetir,pandangannya terus ke depan.

Clarine menghela napas. Pasrah. Menahan emosi.

Dasar psikopat! Emangnya hape belinya nggak pakai uang apa, mentang-mentang pembunuh bayaran yang bayarannya seratus juta.

Hening.

Clarine yang sedang marah dan Elvano yang sibuk menyetir. Hanya suara deru kendaraan yang terdengar.

Tiba dirumahnya, Clarine langsung keluar dari mobil tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Pintu mobil ditutup dengan kasar, begitu pun pintu rumahnya.

Childish! batin Elvano sambil menggeleng kecil.

***

Bugh

Sudah dua kali dalam seminggu ini dia menjadi korban pelampiasan Bara. Dia adalah Erik, teman sebangku Bara yang mengetahui siapa Bara sebenarnya. Erik hanya diam saja menerima perlakuan Bara, karena berkat Bara Ibunya masih bisa bertahan hidup sampai sekarang. Meskipun dia harus rela babak belur begini.

"Sialan, bitch! " umpat Bara kesal.

Dadanya naik turun menahan amarah. Matanya memerah. Tangannya mengepal lalu memukul tembok di samping Erik dengan keras. Tipis sekali, jika tidak Erik-lah yang kena. Perlahan-lahan, Bara tersenyum kosong dan menatap Erik dengan memiringkan kepalanya. Erik tidak berani menatap, dia memejamkan matanya.

"Kalo dengan cara halus nggak bisa, mungkin harus dengan cara biasanya, "

Bara kemudian tertawa keras di ruangan yang kedap suara ini. Erik gemetar sambil sedikit meringis. Sudut bibirnya robek lagi, ahh dia harus membuat alasan apalagi untuk Ibunya?!

"Lo bisa balik! "

Erik mengangguk, lalu bergegas melangkah pergi. Sedikit ia mendengar Bara bergumam. "Waiting, baby doll... "

***

Clarine mengedarkan pandangannya. Dia mencari-cari di manakah rak buku yang menyimpan buku yang dicarinya.

Sudah berputar dua kali, tidak ketemu-ketemu juga. Apakah berada di rak paling atas?

"Nih, "

Clarine menoleh lalu mengamati buku yang ditujukan padanya.

"Kok kakak bisa tahu? "

Bara tersenyum manis. "Mungkinkah feeling? "

Clarine mengambil buku itu. Untung saja perpustakaan sedang sepi, hanya ada beberapa kutu buku yang tidak peduli dengan lingkungan sekitar. Jadi tidak akan ada yang melaporkannya pada Stevy.

"Nanti bisa temenin aku ngambil foto di dekat danau? "

Bara bertanya saat Clarine sedang memeriksa isi buku. Setelah selesai memeriksa, barulah Clarine menjawab.

"Uhm, kayaknya ga--"

"Thanks ya, nanti aku jemput. Pulang sekolah langsung aja. "

Bara langsung pergi setelah mengucapkan itu, seolah tidak menerima penolakan dari Clarine. Baginya, jika ada sesuatu yang dia inginkan, maka dia harus mendapatkan sesuatu itu.

Clarine diam, berpikir. Sikap Bara jadi beda begini.

"Aduuh! " Clarine menepuk jidatnya sendiri. Jika El marah gimana, bisa bahaya anak di dalam kandungannya Ilma. Clarine kan tidak tegaan orangnya.

***

Sweet Danger ✓Where stories live. Discover now